Makalah Kesehatan :Treponematosis
Treponematosis
Pengantar.
Genus
Treponema meiliki spesies yang patogen dan nonpatogen. Spesies yang patogen
pada manusia menyebabkan empat treponematoses (penyakit yang disebabkan
treponema): sifilis (T pallidum subsp pallidum), frambusia (T pallidum subsp
pertenue), sifilis endemik (T pallidum subspesies endemicum), dan pinta (T
caratium). Treponema patogenik mungkin saja menjadi bagian dari flora normal
pada saluran pencernaan, rongga mulut, atau saluran kelamin. Beberapa spesies
treponema pada rongga mulur telah dikaitkan dengan penyakit gingivitis dan
penyakit periodontal.
Manifestasi
Klinis.
Penyakit
sifilis pada kelamin adalah prototipe penyakit treponemal dan satu-satunya
treponematosis yang penting di negara-negara maju. Manifestasi klinis sifilis
yang kompleks dan periode terkait dengan setiap tahap bervariasi. Setelah masa
inkubasi 10 sampai 90 hari, perbanyakan sel treponema meluas di tempat masuknya
menghasilkan eritema dan indurasi. Papul yang dihasilkan akhirnya berkembang
menjadi ulkus dangkal dengan basis yang kuat disebut chancre yang keras. Pada
kondisi ini penyakit sifilis dapat dengan mudah menular didukung beberapa
spesies treponema yang ada dan menyebabkan lesi. Kelenjar getah bening menjadi
besar dan menyebabkan limfadenopati regional. Gejala seperti ini dapat bertahan
selama 2 sampai 6 minggu dan menyembuhkan lesi primer. Seterusnya hanya
menyisakan sisa-sisa bekas luka.
Tahap kedua
berupa penyebaran penyakit dimulai setelah periode asimtomatik 2 sampai 24
minggu. Sel-sel berkembangbiak di banyak jaringan yang berbeda. Manifestasi
klinis berupa demam ringan, limfadenopati tergeneralisasi, malaise , dan ruam
mukokutan. Ruam awalnya muncul pada telapak tangan dan akhirnya menyebar ke
daerah lain. Ruam mungkin makula, papular, folikel, papulosquamous, atau pustular.
Luka dangkal (patch mukosa) dapat terjadi pada selaput lendir mulut, vagina,
atau anus, sedangkan lesi seperti kutil disebut kondiloma lata bisa terbentuk
di daerah intertriginosa yang lembab. Semua lesi yang berasosiasi dengan treponema bersifat sangat menular.
Deposisi imun kompleks yang terdiri dari
antigen dan antibodi treponema pada sel tubuh di membran basal glomerulus dapat
menghasilkan sindrom nefrotik. Dua sampai enam minggu setelah timbulnya sifilis
sekunder, pertahanan sel host dapat sembuh. Sekitar 25 persen dari pasien yang
tidak diobati dapat kambuh kembali pada tahap sekunder ini dalam beberapa tahun
pertama setelah infeksi.
Periode
antara sifilis sekunder dan tersier, disebut latency, bisa bertahan selama
bertahun-tahun. Latency awal mengacu pada 4 tahun pertama ketika kambuh
sekunder dapat terjadi; akhir latency adalah periode asimtomatik luar 4 tahun.
Selama periode terakhir ini, pasien rentan terkena organisme menular, terutama
di limpa dan kelenjar getah bening.Pemeriksaan serologi darah tetap positif
menunjukkan penyakit sifilis.
Sifilis
periode tersier dapat mempengaruhi hampir semua jaringan. Sekitar 80 persen
kematian disebabkan oleh keterlibatan kardiovaskular, 20 persen sisanya dikarenakan faktor
neurologis. Masalah kardiovaskular biasanya dikaitkan dengan peradangan lokal
yang disebabkan oleh perbanyakan treponema dalam dinding aorta toraks.
