Makalah Elektroforesis Gel Agarosa
Elektroforesis
Gel Agarosa
Pendahuluan.
Elektroforesis gel merupakan salah satu
teknik utama dalam biologi molekular. Prinsip dasar teknik ini adalah bahwa
DNA, RNA, atau protein dapat dipisahkan oleh medan listrik. Dalam hal ini,
molekul-molekul tersebut dipisahkan berdasarkan laju perpindahannya oleh gaya
gerak listrik di dalam matriks gel. Laju perpindahan tersebut bergantung pada
ukuran molekul bersangkutan. Elektroforesis gel biasanya dilakukan untuk tujuan
analisis, namun dapat pula digunakan sebagai teknik preparatif untuk memurnikan
molekul sebelum digunakan dalam metode-metode lain seperti spektrometer massa,
PCR, kloning, sekuensing DNA, atau immuno-blotting yang merupakan metode-metode
karakterisasi lebih lanjut.
Gel yang
digunakan biasanya merupakan polimer bertautan silang (crosslinked) yang
porositasnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk memisahkan protein
atau asam nukleat berukuran kecil (DNA, RNA, atau oligonukleotida), gel yang
digunakan biasanya merupakan gel poliakrilamida, dibuat dengan konsentrasi
berbeda-beda antara akrilamida dan zat yang memungkinkan pertautan silang
(cross-linker), menghasilkan jaringan poliakrilamida dengan ukuran rongga
berbeda-beda. Untuk memisahkan asam nukleat yang lebih besar (lebih besar dari
beberapa ratus basa), gel yang digunakan adalah agarosa (dari ekstrak rumput
laut) yang sudah dimurnikan.
Pada tahun 1960,
para ilmuwan menemukan bahwa bakteri memiliki enzim yang memotong, atau
"mencerna," DNA organisme asing dan dengan demikian melindungi
sel-sel dari penjajah seperti virus.Para ilmuwan sekarang telah mengisolasi
beberapa ratus enzim ini, yang dikenal sebagai enzim restriksi, atau
endonuklease restriksi.Masing-masing mampu mengenali dan memotong di urutan DNA
spesifik, yang dikenal sebagai urutan pengenalan (recognition
sequence).Penemuan enzim restriksi membuat rekayasa genetika menjadi dapat
dilakukan karena peneliti bisa menggunakannya untuk memotong DNA menjadi
fragmen yang dapat dianalisis dan digunakan dalam berbagai prosedur. Pada
penelitian di laboratorium digunakan elektroforesis gel untuk memisahkan sampel
DNA yang telah dipotong oleh enzim restriksi. Fragmen DNA sampel ini kemudian
dibandingkan ukurannya dengan fragmen DNA yang telah diketahui / dikenal untuk
menganalisis DNA fragmen sampel.
Enzim restriksi
yang sangat spesifik.Mereka memotong DNA hanya dalam urutan pengakuan yang
sangat tepat.Semua situs pengenalan dalam DNA simetris, atau palindromic.Ini berarti bahwa urutan
situs pengenalan pada satu untai DNA membaca dalam arah yang berlawanan
mengikuti untai komplementernya pula.
Enzim restriksi EcoRI hanya mengenali
sequen 5′-G’AATCC-3 pada pita DNA; enzim EcoRV pada situs 5′-GAT’ATC-3′ , dan SacI
(5′-GAGCT’C-3′).
Memotong DNA dengan enzim restriksi dimulai dengan mencampur DNA
dengan satu atau lebih enzim restriksi dalam tabung microcentrifuge plastik
kecil. Total volume campuran adalah sekitar 20 ml.
Elektroforesis
digunakan untuk menyediakan informasi mengenai ukuran, konfirmasi dan muatan
dari protein dan asam nukleat.Elektroforesis dalam skala besar memungkinkan
untuk digunakan sebagai metode pemisahan yang dapat digunakan untuk menentukan
komponen dari protein atau asam nukleat setiap individu.
Prinsip
elektroforesis mengikuti gaya Lorentz yang dijabarkan sebagai berikut :
Prinsip kerja
elektroforesis gel dimulai saat makromolekul yang bermuatan listrik ditempatkan
pada medium berisi tenaga listrik.
