Laporan Tekstur Tanah
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah
bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat
penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang
akar. Tanah merupakan campuran bahan atau partikel-partikel bahan organik yang
telah melapuk, udara dan air. Materi kasar seperti pasir biasanya ditutupi oleh
material halus. Ukuran dari partikel-partikel tanah relatif tidak berubah.
Karena itu, tekstur tanah dikategorikan sebagai sifat dasar tanah (Sutedjo,
2002).
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur
merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat. Kasar dan
halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam
sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan
memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm),
sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung,
berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan
berliat sangat halus (Sutedjo, 2002).
Penentuan
kelas tekstur suatu tanah secara teliti harus dilakukan analisa tekstur di
laboratorium yang disebut analisa mekanik tanah. Dalam menetapkan tekstur tanah
ada tiga metode yang digunakan yaitu metode lapang, hydrometer, dan
pipet. Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode hydrometer.
Sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai
penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase,
penetrasi, akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara, semuanya sangat
erat kaitannya dengan sifat fisik tanah.Sifat fisik tanah ditentukan oleh
permukaan butiran tanah, sifat-sifat kimia dari butiran dan kandungan bahan
organik. Butiran-butiran yang menyusun tanah mempunyai ukuran yang
berbeda-beda. Perbedaan ukuran dan jumlah butiran tersebut sangat mempengaruhi
tekstur tanah (Hanafiah, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan
percobaan untuk mengetaui tekstur tanah
pada setiap lapisan dan menggunakan
metode hydrometer dalam menentukakn tektur tanah.
1.2 Tujuan
dan kegunaan
Tujuan praktikum analisis tekstur tanah ini adalah untuk
menentukan tekstur tanah
secara cepat, dapat membedakan tekstur tanah dengan cara sederhana, dan
mengetahui cara menetapkan tekstur tanah di laboratorium menggunakan metode
hydrometer. Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan
informasi mengenai kelas tekstur tanah yang diamati yang erat kaitannya dengan
tingkat kesuburan tanah dan sekaligus menjadi bahan pertimbangan mengenai jenis
tanaman yang cocok pada tanah yang diteliti.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekstur Tanah
Tekstur adalah ungkapan ragihan besar sarah
tanah atau proporsi nisbi fraksi tanah. Dalam
hal fraksi lempung merajai dibanding dengan fraksi debu dan pasir, tanah
dikatakan bertekstur halus atau lempung. Oleh karena tanah bersifat atau
bertekstur halus sering bersifat berat diolah karena sangat liat dan lekat
sewaktu basah dan keras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi lempung juga
disebut bertekstur berat. Sebaliknya, tanah yang dirajai fraksi disebut kasar,
pasaran atau ringan (mudah diolah karena longgar dan gembur) (Notohadiprawiro,
1998).
Ukuran relatif partikel
tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan dan
kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu
dan tanah liat. Partikel pasir berukuran relatif lebih besar dibandingkan
dengan yang ditunjukkan oleh partikel-partikel debu dan tanah liat yang
berbobot sama. Tanah yang bertekstur kasar dengan 20% bahan organik atau lebih
dan tanah bertekstur halus dengan 30% bahan organik atau lebih berdasarkan
bobot mempunyai sifat yang didominasi oleh fraksi organik dan bukan oleh fraksi
organik (Foth, 1991).
Tanah
terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga
diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya
dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama
kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini,
merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan.
Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung
(Buckman dan Brady, 1992).
Tekstur tanah menunjukan kasar atau
halusnya suatu tanah. Terdapat perbedaan penting lainya antara pasir, dan liat
pada beberapa tanah yang dihubungkan dengan kemampuan tanah tertentu untuk
menyediakan elemen- elemen tanaman yang esensial). Pada umumnya unsur hara yang esensial dan dapat
tersedia sebagai partikel debu, area permukaanya per gram lebih besar, dan
tingkat pelapukannya lebih cepat dari pada pasir yang menyebabkan tanah lebih
subur daripada tanah berpasir. Hukum stokes menghubungakan kecepatan penurunan
sebatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental
yang diketahui densitas dan viskositas terhadap diameternya jika dicoba pada
kekuatan lapang yang ketahui (Foth, 1991).
Menurut Hanafiah (2010), tekstur tanah digolongkan menjadi 3 yaitu :
1. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung
minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung (3 macam).
2. Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengadung
minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3
macam).
3. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.
