Makalah Gulma
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gulma merupakan
tumbuhan yang tidak sesuai dengan tempatnya atau tanaman yang tumbuh bukan pada
tempatnya. Gulma merupakan tanaman yang keberadaan atau kehadirannya dapat
mengganggu tanaman lain.Gulma mempengaruhi banyak fase pengusahaan tanaman dan
menyebabkan kerugian-kerugian yang serius dalam hasil dan kualitas dan
meningkatkan biaya produksinya.Kerusakan yang langsung disebabkan karena adanya
gulma di dalam dan dekat lahan yang ditanamai berupa gulma dalam lahan tanaman
yang mengurangi hasil dan kualitas oleh
persaingan kebutuhan tumbuh, seperti hara, air, dan cahaya.Gulma mengurangi efisiensi panen dan mesin-mesin, karena gulma yang membentang di tanah, membelit ke dalam mesin dan yang berdiri tegak menumpang pada panen (Ennis, 1967).
persaingan kebutuhan tumbuh, seperti hara, air, dan cahaya.Gulma mengurangi efisiensi panen dan mesin-mesin, karena gulma yang membentang di tanah, membelit ke dalam mesin dan yang berdiri tegak menumpang pada panen (Ennis, 1967).
Menurut definisi
ekologis gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan
habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia
(Sastroutomo, 1990). Gulma sering di tempatkan dalam kompetisi atau campur
tangannya terhadap aktivitas manusia atau pertanian.
Mengingat keberadaan
gulma menimbulkan akibat - akibat yang merugikan maka dilakukan
usaha-usaha pengendalian secara teratur dan terencana. Pengendalian gulma bukan
lagi merupakan usaha sambilan, tapi merupakan usaha tersendiri yang memerlukan
langkah efisien, rasional berdasarkan pertimbangan ilmiah yang teruji.
Berdasarkan definisi
subjektifnya, gulma dapat diartikan sebagai tumbuhan yang tidak
dikehendaki manusia karena tumbuh di tempat yang tidak diinginkan dan mempunyai
pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Keberadaan gulma tidak dikehendaki karena gulma mempunyai daya
kompetisi yang tinggi (ruang, air, udara, unsur hara) terhadap tanaman yang
dibudidayakan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan menurunkan kualitas dan
kuantitas hasil panen tanaman budidaya.
PEMBAHASAN
Pengertian Gulma
Gulma adalah sebagai
tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki tumbuh pada areal
pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman
budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan
morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan
morfologinya, dikenal gulma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges), dan
berdaun lebar (board leaf). Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari
famili gramineae (poaceae).
Pengelompokan Gulma
Gulma secara umum dapat diklasifikasikan
berdasarkan habitat, karakteristik, siklus hidup, morfologi, dan tingkat
serangannya Anonim (2013) :
Pengelompokkan gulma berdasarkan habitatnya
·
Gulma agrestal atau segetal; gulma di lahan pertanian atau
tanah-tanah yang mengalami pengolahan.
·
Gulma ruderal (rudus = sisa); gulma yang dijumpai pada
tepi jalan, rel kereta api, atap gedung, tepi kolam; danau; rawa, tempat
pembuangan sampah, dan sebagainya.
·
Gulma padang rumput; tumbuhan yang tidak dapat dimakan ternak
atau tidak mempunyai nilai gizi dan berpengaruh negatif pada ternak,
·
Gulma air; tumbuhan air yang dalam populasi tinggi akan
menimbulkan masalah bagi manusia misalnya kelancaran air irigasi, mengganggu
transfortasi air, pendangkalan waduk, sungai dan lain-lain.
·
Gulma hutan; jenis tanaman hutan yang tidak dikehendaki
pada hutan sekunder seperti pada areal pembibitan dan areal penghijauan.
· Gulma
lingkungan; tumbuhan pendatang yang agresif sehingga mampu manguasai
vegetasi alami dan menghambat pertumbuhan jenis-jenis asli bahkan
memmusnahkannya,
Pengelompokkan gulma
berdasarkan karakteristiknya
·
Gula rumput (grasses); gulma yang memiliki batang bulat
atau pipih beronggadan bentuk daun sempit.
·
Gulma teki (sedges); gulma yang memiliki batang
bentuk segitiga, kadang-kadang bulat, dan tidak berongga,
serta mempunayi sistem rhizoma dan umbi sangat luas.
·
Gulma daun lebar (broad-leaved weeds); gulma yang berdaun
lebar danbanyak terdapat stomata pada permukaan daun bagian bawah.