Molekul-molekul tersebut akan bermigrasi menuju kutub positif atau kutub
negatif berdasarkan muatan yang terkandung di dalamnya. Molekul-molekul yang bermuatan negatif
(anion) akan bergerak menuju kutub positif (anoda), sedangkan molekul-molekul
yang bermuatan positif (kation) akan bergerak menuju kutub negatif (katoda).
Elektroforesis gel memisahkan makromolekul berdasaran laju perpindahannya
melewati suatu gel di bawah pengaruh medan listrik. Elektroforesis gel memisahkan suatu campuran
molekul DNA menjadi pita-pita yang masing-masing terdiri atas molekul DNA
dengan panjang yang sama.
Elektroforesis
gel memiliki beberapa komponen yang terdiri dari :
·
Comb; digunakan untuk membentuk ‘sumur’ pada gel
agarose.
·
Tray; digunakan untuk sebagai
cetakan gel agarose.
·
Chamber; digunakan sebagai
wadah gel agarose.
·
Sumber listrik; digunakan untuk
memberi arus saat proses elektroforesis.
Dalam
elektroforesis juga digunakan bahan-bahan sepert Etidium Bromida yang bersifat karsinogenik dan Brom Fenol
Blue. Hal tersebut karena Etidium Bromida dapat meningkatkan daya fluoresensi
dari DNA sehingga dapat terlihat jelas, sedangkan Brom Fenol Blue berfungsi
sebagai pewarna untuk memantau kecepatan molekul DNA pada gel .
Elektroforesis
gel menggunakan gel Agarose yang berfungsi sebagai matriks penyaring molekul.
Pemilihan gel bergantung pada ukuran molekul yang akan dielektroforesis. Gel
Agarose ditujukan untuk memisahkan molekul lebih dari 100 bp dan gel
Poliakrilamida untuk molekul-molekul 1-300 bp, bahkan mampu untuk membedakan
molekul-molekul dengan selisih panjang 1 nukeotida. Gel Agarose berasal dari polisakarida
alga jenis Rhodophyla yang dimurnikan. Alga merah memiliki komponen Gelidian
dan Glaucaria yang dimodifikasi residu galaktosanya didalam hubungan dengan
polisakarida agropefin dibentuk agar.Agarose larut pada buffer (TAE;
tris-acetate-EDTA) yang mendidih kemudian didinginkan.Hasil dicetak pada
cetakan gel yang ditempatkan pada suhu kamar.
Ada tiga jenis
gel yang dapat digunakan dalam elektroforesis DNA, yaitu:
1.
Gel poliakrilamida denaturasi,
berfungsi untuk memurnikan penanda oligonukleotida dan menganalisis hasil
ekstensi primer.
2.
Gel alkalin agarosa, berfungsi
untuk memisahkan rantai DNA yang berukuran besar.
3.
Gel agarose formaldehid
denaturasi, berfungsi untuk menyediakan sistem elektroforesis yang digunakan
untuk fraksi RNA pada ukuran standar.
Menyiapkan
dan Menjalankan Elektroforesis Gel DNA
Peralatan dan perlengkapan yang
diperlukan untuk melakukan elektroforesis gel agarosa meliputi:
·
Alat Elektroforesis (cetakan gel dan tangki larutan
penyangga elektroda)dan power supply.
·
Baki penuangan, yang tersedia
dalam berbagai ukuran dan terdiri dari plastik transparan-UV. Ujung terbuka
dari baki ditutup dengan pita sementara gel sedang cor, kemudian dihapus
sebelum elektroforesis.
·
Sisir sampel, sekitar yang
agarosa cair dituangkan untuk membentuk sumur sampel pada gel.
·
Elektroforesis penyangga,
biasanya Tris-asetat-EDTA (TAE) atau Tris-borat-EDTA (TBE).
·
Loading buffer; berisi sesuatu yang padat (misalnya gliserol)
untuk memungkinkan sampel untuk "jatuh" ke dalam sumur sampel, dan
satu atau dua pewarna pelacakan, yang bermigrasi dalam gel dan memungkinkan
pemantauan visual atau seberapa jauh elektroforesis telah berlangsung.