selanjutnya menghasilkan komplikasi seperti aneurisma dan stenosis arteri
koroner. Sifilis neurologis dapat menyebabkan meningeal, meningovaskular,
parenkim, atau berbagai kombinasinya. Jika bentuk parenkim melibatkan otak, itu
disebut paresis umum; jika melibatkan tulang belakang, hal itu disebut tabes
dorsalis. Komplikasi neurosifilis termasuk demensia (merupakan istilah yang
digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan
yang terjadi pada otak), kehilangan fungsi proprioception (kemampuan otak untuk
mengetahui letak bagian tubuhmu tanpa perlu melihatnya) pada otak, stroke, dan
kebutaan. Untuk alasan yang tidak jelas, sifilis kardiovaskular jauh lebih umum
daripada selama era pra-antibiotik. Guma adalah lesi sifilis tersier yang
sangat destruktif yang biasanya terjadi pada kulit dan tulang, tetapi juga bisa
terjadi pada jaringan lain. Mereka necrotizing granuloma dengan berbagai
limfosit, sel-sel raksasa, dan sel-sel epiteloid, tetapi hanya sedikit
treponema. Sejumlah kecil treponema bertanggung jawab untuk terlambatnya respon
hipersensitivitas.
Selain
tiga tahap penyakit pada orang dewasa, T pallidum subsp pallidum juga merusak
janin. Wanita hamil yang memiliki gejala awal sifilis atau tanpa gejala, bakteri menyebar melewati
plasenta untuk menginfeksi janin. Sekitar 50 persen dari janin yang diaborsi
atau lahir kemudian meninggal dan sisanya menunjukkan beragam tanda-tanda sifilis. Pada awal sifilis kongenital,
tanda-tanda yang jelas nampak sebelum usia dua tahun. Ini termasuk lesi
mukokutan, osteochondritis (terutama dalam tulang panjang), anemia, dan
hepatosplenomegali. Pada sifilis kongenital, anak yang terinfeksi tampak normal
dua tahun usia dan kemudian menunjukkan manifestasi sifilis, seperti keratitis
interstisial dan kebutaan, deformasi gigi (gigi seri berlekuk dan geraham
bulan), tuli delapan saraf, neurosifilis, rhagades (celah di mucocutaneous persimpangan),
lesi jantung, sendi Clutton itu (akumulasi cairan di lutut), dan deformasi
tulang kaki, septum hidung, dan langit-langit keras. Kombinasi stigmata ini
sering terjadi. Pada sifilis kongenital, tiga manifestasi biasa terlihat,
disebut triad Hutchinson, adalah keratitis interstisial, berlekuk gigi seri,
dan tuli delapan saraf.
Klasifikasi
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Spirochaetes
Class :
Spirochaetes
Ordo :
Spirochaetales
Familia : Treponemataceae
Scanning electron
micrograph of T pallidum. (From Fitzgerald TJ, Cleveland P, Johnson RC et
al: Scanning electron microscopy of Treponema pallidum (Nichols strain)
|
Spesies : Treponema sp
Treponema pallidum
merupakan bakteri yang motil (dapat bergerak), yang umumnya menginfeksi melalui
kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang melalui celah di antara sel
epitel. Organisme ini juga dapat ditularkan kepada janin melalui jalur
transplasental selama masa-masa akhir kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa
heliks memungkinkan Treponema pallidum
bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium
kental seperti lendir (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses
sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran
mukosa.
Struktur
bakteri Treponema pallidum identik
dengan struktur Treponema secara umum, hanya kandungannya lebih jelas
diketahui. Susunan Treponema pallidum (bobot kering) kira-kira adalah 70%
protein, 20% lipid,dan 5% karbohidrat. Kandungan lipidnya relative tinggi untuk
bakteri. Dari lipid total, 68% adalah fosfolipid (terutama fosfatidilkolin,
sfingomiolin, serta kardiolipin) dan 32% merupakan lipid netral (terutama
kolesterol).
Morfologi
http://blogs.discovermagazine.com/bodyhorrors/files/2014/08/image.jpg
|
Treponema pallidum
dapat bergerak selama 3-6 hari pada suhu 25ºC. Di dalam darah lengkap atau
plasma yang disimpan pada suhu 4ºC, organisme ini tetap viabel selama
sedikitnya 24 jam, yang secara potensial penting pada tranfusi darah. Telah
dipostulasikan daur hidup Treponema pallidum, termasuk stadium granular dan
badan serupa kista yang berbentuk bulat, disamping bentuk Spirochaeta.