Tanah-tanah
yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap
satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap
(menahan air dan unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat karena lebih
halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah-tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar
2.2 Penentuan Tekstur Tanah
Menurut Sutedjo (2002),
adapun penetapan (klasifikasi) tekstur tanah dapat
secara lapangan dan secara laboratorium, antara lain sebagai berikut :
1.
Metode feeling
Metode
feeling/rasa dilakukan dengan mengambil sebongkah tanah seberat kira-kira 10 g,
pecahkan perlahan, basahi dengan air secukupnya, lalu pijit di antara jari
jempol dan telunjuk, geser-geserkan jari telunjuk sambil merasai derajat
kekasaran, kelicinan, dan kelengketan partikel-partikel tanah. Melalui
perbandingan rasa ketiganya maka secara kasar tekstur tanah dapat diperkirakan,
misalnya indera kulit merasakan partikel-partikel :
·
Pasir : Rasa kasar jelas, tidak
membentuk bola dan gulungan serta tidak melekat.
·
Pasir berlempung : Rasa kasar sangat
jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur serta sedikit sekali melekat.
·
Lempung berpasir : Rasa kasar agak
jelas, membentuk bola agak keras, mudah hancur serta melekat.
·
Lempung berdebu : Rasa licin,
membentuk bola teguh, membentuk pita, lekat.
·
Lempung : Rasa tidak kasar dan tidak
licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat
serta melekat.
·
Debu : Rasa licin sekali, membentuk
bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta agak
melekat.
·
Lempung berliat : Rasa agak kasar,
membentuk bola teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah
hancur serta melekatnya sedang.
·
Lempung liat berpasir : rasa kasar
agak jelas, membentuk bola teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit,
gulungan mudah hancur serta melekat.
·
Lempung liat berdebu : Rasa jelas
licin, membentuk bola teguh, gulungan, gulungan mengkilat serta melekat.
·
Liat berpasir : Rasa licin agak
kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah di gulung serta
melekat sekali.
·
Liat berdebu : Rasa agak licin,
membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta
melekat.
·
Liat : Rasa berat membentuk bola baik serta melekat
sekali
·
Hasil penetapan menurut metode
feeling ini akan makin baik apabila untuk setiap titik pengamatan dilakukan
beberapa kali, paling tidak tiga kali
2.
Metode pipet
Bahan organik dioksidasi dengan H2O2 dan garam-garam
yang mudah larut dihilangkan dari tanah dengan HCl sambil dipanaskan.Bahan yang
tersisa adalah mineral yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Pasir dapat
dipisahkan dengan cara pengayakan basah, sedangkan debu dan liat dipisahkan
dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke.
3.
Metode hydrometer
Penetapan tekstur cara hidrometer berdasarkan
pengukuran berat jenis (BJ) suspensi tanah. Kadar butiran tanah dapat diketahui
dari selisih BJ suspensi dengan BJ caira media.Hidrometer yang digunakan dibuat
khusus untuk pengukuran berat jenis suspensi tanah. Hidrometer tipe 152 H
memiliki pembagian skala yang dibuat langsung dalam satuan kadar partikel g
l-1.
2.3 Peranan Tekstur Tanah
Menurut Hanafiah (2010), ada beberapa peranan
umu tekstur tanah yang sangat berpengaruh antara lain :
1. Resistensi, terhadap menembusnya
akar-akar tanaman kedalam tanah. Tanah dengan kandungan silt dan clay yang tinggi sangat
sukar ditembus oleh akar-akar tanaman sehingga percabangan dan perkembangan
akar terhambat. Hal ini akan berpengaruh pada daerah yang mempunyai iklim
kering panjang. Terutama pada tanaman-tanaman yang masih berumur muda sangat
peka terhadap tekstur tanah sehingga dapat menghasilkan tanaman dewasa yang
berbeda.
2. Peresapan air. Pada tanah-tanah yang kasar, air
hujan yang jatuh akan segera masuk kedalam tanah. Kalau kita mendapatkan tanah
yang miring pada tanah yang kadar akan terjadi air aliran sedikit dan
sebaliknya pada tanah bertekstur halus. Sehingga pada umumnya pada tanah-tanah
yang lebih berat (tekstur halus) akan mudah terjadi erosi sehingga banyaknya
air yang mengalir akan mempengaruhi erosifitas tanah terutama oleh air hujan.
