Popular Posts

Wednesday, October 5, 2016

Makalah Sistem Informasi Geografis / SIG -Pemetaan

Metode Pemetaan dan Interpretasi Penutupan/Penggunaan lahan
Pemetaan dilakukan dengan analisis sistem informasi geografis dan interpretasi penutupan/penggunaan lahan dengan menggunakan penginderaan jauh.
1.      Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi geografis (Geogrphic Information System(GIS)) banyak dijumpai defenisinya. Menurut Star and Estes (1990) dalam (Baja, 2012) memberikan defenisi SIG secara umum yaitu sebagai suatu sistem berbasis komputer untuk menangkap (capture), menyimpan (store), memanggil kembali (retrieve), menganalisis, dan mendisplay data spasial, sehingga efektif dalam menangani permasalahan yang kompleks baik untuk kepentingan penelitian, perencanaan, pelaporan maupun untuk pengelolaan sumber daya dan lingkungan.
Dilihat dari beberapa defenisi, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Memiliki perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah memiliki SIG apabila data geografis dan sumberdaya manusia yang mengoperasikannya belum ada. Sebagaimana sistem komputer pada umumnya, SIG hanyalah sebuah alat yang mempunyai kemampuan khusus. Kemampuan sumberdaya manusia untuk memformulasikan persoalan dan menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG (Puntodewo, dkk, 2003).
Komponen utama SIG terdiri atas (Geomatik, 2010)  :
a.         Hardware, yang terdiri dari komputer, GPS, printer, plotter, dan lain-lain. Dimana perangkat keras ini berfungsi sebagai media dalam pengolahan/pengerjaan SIG, mulai dari tahap pengambilan data hingga ke produk akhir baik itu peta cetak, CD, dan lain-lain.
b.      Software, merupakan sekumpulan program aplikasi yang dapat memudahkan kita dalam melakukan berbagai macam pengolahan data, penyimpanan, editing, hingga layout, ataupun analisis keruangan.
c.       Brainware, dalam istilah indonesia disebut sebagai sumberdaya manusia merupakan manusia yang mengoperasikan hardware dan software untuk mengolah berbagai macam data keruangan (data spasial) untuk suatu tujuan tertentu.
d.      Data Spasial, merupakan data dan informasi keruangan yang menjadi bahan dasar dalam SIG. Data ataupun realitas di dunia/alam akan diolah menjadi suatu informasi yang terangkum dalam suatu sistem berbasis keruangan dengan tujuan-tujuan tertentu.
Shamsi (2005) dalam (Martha, 2011) menyebutkan bahwa pengaplikasian Sistem Iinformasi Geografis memiliki beberapa keuntungan. SIG meningkatkan efisensi waktu, menghemat dana dan memudahkan pekerjaan. SIG juga menawarkan kemampuan dalam mengintegrasikan informasi sehingga menciptakan komunikasi yang lebih baik diantara pengguna informasi. Hal-hal tersebut membuat SIG mampu dimanfaatkan dan diaplikasikan dalam berbagai Bidang.
2.      Penginderaan Jauh
Kata penginderaan jauh merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris yaitu Remote Sensing. Pada Masyarakat Indonesia “penginderaan jauh” telah lazim disingkat Inderaja. Lillesand and Kiefer (2000)  mendefinisikan penginderaan jauh (remote sensing) sebagai: ilmu, seni dan teknologi mengenai proses memperoleh informasi tentang objek, area, atau fenomena melalui analisis data yang diakuisisi oleh suatu alat tanpa adanya kontak langsung dengan objek, area, atau fenomena tersebut.
Pengideraan jauh meliputi perangkat teknologi yang aplikasi sangat luas, dengan perangkat teknologi yang berbeda-beda. Namun demikian, semua sistem penginderaan jauh terdiri dari komponen dasar yang sama. Empat komponen dasar dari sebuah sistem penginderaan jauh adalah: (i) target; (ii) sumber energi; (iii) jalur transmisi, dan (iv) sensor (Baja, 2012).
Penginderaan jauh memberikan kemampuan pada kita untuk melihat sesuatu yang tidak tampak mata. Dari titik pandang penginderaan jauh maupun dari antariksa kita dapat memperoleh gambaran utuh menyeluruh (bahkan global) bumi kita. Kita dapat mulai melihat unsur lingkungan “berdasarkan ekosistem” dimana data penginderaan jauh dapat menerobos batas-batas kultural dimana data sumberdaya alama kita sekarang ini dikumpulkan (Lillesand and Kiefer, 1997)
Analisis data inderaja merupakan suatu kegiatan untuk mengenali kembali segala kenampakan obyek yang berhasil ditangkap oleh alat sensor yang dibawa satelit. Kenampakan citra dalam penyajian detil/data dipengaruhi oleh tingkat resolusi. Resolusi adalah daya pisah citra, yakni ukuran terkecil obyek yang masih dapat dikenali citra. Makin kecil obyek yang dapat dikenali atau makin tinggi resolusinya, kualitas citra semakin baik. Untuk citra satelit Landsat Thematic Mapper (TM) mempunyai resolusi 30 x 30 meter (satu pixel=pixel element) artinya obyek yang ukurannya lebih kecil dari 30 m tidak dapat dikenali (tidak tampak) dalam citra, sehingga lahan sawah yang ukurannya kurang dari 30x30 meter tidak akan tampak/dikenali pada citra satelit (Wahyunto, 2004).

Untuk tujuan perencanaan tata guna lahan, teknologi penginderaan jauh umumnya digunakan untuk mengidentifikasi objek dan mengklasifikasikan penggunaan dan penutupan lahan, serta fenomena yang terjadi baik secara alami maupun campur tangan manusia, dengan menggunakan foto udara atau citra satelit secata digital. Sebelumnya era satelit resolusi tinggi seperti sekarang, foto udara sangat umum digunakan dalam analisis tata guna lahan pada skala detail. Saat ini, citra dengan resolusi tinggi dapat menggantikan fungsi foto udara untuk keperluan interpretasi tata guna lahan (Baja, 2012).

1 comments:


  1. Terima Kasih gan untuk penjelasan nya. Sangat membantu dan bermanfaat dalam mempelajari Ilmu Sistem Informasi Geografis.

    dan Kunjungi juga website saya => http://markha-sa.mahasiswa.atmaluhur.ac.id/
    serta website kampus saya => www.atmaluhur.ac.id
    Thanks :D

    ReplyDelete