Pengelompokkan gulma berdasarkan siklus hidup
·
Gulma semusim (annual); gulma yang menyelasaikan siklus
hidupnya dalam satu musim (satu tahun) mulai dari perkecambahan biji hingga
menghasilkan biji lagi.
·
Gulma dua musim (biennial); gulma yang dapat hidup lebih
dari satu tahun tetapi kurang dari dua tahun. Gulma ini memerlukan dua musim
pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya.
·
Gulma tahunan (perennial); gulma yang dapat hidup lebih
dari satu tahun bahkan hampir tak terbatas. Setiap tahun pertumbuhan gulma ini
dimulai dengan perakaran yang sama.
Pengelompokkan gulma
berdasarkan morfologi
·
Gulma monokotil; gulma yang memiliki daun berbentuk pita,
perebandingan panjang dan lebar daun nyata, tulang daun sejajar, tidak
mempunyai tangkai daun, buah dan atau biji biasanya keras,
·
Gulma dikotil; gulma yang memiliki tulang daun menjari atau
menyirip, pada setiap helai daun terdapat tangkai daun, letak daun berhadapan,
berhadapan bersilang, atau berkarang.
Pengelompokkan gulma berdasarkan tingkat serangan
·
Gulma tidak ganas; gulma tidak begitu merugikan (dapat
ditolerir), mudah dikendalikan, lambat berkembang umumnya), tapi ada yang
cepat, tidak tahan terhadap perubahan lingkungan atau daya adaptasi rendah.
·
Gulma ganas; gulma yang memiliki tingkat merusak tinggi, cepat
berkembang, daya adaptasi tinggi, sulit dikendalikan, dan sangat merugikan.
Kandungan Gulma
Alang-alang
Akar alang-alang (Imperata
cylindrica) dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, memiliki
kandungan seperti asam asetat, asam oksalat, asam malat, dan asam
sitrat yang berperan dalam peningkatan efesiensi metabolisme energi dalam
tubuh. Akar alang-alang(Imperata cylindrica) memiliki kandungan
seperti asam asetat, asam oksalat, asam malat, dan asam sitrat yang
berperan dalam peningkatan efesiensi metabolisme energi dalam tubuh dan dapat
meningkatkan pertambahan berat badan (PBB) serta efisiensi pakan.
Akar alang-alang
(Imperata cylindrica) memiliki kandungan nutrisi seperti protein 1,54 %, energi
3728 Kkal/kg, SK 0,24 %, lemak 0,29 %, Ca 0,16 % dan P 0,28%. Metabolit yang
telah ditemukan pada akar alang-alang terdiri dari arundin, ferfenol,
flavonoid, kampesterol, stigmasterol, ß-sitosterol, katekol, asam oksalat, asam
sitrat, potassium (0,75% dari BK), sejumlah besar kalsium sejumlah besar
kalsium dan 5-hidroksitriptamin. Menurut Mursito (2000) bahwa Akar alang-alang
(Imperata cylindrica) juga mengandung Air (81,00714%), Karbohidrat
(6,3072%), Serat (5,8580%), Abu (1,1301%), monitol, senyawa K, sakarosa,
glukosa, malic
acid, citric acid, arundoin, cyllindrin, fernenol, simiarenol, dan
anemonin.
Rumput Teki
Tradisi pengobatan Cina
memanfaatkan Teki, baik tunggal maupun dipadu dengan herbal lain. Dalam ramuan
tradisional Indonesia, teki digunakan dalam bentuk campuran yaitu, dengan
rebusan umbi teki bersama dengan rimpang jahe. Umbi ini juga digunakan untuk
mengatasi kejang perut dan pelancar air seni (Diuretik).
Rumput teki mengandung
Cyperon dan 0,45 – 1% minyak atsiri, di perdagangan dikenal dengan nama
Cyperiol oil atau Oil of cyperiol atau Oil of Cyperus. 1 Minyak atsiri yang
berasal dari Cina mengandung cyperene, pascholenone, sedangkan yang berasal
dari Jepang mengandung cyperol, cyperene (cyperene I dan cyperene II),
a-cyperone, cyperotundone dan cyperulone, disamping itu ditemukan pula alkaloid
dan flavonoid,
triterpen. 4
a-Cyperon merupakan senyawa seskuiterpen keton, dan kadarnya dalam minyak atsiri
sekitar 35-54%.
Eceng Gondok
Walaupun eceng gondok
dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam
menangkap polutan logam berat. Eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd),
merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan
1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23
mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada
dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Logam chrom (Cr) dapat diserap oleh
eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula
berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain dapat menyerap logam berat,
eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida.