·
Ethidium bromide, pewarna
fluorescent yang digunakan untuk pewarnaan asam nukleat CATATAN:. Bromide
Ethidium diketahui sebagai mutagen dan dianggapsebagai bahan kimia berbahaya –harus memakai sarung tangan saat menggunakannya.
·
Transilluminator (sebuah
lightbox ultraviolet), yang digunakan untuk memvisualisasikan ethidium
bromide-bernoda DNA dalam gel.
CATATAN:.Selalu
memakai kacamata pelindung saat mengamati DNA pada transilluminator untuk
mencegah kerusakan mata dari sinar UV.
Penuangan gel.
Setelah gel memadat, comb
sample kemudian diangkat dengan hati-hati supaya tidak mengoyak bagian
bawah 'sumur'. Gel yang berada dalam baki penuangan, dimasukkan secara
horizontal ke ruang elektroforesis dan dilapisi dengan buffer. Sampel yang
mengandung DNA dicampur dengan loading
buffer kemudian dipipet ke 'sumur' sampel,kemudian ditutup dan disambungkan
dengan peralatan dan arus listrik dijalankan.Arus yang mengalir dapat dikonfirmasi
dengan mengamati gelembung yang timbul
elektroda. DNA akan bermigrasi ke arah elektroda positif, yang biasanya
berwarna merah.
Setelah proses elektroforesis selesai, dilakukan proses pewarnaan
(staining) agar molekul sampel yang telah terpisah dapat dilihat. Etidium
bromida, perak, atau pewarna "biru Coomassie" (Coomassie blue) dapat
digunakan untuk keperluan ini. Jika molekul sampel berpendar dalam sinar
ultraviolet (misalnya setelah "diwarnai" dengan etidium bromida), gel
difoto di bawah sinar ultraviolet. Jika molekul sampel mengandung atom
radioaktif, autoradiogram gel tersebut dibuat.
Pita-pita (band) pada lajur-lajur (lane) yang berbeda pada gel akan
tampak setelah proses pewarnaan; satu lajur merupakan arah pergerakan sampel
dari "sumur" gel. Pita-pita yang berjarak sama dari sumur gel pada
akhir elektroforesis mengandung molekul-molekul yang bergerak di dalam gel
selama elektroforesis dengan kecepatan yang sama, yang biasanya berarti bahwa
molekul-molekul tersebut berukuran sama. "Marka" atau penanda
(marker) yang merupakan campuran molekul dengan ukuran berbeda-beda dapat
digunakan untuk menentukan ukuran molekul dalam pita sampel dengan
meng-elektroforesis marka tersebut pada lajur di gel yang paralel dengan
sampel.Pita-pita pada lajur marka tersebut dapat dibandingkan dengan pita
sampel untuk menentukan ukurannya.Jarak pita dari sumur gel berbanding terbalik
terhadap logaritma ukuran molekul.
Jarak DNA yang bergerak di dalam gel dapat divisualisasi dengan
memantau pergerakan warna pelacakan.Pewarna Bromophenol cyanol biru dan
Xilena bergerak melalui gel agarosa di
sekitar tingkat yang sama seperti pada fragmen DNA untai ganda yaitu
masing-masing menanda 300 dan 4000 bp.Fragmen DNA kemudian dapat
divisualisasikan dengan pewarnaan etidium bromida. Pewarna yang dijadikan dasar
pembeda anatara DNA dan RNA ini dapat ditambahkan ke dalam gel selama
elektroforesis atau gel dapat diwarnai setelah elektroforesis dengan merendam
gel ke dalam larutan encer etidium bromida.Untuk memvisualisasikan DNA atau
RNA, gel ditempatkan pada transilluminator
ultraviolet. Sebaiknya pemeriksaan fotografi dilakukan tidak lama setelah
proses elektroforesisselesai karena DNA akan menyebar dalam gel dari waktu ke waktu.
Beberapa faktor tambahan memiliki efek penting pada pergerakan
fragmen DNA dalam gel agarosa. Faktor-faktor utama adalah:
1.
