Popular Posts

Wednesday, May 18, 2016

Laporan Tekstur Tanah

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Tanah merupakan campuran bahan atau partikel-partikel bahan organik yang telah melapuk, udara dan air. Materi kasar seperti pasir biasanya ditutupi oleh material halus. Ukuran dari partikel-partikel tanah relatif tidak berubah. Karena itu, tekstur tanah dikategorikan sebagai sifat dasar tanah (Sutedjo, 2002).
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat. Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus (Sutedjo, 2002).
Penentuan kelas tekstur suatu tanah secara teliti harus dilakukan analisa tekstur di laboratorium yang disebut analisa mekanik tanah. Dalam menetapkan tekstur tanah ada tiga metode yang digunakan yaitu metode lapang, hydrometer, dan pipet.  Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode hydrometer. Sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, penetrasi, akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara, semuanya sangat erat kaitannya dengan sifat fisik tanah.Sifat fisik tanah ditentukan oleh permukaan butiran tanah, sifat-sifat kimia dari butiran dan kandungan bahan organik. Butiran-butiran yang menyusun tanah mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Perbedaan ukuran dan jumlah butiran tersebut sangat mempengaruhi tekstur tanah (Hanafiah, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan percobaan untuk  mengetaui tekstur tanah pada setiap  lapisan dan menggunakan metode hydrometer dalam menentukakn tektur tanah.
1.2 Tujuan dan kegunaan
Tujuan praktikum analisis tekstur tanah ini adalah untuk  menentukan  tekstur  tanah  secara cepat, dapat membedakan tekstur tanah dengan cara sederhana, dan mengetahui cara menetapkan tekstur tanah di laboratorium menggunakan metode hydrometer. Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi mengenai kelas tekstur tanah yang diamati yang erat kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah dan sekaligus menjadi bahan pertimbangan mengenai jenis tanaman yang cocok pada tanah yang diteliti.



















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekstur Tanah
Tekstur adalah ungkapan ragihan besar sarah tanah atau proporsi nisbi fraksi tanah.  Dalam hal fraksi lempung merajai dibanding dengan fraksi debu dan pasir, tanah dikatakan bertekstur halus atau lempung. Oleh karena tanah bersifat atau bertekstur halus sering bersifat berat diolah karena sangat liat dan lekat sewaktu basah dan keras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi lempung juga disebut bertekstur berat. Sebaliknya, tanah yang dirajai fraksi disebut kasar, pasaran atau ringan (mudah diolah karena longgar dan gembur) (Notohadiprawiro, 1998).
Ukuran  relatif  partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan dan kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah liat. Partikel pasir berukuran relatif lebih besar dibandingkan dengan yang ditunjukkan oleh partikel-partikel debu dan tanah liat yang berbobot sama. Tanah yang bertekstur kasar dengan 20% bahan organik atau lebih dan tanah bertekstur halus dengan 30% bahan organik atau lebih berdasarkan bobot mempunyai sifat yang didominasi oleh fraksi organik dan bukan oleh fraksi organik (Foth, 1991).
            Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung (Buckman dan Brady, 1992).
            Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Terdapat perbedaan penting lainya antara pasir, dan liat pada beberapa tanah yang dihubungkan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan elemen-  elemen tanaman yang esensial). Pada umumnya unsur hara yang esensial dan dapat tersedia sebagai partikel debu, area permukaanya per gram lebih besar, dan tingkat pelapukannya lebih cepat dari pada pasir yang menyebabkan tanah lebih subur daripada tanah berpasir. Hukum stokes menghubungakan kecepatan penurunan sebatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan viskositas terhadap diameternya jika dicoba pada kekuatan lapang yang ketahui (Foth, 1991).
Menurut Hanafiah (2010), tekstur  tanah digolongkan menjadi  3 yaitu :
1.    Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung (3 macam).
2.    Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengadung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).
3.    Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.             
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan air dan unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah-tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar
2.2 Penentuan Tekstur Tanah
Menurut Sutedjo (2002), adapun penetapan (klasifikasi) tekstur tanah dapat secara lapangan dan secara laboratorium, antara lain sebagai berikut :
1.    Metode feeling
Metode feeling/rasa dilakukan dengan mengambil sebongkah tanah seberat kira-kira 10 g, pecahkan perlahan, basahi dengan air secukupnya, lalu pijit di antara jari jempol dan telunjuk, geser-geserkan jari telunjuk sambil merasai derajat kekasaran, kelicinan, dan kelengketan partikel-partikel tanah. Melalui perbandingan rasa ketiganya maka secara kasar tekstur tanah dapat diperkirakan, misalnya indera kulit merasakan partikel-partikel :
·         Pasir : Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan serta tidak melekat.
·         Pasir berlempung : Rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur serta sedikit sekali melekat.
·         Lempung berpasir : Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak keras, mudah hancur serta melekat.
·         Lempung berdebu : Rasa licin, membentuk bola teguh, membentuk pita, lekat.
·         Lempung : Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta melekat.
·         Debu : Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta agak melekat.
·         Lempung berliat : Rasa agak kasar, membentuk bola teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekatnya sedang.
·         Lempung liat berpasir : rasa kasar agak jelas, membentuk bola teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekat.
·         Lempung liat berdebu : Rasa jelas licin, membentuk bola teguh, gulungan, gulungan mengkilat serta melekat.
·         Liat berpasir : Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah di gulung serta melekat sekali.
·         Liat berdebu : Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat.
·         Liat :  Rasa berat membentuk bola baik serta melekat sekali
·         Hasil penetapan menurut metode feeling ini akan makin baik apabila untuk setiap titik pengamatan dilakukan beberapa kali, paling tidak tiga kali
2.    Metode pipet
Bahan organik dioksidasi dengan H2O2 dan garam-garam yang mudah larut dihilangkan dari tanah dengan HCl sambil dipanaskan.Bahan yang tersisa adalah mineral yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Pasir dapat dipisahkan dengan cara pengayakan basah, sedangkan debu dan liat dipisahkan dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke.