Kemampuan Triponema pallidum untuk sesekali menembus saringan bakter
diperkirakan akibat stadium granular.
Treponema pallidum
merupakan organisme yang mempunyai
rentang optimal yang sempit, yaitu tentang pH optimal (7,2-7,4), rentang Eh
(-230 sampai -240 mV), dan rentang suhu (30-37ºC). Bakteri ini diinaktifkan
secara cepat dengan pemanasan sedang, keadaan dingin, kekeringan dan oleh
sebagian desinfektan. Bakteri ini bersifat mikroaerofilik dan membutuhkan
keadaan oksigen redah (1-4%). Bakteri ini dengan zat warna anilin tidak
terwarnai dengan baik, tetapi mampumereduksi perak nitrat menjadi logam perak,
yang diletakkan pada permukaan bakteri, sehingga di dalam jaringan dapat
diperlihatkan bakteri yang dikenal dengan impregnasi perak.
Patogenesis
Manusia
merupakan hospes alami satu-satunya bagi Treponema
pallidum, dan infeksi terjadi melalui kontak seksual. Organisme ini
menembus mukosa atau masuk melalui kulit yang mempunyai luka kecil. Setelah
berada di dalam hospes, organisme tersebut akan memperbanyak diri.
Treponema pallidum
segera memasuki aliran darah dan pembuluh limfe dan menyebar ke jaringan lain.
Jaringan yang menjadi sasaran meliputi kelenjar limfe, kulit, selaput mukosa,
hati, limpa, ginjal, jantung, tulang, mata, selaput otak, dan susunan syaraf
pusat. Pada wanita, lesi awal biasanya terdapat pada labia, dinding vagina,
atau pada serviks. Pada pria, lesi awal terdapat pada batang penis atau glans
penis. Lesi primer dapat pula terjadi pada bibir, lidah, tonsil, atau daerah
kulit lainnya.
Setelah
menembus aliran darah secara specifik Treponema
pallidum menambatkan diri pada sejumlah besar jaringan. Selain menambatkan
diri, Treponema pallidum memiliki sedikitnya 3 faktor virulensi yang secara
parsial menetralkan respons imun. Zat glikosaminoglikan yang serupa dengan asam
hialuronat bekerja sebagai faktor antikomplemen. Polisakarida berantai lurus
panjang ini melapisi seluruh permukaan luar organisme. Zat tersebut mengganggu
daya bunuh bakteri Treponema pallidum
melalui jalur komplemen klasik(tergantung antibodi). Disamping itu Treponema pallidum membawa asam sialat
pada permukaannya, yang dapat memperlambat aktivasi dan pembunuhan melalui
jalur komplemen alternative(tidak tergantung antibodi). Treponema pallidum tampaknya memiliki suatu jalur siklooksigenase
yang utuh dan mampu membentuk prostaglandin E2-nya sendiri dan mampu menghambat
pemrosesan imun dini dengan cara merangsang kegiatan supresor dari makrofag.
Patogenesis sifilis
dalam stadium-stadium adalah sebagai berikut :
a. Tahap
Masuknya Treponema
Treponema
pallidum masuk ke dalam tubuh melalui lesi kulit atau
selaput lendir. Jika melalui kulit harus ada mikro/makro lesi, sedangkan jika
melalui selaput lendir dapat dengan tanpa ada lesi. Pada tempat masuknya kuman
dapat mengadakan multiplikasi dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya
infiltrat yang terdiri atas limfosit dan sel plasma yang secara klinis dapat
dilihat sebagai papula. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas pada tempat
masuknya kuman, tetapi juga di daerah perivaskuler.
b. Stadium I
(SI)
Kerusakan vaskuler ini
mengakibatkan aliran darah pada daerah tersebut berkurang sehingga terjadi
erosi atau ulkus, dan keadaan ini disebut afek primer SI. Treponema masuk
aliran darah dan limfe, kemudian menyebar ke seluruh jaringan tubuh, termasuk
kelenjar getah bening regional. Bila sudah mengenai kelenjar getah bening
regional disebut kompleks primer SI.