Penyebaran Gulma
Alang-alang
Alang-alang dapat
berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin,
atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan
dengan anggapan umum, alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin,
gersang atau berbatu-batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup
subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau
kering. Alang-alang menyebar alami mulai dari India hingga ke Asia timur, Asia Tenggara,Mikronesia dan Australia. Kini alang-alang juga ditemukan di Asia
utara, Eropa, Afrika,Amerika dan
di beberapa kepulauan. Namun karena sifatnya yang invasif tersebut, di
banyak tempat alang-alang sering dianggap sebagai gulma yang sangat merepotkan.
Rumput Teki
Pemencaran tanpa bantuan faktor luar
Pemencaran ini
biasanya menggunakan alat pemencaran yang biasanya tidak memungkinkan penyebaran
yang luas, misalnya :
a. Stolon atau Geragih,
Batang yang menjalar di atas tanah, Tunas tumbuh di sepanjang batang. Contoh :
pada rumput teki, rumput gajah, strawberi.
b. Umbi Batang, Bagian
batang yang digunakan untuk menyimpan makanan umbi, ini mempunyai banyak tunas,
bila keadaan lingkungan cocok, mata tunas akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Contoh : kentang.
c. Umbi Lapis, Merupakan
batang dengan ruas-ruas yang sangat pendek dan sangat rapat. Pada setiap ruas
terdapat lapisan sisik yang merupakan modifikasi dari daun. Contoh : bawang
merah, bakung, tulip, leli.
d. Akar Rimpang atau Akar
Tinggal (Rizom), Merupakan batang yang menjalar di bawah permukaan tanah.
Contoh : beberapa jenis rumput, kunyit, lengkuas, dahlia.
e. Gerak Higroskopik dari
buah polong, Buah polong akan pecah bila kering, maka bijinya akan terpental
keluar. Contoh : petai, lamtoro, kapri, karet, jarak.
Pemencaran Tumbuhan Dengan Bantuan Faktor Luar
a. Anemokori,
Pemencaran biji dengan bantuan angin. Biji dapat terpencar jauh dari induknya.
Dengan cara ini, alat pemencaran mempunyai ciri sebagai berikut :
-biji kecil dan ringan, contoh : biji anggrek dan spora jamur
-biji berbulu atau berambut, contoh : alang-alang (Imperata cylindrica) dan kapok (Ceiba pentandra)
-biji kecil dan ringan, contoh : biji anggrek dan spora jamur
-biji berbulu atau berambut, contoh : alang-alang (Imperata cylindrica) dan kapok (Ceiba pentandra)
- biji bersayap, contoh : mahoni (Sweitenia
mahagoni) dan damar (Agathis alba) buah bersayap, contoh : meranti (Shorea sp)
dan tanaman suku Dipterocarpaceae
- biji terpencar karena tangkainya tergoyang angin, contoh : Opium (Popover somniferum)
- biji terpencar karena tangkainya tergoyang angin, contoh : Opium (Popover somniferum)
b. Hidrokori,
Pemencaran biji dengan bantuan air. Bijinya mempmyai ciri ringan dan
embrio/lembaganya mempunyai pelindung yang baik. Contohnya : kelapa (Cocos
nucifera), nyamplung (Calophylum sp).
c. Zookori, Pemencaran
dengan perantaraan hewan
- Ornitokori : pemencaran dengan perantaraan
burung. Biasanya bij tanaman ini tidak dapat dicerna dan akan keluar bersama
kotoran burung. Contoh : beringin (Ficus benjamina), benalu (Loranthus sp).
- Kiroptorokori : pemencaran dengan
perantaraan kelelawar. Contoh : jambu biji (Psidium guajava), pepaya (Carica
papaja).
-Entomokori : pemencaran dengan perantaraan
serangga. Contoh : wijen (Sesamum sp), tembakau (Nicotiana tabacum).
-Mammokori : pemencaran dengan perantara
mamalia. Contoh : kopi (Cofea tanaman
sp), delima.
d. Antropokori,
Pemencaran dengan perantaraan manusia.
-Pemencaran secara sengaja.
Contoh : kelapa sawit dari Afrika ke
Indonesia.
- Pemencaran secara tidak sengaja.
Contoh : biji rumput-rumputan yang menempel
pada baju/celana.
Eceng Gondok
Eceng gondok tumbuh di
kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau,
tempat penampungan air dan sungai. Eceng gondok hidup mengapung di air dan
kadang-kadang berakar dalam tanah. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan
perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan
ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan
eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien
yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium. Kandungan
garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada
danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah
sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim
kemarau.