Konsentrasi agarosa.
Perbedaan ukuran fragmen DNA dapat diatasi
dengan menggunakan gel agarosa yang memiliki konsentrasi berbeda.Konsentrasi
gel agarosa yang lebih besar memfasilitasi pemisahan fragmen DNA yang lebih
kecil, sementara konsentrasi agarosa rendah memungkinkan pemisahan bagi fragmen
DNA yang lebih besar.Pada gambar ditunjukkan pergerakan dari serangkaian fragmen
DNA dalam tiga konsentrasi agarosa, yang semuanya dalam baki gel yang sama dan
dielektroforesis pada tegangan yang sama.
fragmen yang lebih besar jauh lebih baik dipaparkan dalam konsentrasi gel agarosa 0,7% ,
sedangkan fragmen kecil yang dipisahkan pada konsentrasi 1,5% agarose. 1000 bp
fragmen ditunjukkan di setiap jalur.
2. Tegangan.
Tegangan
listrik diberikan untuk meningkatkan kemampuan gel dalam memisahkan fragmen
DNA. Resolusi terbaik fragmen yang lebih besar dari sekitar 2 kb dicapai dengan
memberikan tegangan listrik pada gel agarosa tidak lebih dari 5 volt per
cm (nilai cm adalah jarak antara dua
elektroda, bukan panjang gel).
3. Larutan penyangga (Buffer) Elektroforesis.
Beberapa
buffer yang berbeda telah direkomendasikan untuk elektroforesis DNA.Yang paling
sering digunakan untuk perakitan DNA adalah TAE (Tris-asetat-EDTA) dan TBE
(Tris-borat-EDTA). Fragmen DNA akan bergerak pada tingkat yang agak berbeda
dalam dua buffer ini karena perbedaan kekuatan ion. Larutan penyangga tidak
hanya membangun pH, tetapi memberikan ion untuk mendukung
konduktivitas.Kekeliruan dalam menggunakan larutan penyangga dapat menyebabkan
tidak adanya pergerakan fragmen DNA pada gel agarosa.Penggunaan larutan
penyangga yang berlebihan dapat pula menghasilkan panas yang tidak sesuai
hingga mencairkan kembali gel agarosa.
4. Pengaruh Ethidium Bromide.
Ethidium bromide
adalah pewarna berpendar yang ditambhakan antara dasar asam nukleat dan
memungkinkan deteksi visual fragmen DNA dalam gel.Ethidium bromide dapat
dimasukkan ke dalam gel agarosa, atau ditambahkan ke sampel DNA sebelum
dimasukkan ke dalam 'sumur' pada gel agarosa untuk memungkinkan visualisasi
fragmen dalam gel. Pengikatan etidium bromida dengan DNA dapat mengubah massa
dan kekakuan DNA karena mobilitasnya.
Referensi
Anonim.[dalam jaringan] disadur dari http://www.phschool.com/science/biology_place/labbench/lab6/design2.htmldiakses pada..
Anonim.[dalam jaringan] disadur dari http://sciencebiotech.net/elektroforesis-pintu-gerbang-penelitian-biologi-molekular/ diakses pada..
Birren, B., E.
Lai. 1993. Pulsed field ge electrophoresis: a practical guide. Academic Press,
Inc., San Diego.
Campbell, N.A.,
J. B. Reece & L. G. Mitchell. 2002. BIOLOGI. Ed ke-5.Erlangga : Jakarta.
Davis, L., M.
Kuehl, & J. Battey. 1994. Basic methods: Molecular biology 2nd ed. Appleton
& Lange, Norwola.
Fairbanks, D.J.,
W.R. Andersen. 1999. Genetics: The continuity of life. Brooks/Cole Publishing
Company, New York.
Jean, Francois
Giot. 2010. Agarose Gel Electrophoresis – Aplications in Clinical
Chemistry.Journal of Medical Biochemistry 2010.
Klug, W.S., M.R.
Cummings. 1994. Concept of genetics 4th ed. Merrill Publishing Co. : Columbus,
Ohio.
0 comments:
Post a Comment