c. Stadium II
(SII)
Perjalanan secara hematogen akan
menyebarkan kuman ke seluruh jaringan tubuh, tetapi manifestasinya baru akan
tampak kemudian. Reaksi jaringan terhadap multiplikasi ini akan terlihat 6-8
minggu setelah kompleks primer dan reaksi ini bermanifestasi sebagai SII dengan
berbagai bentuk kelainan yang biasanya didahului oleh gejala prodromal. Lesi
primer perlahan-lahan menghilang karena kuman di tempat tersebut berkurang
jumlahnya dan penyembuhan terjadi tanpa atau dengan jaringan parut tipis. Lesi
SII secara perlahan-lahan juga menghilang dan akhirnya tidak terlihat sama
sekali dalam waktu kurang lebih 9 bulan.
d. Stadium Laten
Stadium laten adalah stadium tanpa
tanda atau gejala klinis, tetapi infeksi masih ada dan aktif yang ditandai
dengan S.T.S (Serologic Test for Syphilis) positif. Kadang-kadang proses
imunitas gagal mengendalikan infeksi, sehingga Treponema pallidum berkebang
lagi dan menimbulkan lesi seperti pada SI atau SII dan stadium ini disebut
stadium rekuren. Stadium ini terjadi tidak lebih dari 2 tahun terhitung sejak
permulaan infeksi. Stadium laten lanjut dapat berlangsung beberapa tahun,
antibody tetap ada dalam serum penderita (S.T.S positif).
e. Stadium Gumma
Keseimbangan antara Treponema dan
jaringan dapat tiba-tiba berubah, sebabnya belum jelas, mungkin trauma
merupakan salah satu faktor untuk timbulnya SIII yang berbentuk gumma. Pada
stadium gumma ini, Treponema sukar ditemukan tetapi reaksinya bersifat
destruktif. Lesi sembuh dengan berangsur-angsur dengan pembentukan jaringan
fibrotik dan lesi tersier ini dapat berlangsung beberapa tahun. Treponema
pallidum dapat mencapai sistem kardiovaskuler dan saraf pusat dalam waktu dini
tetapi kerusakan yang ditimbulkannya terjadi perlahan-lahan sehingga perlu
waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Hampir 2/3 kasus dengan
stadium laten dapat meneruskan hidupnya tanpa menimbulkan gejala klinis.
Epidemiologi
Saat
ini, insiden syphilis meningkat di berbagai dunia. Semua syphilis diperoleh
melalui hubungan seksual, kecuali syphilis kongenital dan syphilis pada tenaga
medis yang diperoleh akibat kontak di tempat kerja. Insiden tertinggi terdapat
pada laki-laki homoseksual, dan sering reinfeksi pada orang yang telah diobati.
Mayoritas
khasus infeksi syphilis terjadi pada orang yang aktif secara seksual dalam
kelompok usia 20 hingga 40 tahun. Sebagai akibat dari infeksi ini, chancres
(luka) terjadi diseluruh bagian luar alat kelamin, vagina, anus, atau dubur.
Chancre ini mungkin juga dapat berkembang di bibir atau di dalam mulut. Infeksi
menyebar melalui kontak langsung dan melalui hubungan seksual.
Gejala
Gejala
penyakit sipilis biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi.
Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan
jantung, kerusakan otak maupun kematian. Sedangkan pada fase laten dimana tidak
nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau
berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase
laten kadang luka yang infeksius kembali muncul.
Gejala
penyakit sipilis dibedakan berdasarkan jenis kelamin penderitanya dan stadium
penyakitnya. Pada stadium pertama, seorang wanita akan menemukan luka kecil
(Syanker) dekat dengan vagina. Seorang pria akan menemukan ulkus yang berupa
benjolan keras di sekitar venis. Gejala ini bisa juga tumbuh di bibir dalam
mulut, atau disekitar rektum. Jika gejala ini tidak segera diatasi, maka orang
yang mengidap penyakit sipilis akan memasuki gejala-gejala stadium ke dua.
Gejala
penyakit sipilis umum seperti bercak di sekujur tubuh yang timbul beberapa
minggu. Ada kemungkinan gejala-gejala lainpun muncul. Seperti, bintik di dalam
mulut serupa sariawan, atau bercak di tangan dan kaki. Jika hal tersebut juga
tidak diobati, ini dapat merusak sel otak atau melumpuhkan tulang sum-sum atau
merusak jantung, serta pembuluh darah. Dengan kata lain penyakit sipilis bisa
membuat penderitanya menjadi gila dan lumpuh.