Teknik Pengendalian
Teknik Pengendalian
Gulma secara terpadu dapat dilakukan sebagai berikut (Putra, 2012):
· Gulma
ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa.
· Gulma
ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah. Selanjutnya
dilakukan penanaman padi dan penyiangan menggunakan herbisida pra-tumbuh.
Kalangan pertanian
sepakat dalam mengadopsi strategi pengendalian gulma terpadu untuk
mengendalikan pertumbuhan gulma. Agensi pengendali gulma dinamakanherbisida (herbicide). Pada pengendalian
gulma, mengendalikan gulma secarakhemis merupakan salah satu cara pengendalian
disamping pengendaliansecara manual/mekanis. Dalam mengendalikan gulma secara
khemis digunakan herbisida. Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mematikan
atau menghambat pertumbuhan gulma. Penyemprot harus memastikan bahwa herbisida
yang diberikan terarah pada gulma dan meniadakan persentuhan semprotan
herbisida terhadaptanaman. Herbisida merupakan bagian atau anggota dari
pestisida. Selain herbisida, pestisida terdiri atas insektisida, fungisida,
bakterisida dan lain-lain.
Dalam pengendalian
hama terpadu (PHT), herbisida digunakan sebagai alternatif terakhir jika masih
ada cara lain yang lebih efektif dan aman digunakan. Pada tingkat tertentu
herbisida merupakan senyawa beracun, sehingga pemakaian herbisida haruslah
secara arif bijaksana dan memerlukan pendidikan konsumen dalam hal teknik
aplikasi, pemakaian dan keselamatan. Hebisida umumnya relatif kurang beracun
dibandingkan dengan insektisida dan fungisida. Herbisida juga tidak ampuh untuk
segala jenis spesies gulma pada setiap tingkatan umur gulma. Herbisida menjadi
penting dipertimbangkan pada saat efisiensi menjadi prioritas disaat modal
menjadi terbatas atau pertanian dilaksanakan dalam skala luas.
Pemakaian herbisida
dalam jangka panjang perlu mempertimbangkan kemungkinan resistensi gulma
terhadap aplikasi herbisida. Gulma menjadi lebih tahan terhadap penyemprotan
herbisida karena dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu lama dengan
menggunakan suatu jenis herbisida yang sama. Pada umumnya konsep herbisida
memenuhi kriteria sedikit, selektif, sistemik dan sekuriti (keamanan). Dalam
jumlah sedikit herbisida harus efektif menghambat atau mematikan
gulma. Herbisida juga harus selektif mematikan gulma dan tanaman terhindar dari
efek merugikan. Herbisida juga dimungkinkan untuk dapat masuk dalam sistem
jaringan gulma dan mematikan gulma. Herbisida juga harus aman terhadap pemakai
atau penyemprot dan lingkungan.
Pemanfaatan Gulma
Gulma juga mempunyai pengaruh positif dalam lingkungan yaitu bermanfaat untuk:
- Melindunngi tanah dari
erosi
Imperata
cylindrica, paspalum, conjugatan, axonopus
Gulma
– gulma tersebut menjalar pada perakaran tanah sehingga dapat menahan air
sehingga tidak terjadi erosi.
-
Menyuburkan tanah
Gulma yang
dapat menyuburkan tanah yaitu Centrocema pubescens, Rureuria Javanica.
-
Sebagai Inang Pengganti
Gulma juga dapat
berpperan sebagai predator serangga hama atau pathogen
-
Sebagai Musuh Alami
Contoh
gulma sebagai musuh alami yaitu Cytrohynus lividevenis, Diadema Ecerophaga
-
Sebagai Trop Crop
Gulma
yang berfungsi sebagai Trop Crop yaitu Tripascum laxum pada teh, Platylenchus
Titonia Diversipolia
-
Sebagai Tanaman Penghalang
Contohnya
Tagetes patula, Meloidgyne Hapla.
-
Sebagai Herbalium
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Identifikasi Gulma dan Penggolongannya.http://aslilah.blogspot.com/.html.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2013.
Hartadi, H. S. Reksohadiprodjo, dan A. Tillman. 1986. Tabel
Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Moenandir, J. 1988.Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma.Buku 1.
Rajawali Press, Jakarta. 122 hlm.
Mursito,
B. 2000. Ramuan Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sukman,Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
thanks! makalahnya sangat membantu untuk menyelesaikan tugas saya
ReplyDelete