3.      Metode hydrometer
Penetapan tekstur cara hidrometer berdasarkan pengukuran berat jenis (BJ) suspensi tanah. Kadar butiran tanah dapat diketahui dari selisih BJ suspensi dengan BJ caira media.Hidrometer yang digunakan dibuat khusus untuk pengukuran berat jenis suspensi tanah. Hidrometer tipe 152 H memiliki pembagian skala yang dibuat langsung dalam satuan kadar partikel g l-1.
2.3 Peranan Tekstur Tanah
 Menurut Hanafiah (2010), ada beberapa peranan umu tekstur tanah yang sangat berpengaruh antara lain :
1.      Resistensi, terhadap menembusnya akar-akar tanaman kedalam tanah. Tanah dengan kandungan silt dan clay yang tinggi sangat sukar ditembus oleh akar-akar tanaman sehingga percabangan dan perkembangan akar terhambat. Hal ini akan berpengaruh pada daerah yang mempunyai iklim kering panjang. Terutama pada tanaman-tanaman yang masih berumur muda sangat peka terhadap tekstur tanah sehingga dapat menghasilkan tanaman dewasa yang berbeda.
2.      Peresapan air. Pada tanah-tanah yang kasar, air hujan yang jatuh akan segera masuk kedalam tanah. Kalau kita mendapatkan tanah yang miring pada tanah yang kadar akan terjadi air aliran sedikit dan sebaliknya pada tanah bertekstur halus. Sehingga pada umumnya pada tanah-tanah yang lebih berat (tekstur halus) akan mudah terjadi erosi sehingga banyaknya air yang mengalir akan mempengaruhi erosifitas tanah terutama oleh air hujan.
3.      Kecepatan gerakan air dalam tanah. Pada umumnya hal di atas sangat ditentukan oleh tekstur tanah, yaitu makin halus tekstur makin lambat gerakan air. Umumnya pada tanaman muda (annual crop) tidak menghendaki tanah yang bertekstur halus dan sebaliknya termasuk tanaman keras lebih resisten terhadap tanah bertekstur halus. Sehingga dengan demikian kebanyakan tanaman-tanaman muda mempunyai areal tanah pada daerah-daerah bertekstur kasar. Dengan sendirinya pada tanaman padi justru menghendaki sistem lempung ini karena tanaman padi termasuk tanaman yang memerlukan air berlebihan. Kedua macam tekstur ini mempunyai kebaikan dan kelemahan pada masing-masing tanaman. Kalau kita tinjau masalah ini pada tanah pasir maka air akan bergerak lebih cepat dibanding pada tanah-tanah bertekstur halus. Kecepatan gerakan air pada tanah pasir ini begitu cepat sehingga sampai keluar dari daerah perakaran, dan tidak berguna. Ini ada hubungannya dengan mengapa tanaman muda menghendaki tanah pasir karena sistem perakarannya lebih dangkal daripada sistem perakaran tanaman keras sehingga dengan demikian walaupun air bergerak cepat tetapi kedalaman tertentu masih mempunyai kelembaban tertentu sehingga daerah ini masih mengandung air yang cukup untuk mensuplai air.
2.4 Tekstur Tanah Vertisol
Menurut Sutedjo (2002), Vertisol merupakan salah satu order tanah yang memiliki beberapa kondisi sifat fisik yang tidak dikehendaki baik dari segi pertanian maupun teknik. Salah satu kondisi sifat fisik tersebut adalah kemampuannya untuk mengembang dan mengerut secara intensif yang menyebabkan tanah tersebut tidak stabil. Pengembangan tanah menyebabkan tanah mudah terdispersi dan pori-pori tanah tersumbat, sehingga permeabilitas tanahnya menjadi rendah.
Tanah vertisol tergolong jenis tanah lempung berat karena sifat mengembang mengempisnya. Tanah Vertisol mempunyai tekstur yang tergolong pada liat berat dengan kandungan fraksi liat > 60%. Tingginya kandungan fraksi liat berhubungan dengan bahan induk tanahnya. Bahan induk Vertisol terdiri atas alluvium napal, peridotit, batu kapur, volkan andesitik, dan dasitik. Bahan-bahan tersebut tergolong pada bahan mudah lapuk, serta endapan banjir dan lakustrin yang memang sudah halus ukuran butirnya. Selain itu memiliki tekstur liat dengan kandungan 30% pada horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm dan didominasi jenis lempung montmorillonit. Faktor dominan yang mempengarugi pembentukan tanah ini adalah iklim utamanya iklim kering dan batuan tanah yang kaya terhadap kation. Tanah jenis vertisol yang akan digunakan sebagai lahan pertanian akan memberikan banyak masalah terutama kesuburan yang cenderung rendah, maka solusinya adalah memperbanyak bahan organik seperti kompos dan pupuk kandang, karena benda-benda ini akan bersifat sebagai buffer/penyangga yang berfungsi mengurangi daya mengembang atau mengkerut tanah