Gejala
penyakit sipilis lain adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan
nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia. Gejala dan tanda dari Sipilis
banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit
dilakukan dan penyakit ini sering disebut “Peniru Besar” karena sering dikira
penyakit lainnya.
Saat
penyakit sipilis masuk minggu ke 3-6 penderita akan merasa penyakitnya
seolah-olah sembuh. Walau pun tanpa pengobatan.
Gejala-gejala luar dirasa hilang. Padahal ini masih dalam efek primer
dominan. Masuk 2 bulan setelah tertular (bulan ke 3) penyakit sipilis masuk
tahap stadium II. Penderita sipilis akan
demam, kepala sakit, sakit tulang dan sebagainya. Kulit dan selaput
lendir masih ada luka tapi tidak terasa gatal.
Pada
sipilis stadium 2 ini kelenjar getah bening masih mengalami bengkak. Bahkan
sudah menyeluruh. Kondisi ini disebut limfadenitis generalisata. Dimana
jaringan sistem imunitas tubuh di bagian limfosit diserang.
Gangguan
di kulit penderita sipilis ini dapat menghilang walau pun tanpa pengobatan.
Kemudian akan muncul lagi dalam bentuk yang tidak simetris. Bahkan hilang sama
sekali. Penderita akan menganggap dirinya sudah sembuh. Padahal belum sama
sekali dan masih menular. Kondisi ini disebut sebagai sipilis laten. Atau
sipilis tanpa gejala yang terlihat tapi masih sangat berbahaya dan sangat
menular.
Satu-satunya
cara untuk mengetahui sembuh atau tidaknya hanya dengan pemeriksaan tes VDRL
dan TPHA di laboratorium. Tes ini harus sering dilakukan selama tahap
pengobatan agar penderita mengetahui perkembangan pengobatan. Juga untuk
mengetahui jumlah kuman pada cairan tubuh dan darah.
Setelah
3-10 tahun sejak tertular penyakit sipilis akan masuk ke stadium 3. Pada
stadium ini sipilis tidak menular. Tapi banyak organ tubuh penderita sipilis
yang sudah rusak.Resiko tertular penyakit Sipilis jika melakukan hubungan seks
tidak aman atau tanpa pelindung. Hubungan seks yang dilakukan meliputi seks
vaginal, anal dan oral.
Diagnosis
Diagnosis
penyakit sifilis secara pasti dipersulit karena
Treponema pallidum belum dapat dibiakkan secara in vitro. Manifestasi
klinik, demonstrasi bakteri Treponema pada bahan lesi, dan reaksi serologi
digunakan untuk mendiagnosis. Pada sebagian besar kasus, manifestasi klinik
sudah cukup khas. Bila manifestasi tersebut mencakup lesi eksudatif, harus
dapat ditemukan bakteri Treponema di dalam bahan lesi.
Mikroskop
lapangan gelap digunakan untuk memvisualisasi organisme motil dan non motil.
Pada mikroskop lapangan gelap, Treponema pallidum akan tampak seperti pembuka
tutup botol (corkscrew), dan akan bergerak seperti spiral, undulasi yang khas
pada titik tengahnya. Suatu lesi hanya dianggap bersifat non sifilitik bila
telah didapatkan hasil negative pada tiga kali pemeriksaan.
Uji
serologik untuk sifilis Uji serologik penting dalam diagnosis, terutama pada
kasus dengan manifestasi klinis yang membingungkan atau bila tidak terdapat
bahan eksudat. Selama bertahun-tahun telah dikembangkan berbagai uji serologik,
yang terbagi dalam dua kelompok umum yaitu:
a.
Uji non-treponemal (missal VDRL,RPR)
bermanfaat untuk penapisan. Agar pemeriksaan dapat memberikan hasil positif
maka diperlukan waktu minimum 1-3 minggu dari saat infeksi terjadi. Pemeriksaan
biasanya positif pada sifilis primer dan selalu positif pada sifilis sekunder.
Meskipun demikian pemeriksaan-pemeriksaan tersebut non spesifik; hasil positif
palsu biologik (biasanya 1:8) terjadi pada para pengguna obat intravena, pada
banyak infeksi akut(misalnya mononucleosis infeksiosa, infeksi mycoplasma),
pada berbagai penyakit kronis (misalnya : lupus erythematosus sistemik) dan
kemungkinan kehamilan.
b.
Uji Treponemal mengukur kadar antibodi
yang timbul sebagai respon terhadap komponen antigenic Treponema pallidum. Uji
antibody specifik kemungkinannya tinggi apabila ada infeksi Treponemal pada
saat ini maupun pada waktu lampau. Contoh uji Treponemal:
(1)
Fluorescent Treponema
Antibody-Absorbtion (FTA-Abs) Test.
Uji ini menggunakan imuno
fluoresensi indirek (Treponema pallidum yang dimatikan+serum penderita+anti
gammaglobulin manusia yang berlabel), dan menunjukkan spesifisitas dan
sensitifitas yang sangat baik untuk antibody sifilitik, bila serum penderita
telah diabsorbsi oleh spirochaeta galur reiter yang disonifikasi sebelum
dilakukan uji FTA. Uji FTA-Abs merupakan uji pertama yang menjadi positif pada
sifilis stadium dini, dan biasanya tetap positif bertahun-tahun setelah
pengobatan yang efektif pada sifilis stadium dini. Uji ini tidak dapat
digunakan untuk menentukan efektifitas pengobatan. Keberadaan FTA IgM di dalam
darah neonates merupakan bukti yang baik tentang terjadinya infeksi secara in
utero (sifilis congenital).
(2)
Treponema pallidum Hem Aglutination
(TPHA) Test.
Sel eritrosit dibuat supaya dapat
mengabsorbsi bakteri Treponema pada permukaanya.bila dicampur dengan serum yang
mengandung antibodi anti treponemal, eritrosit tersebut akan menggumpal. Uji
ini serupa dengan uji FTA-Abs dalam hal spesifisitas dan sensitifitas, tetapi
memberikan hasil positif dalam perjalanan infeksi yang lebih lanjut.
Reaksi
positif palsu (Biological false positif / BFP )
Hasil
reaksi positif palsu akut atau sementara pada uji reaginik nontreponemal
mungkin terjadi bila terdapat rangsangan imunologik yang kuat (contohnya pada
infeksi akut yang dissebabkan oleh bakteri, pneumonia, hepatitis,
penyakit-penyakit virus yang memberikan rash kulit, atau pada vaksinasi). Hasil
pemeriksaan yang tetap positif selama berbulan-bulan terjadi pada orang yang
mengalami ketergantungan obat (narkotika) pada penyakit autoimun atau penyakit
jaringan ikat (kolagen), khususnya lupus eritematosus sistemik, juga pada usia
lanjut (sampai 10% orang berusia di atas 70 tahun) atau pada keadaan
hipergamaglobulinemia. Sedangkan pemeriksaan yang memberikan hasil positif
palsu pada uji reginik nontreponemal cenderung berkaitan dengan factor serum
lainnya yang seringkali berhubungan dengan penyakit autoimun, misalnya antibody
antinuclear, antitiroid, atau antimitokondria, factor rheumatoid, dan
krioglobulin (cryoglobulin).
Pemeriksaan
yang memberikan hasil positif palsu pada uji reginik nontreponemal biasanya
dapat diverifikasi dan adanya sifilis dapat disingkirkan dengan cara
mendapatkan hasil negative pada uji antibodi treponemal spesifik (misalnya
dengan FTA-abs, TPHA). Sayangnya, kadang-kadang penyakit yang sama dapat
memperlihatkan reaksi silang yang artinya memberikan hasil positif palsu pada
ujii reaginik nontreponemal, dapat pula memberikan hasil positif palsu pada uji
reaginik nontreponemal, dapat pula memberikan hasil uji FTA-abs yang positif
atau positif meragukan (borderline positive). Demikian pula FTA-abs dapat
memberikan hasil positif ketika hasil pemeriksaan VDRL menunjukkan negative.
Pengobatan
Penisilin
dengan konsentrasi 0,003 unit/ml mempunyai aktifitas treponemisidal yang jelas,
dan penisilin adalah pengobatan pilihannya. Sifilis dengan durasi kurang dari 1
tahun diobati dengan injeksi tunggal benzatin penisilin G secara intramuscular.