III. METODOLOGI
3.1  Tempat dan Waktu
Pengamatan tekstur tanah dilaksanakan di ……………...
3.2  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu diagram penentuan tekstur dengan feeling, labu semprot, botol tekstur, cawan petri, silinder sedimentasi, botol semprot, saringan 0,05 mm, hydrometer, termometer, oven dan segitiga tekstur. Adapun bahan-bahan yang perlu disediakan yaitu tanah kering udara, sampel tanah terganggu lapisan I, larutan calgon, aquades, amyl alkohol, plastik dan karet gelang.
3.3  Prosedur Kerja
Dalam prosedur kerja pengamatan wtektur tanah terdapat 2 macam cara yaitu :
3.3.1  Prosedur Kerja di Lapangan Menggunakan Metode Feeling
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam praktikum di lapangan yaitu:
1.        Mengambil tanah dari setiap lapisan pada profil tanah.
2.        Menyemprotkan tanah dengan air dan membentuknya seperti bola atau bentuk lain. Apabila tanah tidak bisa membentuk bola maka memijit tanah tersebut dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol dan merasakan tekstur yang ada pada tanah tersebut.
3.        Apabila tanah terasa kasar maka kandungan pasirnya banyak, apabila tanah terasa lengket maka kandungan liatnya yang banyak dan apabila tanah terasa halus maka tanah tersebut mengandung banyak debu.


3.3.2    Prosedur Kerja di Lapangan Menggunakan Metode Hydrometer
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam praktikum di laboratorium yaitu :
1.        Menimbang 20 gram tanah kering udara.
2.        Memasukkan ke dalam botol tekstur lalu menambahkan 10 ml calgon 4% dan air secukupnya.
3.        Menutup dengan plastik atau penutup botol, kemudian mengocok botol tekstur lalu mendiamkan selama 1 x 24 jam.
4.        Mengocok botol tekstur lalu menuangkan secara kuantatif ke dalam silinder sedimentasi 1000 ml melalui saringan dengan bantuan aquades menggunakan botol semprot.
5.        Mengusahakan agar tidak ada tanah yang tertinggal dalam botol tekstur.
6.        Memindahkan pasir yang tertinggal dalam saringan ke cawan petri, kemudian memasukkan dalam oven bersuhu 105oC selama 1x24 jam, dan timbang hingga berat pasir diketahui (mencatat sebagai C gram).
7.        Mendiamkan tanah yang ada pada silinder sedimentasi selama 3 hari.
8.        Mengaduk larutan tanah dalam silinder sedimentasi dengan alat pengaduk.
9.        Mengamati suhu (t1) dengan meggunakan termometer dan nilai h1 dengan menggunakan hydrometer.
10.    Mendiamkan kembali selama 4 jam.
11.    Mengamati kembali suhu (t2) dengan menggunakan termometer dan nilai h2 dengan menggunakan hydrometer.
12.    Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan di bawah ini:
Berat debu dan liat =
Berat liat                =
Berat debu            = berat (debu + liat) – berat liat





13.    Menghitung persentase pasir, debu, dan liat dengan persamaan :
% Pasir     =
% Debu    =
% Liat      =
16. Memasukkan nilai ke dalam segitiga tekstur.

















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut  :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tekstur Tanah di Lapangan
Lapisan Tanah
Tekstur Tanah
II
Liat Berdebu
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016
Tabel 2. Hasil Perhitungan Tekstur Tanah di Laboratorium
Lapisan Tanah
Persentase Fraksi
Tekstur Tanah
Pasir
Debu
Liat
II
3,37 %
8,43 %
88,2 %
Liat
Sumber : Data primer setelah diolah, 2016
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil  tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil  pengamatan dilapangan pada lapisan II memiliki tekstur tanah liat berdebu. Hal ini di karenakan pada saat mengamati tekstur tanah pada lapisan I dengan menggunakan metode feeling terasa licin, lekat dan dapat membentuk bola. Hal  ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1993) yang menyatakan bahwa jika tanah berdebu akan terasa licin sekali. Dapat membentuk bola yang teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap serta terasa agak lekat. Dan jika tanah liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta  memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).    
Pada hasil pengamatan di laboratorium pada lapisan I persentasi fraksi pasir adalah 3,37 %, persentase fraksi debu adalah 8,43 %, persentase fraksi liat adalah 88,2 %  dan  termasuk bertekstur liat. Kelas tekstur tanah liat merupakan tekstur yang halus karena tekstur liat terasa halus dengan sedikit bagian agak melekat. Hal ini sesuai dengan  pendapat Hardjowigeno (1993) yang menyatakan Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, maka tanah tersebut tergolong bertekstur liat.




Setelah melakukan pengamatan tekstur tanah di lapangan menggunakan metode feeling ternyata tidak terdapat kesamaan ketika melakukan pengamatan tekstur tanah dengan metode hydrometer saat di laboratorium yakni pada lapisan II dengan metode feeling menghasilkan tekstur liat berdebu sedangkan metode hydrometer diperoleh liat. Pada metode feeling dapat memperkirakan jenis tanahnya secara langsung, selain itu metode ini lebih mudah digunakan karena hanya dengan cara perasaan. Sedangkan pada metode hydrometer  terdapat data-data yang didapatkan diperoleh dari proses yang empiris yaitu laboratorium, selain itu dapat menentukan jenis tekstur tanah cenderung lebih valid atau optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2008) menyatakan bahwa data-data yang bersifat valid atau baik adalah berasal dari metode hydrometer karena data tersebut diperoleh dari proses empiris yaitu perhitungan, analisis dalam laboratorium. Sedangkan pada metode feeling hanya menggunakan teknik perasaan, sehingga cenderung sama sekali tidak tepat dalam penentuan tekstur tanah itu sendiri ditambahkan lagi kita harus mengetahui karakteristik berupa rata dan sifat tanah itu sendiri sehingga tidak efektif jika analisis data dari metode feeling.















V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Pada hasil pengamatan menggunakan metode feeling lapisan II memiliki tekstur liat berdebu.
2.    Pada hasil pengamatan menggunakan metode hydrometer memiliki persentasi fraksi pasir, debu dan liat adalah 3,37%, 8,43% dan 88,2% tekstur tanah adalah liat.
3.    Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah iklim, topografi, organisme hidup, waktu dan bahan induk.
5.2 Saran
Adapun saran saya yakni sebelum menentukan pengelolaan tanah di suatu wilayah sebaiknya terlebih dahulu diteliti tekstur tanahnya agar sifat-sifat tanah dapat diketahui, selain itu dalam melakukan praktikum ini sebaiknya dilakukan dengan teliti dan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan dan kondisi alat-alat yang akan digunakan agar praktikum berjalan lancar.











DAFTAR PUSTAKA
Buckman dan Brady, 1992. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata karya aksara.
Foth, Henry.1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hanafiah, Kemas Ali. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Rajagrafindo.
Hanafiah, Kemas Ali. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Rajagrafindo.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.
Notohadiprawiro.1998. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.  
Sutedjo, Mul Mulyani.2002.Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: PT.Rineka Cipta.















LAMPIRAN
Perhitungan Tekstur Tanah
Lapisan 2
Diketahui : h1 = 10     h2 = 9             t1 = 28             t2 = 28             c = 0,2
Ditanyakan : tekstur tanah.....?
Penyelesaian :
Berat debu dan liat =
                                =
                                =
                                =
                                = 6,23 – 0,5
                                = 5,73
Berat liat =
               =
               =
               =
               = 5,73 – 0,5
               = 5,23
Berat debu = berat (debu + liat) – berat liat
                   = 5,73 – 5,23
                   = 0,5
% Pasir =
             =
             = 0,033 x 100%
             = 3,37 %
% Debu =
              =
              = 0,084 x 100%
              = 8,43 %
% Liat =
            =
            = 0,881 x 100 %
            = 88,2 %

SEGITIGA TEKSTUR
Hasil dari tekstur tanah dengan menggunakan segitiga tekstur yaitu pada lapisan 2 memiliki tekstur tanah yang Clay atau Liat




0 comments:

Post a Comment