Pada sifilis stadium lebih yang lebih lanjut/ laten, benzatin penisilin G
secara intramuscular diberikan 3 kali dengan interval 1 minggu.
Pada
neurosifilis, juga diberikan pengobatan yang sama, tetapi dosis tinggi
penisilin intravena kadang satu minggu. Pada neurosifilis, juga diberikan
pengobatan yang sama, tetapi dosis tinggi penisilin intravena kadang
direkomendasikan. Antibiotic lainnya, misalnya, tetrasiklin atau eritromisin,
kadang – kadang dapat diberikan. Pengobatan gonorhoe diduga dapat menyembuhkan
sifilis yang sedang berada dalam masa inkubasi. Tidak lanjut jangka panjang
juga diperlukan. Pada neurosifilis, treponema kadang – kadang dapat bertahan
terhadap pengobatan tersebut. Kekambuhan neurologic yang parah pada sifilis
yang sudah diobati terjadi pada penderita acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS) yang etrinfeksi oleh HIV dan T pallidum.
Reaksi
khas Jarisch-Herxheimer dapat muncul dalam beberapa jam setelah dimulainya
pengobatan. Hal ini terjadi pelepasan produk toksin dari spiroketa yang hamper
mati atau telah mati.
Pada
pemberian pengobatan dengan logam berat atau penisilin sebagai penderita
menunjukkan adanya reaksi Jarish-Herxheimer dengan tanda – tanda penderita
mengalami febris, suhu badan 38o C atau lebih, sakit kepala,
malaise.
Reaksi ini
seiring dijumpai pada sifilis primer atau penyakit pada stadium dini dan
terjadinya dalam waktu 2 – 12 jam setelah terjadinya pengobatan. Terjadinya
reaksi ini diduga akibat banyaknya bakteri yang mati setelah pemberian obat.
Pencegahan
dan pengendalian
Sifilis
ditularkan melalui pajanan seksual, kecuali sifilis kongenital dan pajanan
okupasional yang jarang terhadap petugs kesehatan. Reinfeksi pada orang yang
sudah diobati bisa terjadi. Oarng yang terinfeksi tetap dapat menularkan selama
3-5 tahun selama sifilis “dini”. Sifilis stadium “lanjut”, dengan durasi lebih
dari 5 tahun, biasanya tidak menular (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).
Akibatnya,
ukuran untuk pengendalian tergantung pada :
b)
Monitoring terhadap sumber infeksi dan
kontak sehingga mereka dapat diobati;
c)
Penyuluhan atau edukasi penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seks, termasuk kegunaan kondom dan hygiene seks;
d)
Profilaksis pada saat kontak;
e)
Uji penapisan pada semua individu yang terinfeksi
HIV dan wanita hamil merupakan bagian dari program kesehatan masyarakat;
f)
Pengobatan pasangan seks dan secara
epidemik.
Beberapa
penyakit menular seksual dapat ditularkan secara bersamaan. Oleh sebab itu,
perlu dipikirkan kemungkinan sifilis pada setiap orang yang terkena penyakit
menular seksual.
Referensi
Anonim, [dalam jaringan] http://www.microbeworld.org/component/jlibrary/?view=article&id=9229 diakses pada.
Baron S . Medical Microbiology. 4th.
Edition. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996.
disadur dari [dalam jaringan] http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7716/diakses pada
Jawetz, Melnick, & Adelberg's
Medical Microbiology, 24th’ ed. Chapter 24. Spirochetes and Other Spiral
Microorganisms. disadur dari [dalam jaringan] http://www.slideshare.net/muhannadkhatip/jawetz-melnick-adelbergsmedicalmicrobiology24thed1diakses.
Lori E. Fantry, M.D., M.P.H., Edmund C.
Tramont, M.D., F.A.C.P.Treponema Pallidum (Syphilis) disadur dari [dalam
jaringan] http://www.antimicrobe.org/new/b242.asp
diakses pada
Sylvia Y,
Muliawan, Bakteri Intraselular Obligat, Jakarta. Erlangga 2009.
0 comments:
Post a Comment