3. Kecepatan gerakan air dalam tanah. Pada umumnya hal di atas sangat
ditentukan oleh tekstur tanah, yaitu makin halus tekstur makin lambat gerakan
air. Umumnya pada tanaman muda (annual crop) tidak menghendaki tanah yang
bertekstur halus dan sebaliknya termasuk tanaman keras lebih resisten terhadap
tanah bertekstur halus. Sehingga dengan demikian kebanyakan tanaman-tanaman
muda mempunyai areal tanah pada daerah-daerah bertekstur kasar. Dengan
sendirinya pada tanaman padi justru menghendaki sistem lempung ini karena
tanaman padi termasuk tanaman yang memerlukan air berlebihan. Kedua macam
tekstur ini mempunyai kebaikan dan kelemahan pada masing-masing tanaman. Kalau
kita tinjau masalah ini pada tanah pasir maka air akan bergerak lebih cepat
dibanding pada tanah-tanah bertekstur halus. Kecepatan gerakan air pada tanah
pasir ini begitu cepat sehingga sampai keluar dari daerah perakaran, dan tidak
berguna. Ini ada hubungannya dengan mengapa tanaman muda menghendaki tanah
pasir karena sistem perakarannya lebih dangkal daripada sistem perakaran
tanaman keras sehingga dengan demikian walaupun air bergerak cepat tetapi
kedalaman tertentu masih mempunyai kelembaban tertentu sehingga daerah ini
masih mengandung air yang cukup untuk mensuplai air.
2.4 Tekstur Tanah Vertisol
Menurut Sutedjo (2002), Vertisol
merupakan salah satu order tanah yang memiliki beberapa kondisi sifat fisik
yang tidak dikehendaki baik dari segi pertanian maupun teknik. Salah satu
kondisi sifat fisik tersebut adalah kemampuannya untuk mengembang dan mengerut
secara intensif yang menyebabkan tanah tersebut tidak stabil. Pengembangan
tanah menyebabkan tanah mudah terdispersi dan pori-pori tanah tersumbat,
sehingga permeabilitas tanahnya menjadi rendah.
Tanah vertisol
tergolong jenis tanah lempung berat karena sifat mengembang mengempisnya. Tanah
Vertisol mempunyai tekstur yang tergolong pada
liat berat dengan kandungan fraksi liat > 60%. Tingginya kandungan fraksi
liat berhubungan dengan bahan induk tanahnya. Bahan induk Vertisol terdiri atas
alluvium napal, peridotit, batu kapur, volkan andesitik, dan dasitik.
Bahan-bahan tersebut tergolong pada bahan mudah lapuk, serta endapan banjir dan
lakustrin yang memang sudah halus ukuran butirnya. Selain itu memiliki tekstur liat dengan kandungan
30% pada horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm dan didominasi jenis lempung
montmorillonit. Faktor dominan yang mempengarugi pembentukan tanah ini adalah
iklim utamanya iklim kering dan batuan tanah yang kaya terhadap kation. Tanah
jenis vertisol yang akan digunakan sebagai lahan pertanian akan memberikan
banyak masalah terutama kesuburan yang cenderung rendah, maka solusinya adalah
memperbanyak bahan organik seperti kompos dan pupuk kandang, karena benda-benda
ini akan bersifat sebagai buffer/penyangga yang berfungsi mengurangi daya
mengembang atau mengkerut tanah
III.
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan
tekstur tanah dilaksanakan di ……………...
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum yaitu diagram penentuan tekstur dengan feeling, labu semprot, botol
tekstur, cawan petri, silinder sedimentasi, botol semprot, saringan 0,05 mm,
hydrometer, termometer, oven dan segitiga tekstur. Adapun bahan-bahan yang
perlu disediakan yaitu tanah kering udara, sampel tanah terganggu lapisan I,
larutan calgon, aquades, amyl alkohol, plastik dan karet gelang.
3.3 Prosedur Kerja
Dalam prosedur kerja pengamatan
wtektur tanah terdapat 2 macam cara yaitu :
3.3.1 Prosedur Kerja di Lapangan Menggunakan Metode
Feeling
Adapun langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam praktikum di lapangan yaitu:
1.
Mengambil tanah dari
setiap lapisan pada profil tanah.
2.
Menyemprotkan tanah
dengan air dan membentuknya seperti bola atau bentuk lain. Apabila tanah tidak
bisa membentuk bola maka memijit tanah tersebut dengan menggunakan jari
telunjuk dan jempol dan merasakan tekstur yang ada pada tanah tersebut.
3.
Apabila tanah terasa
kasar maka kandungan pasirnya banyak, apabila tanah terasa lengket maka
kandungan liatnya yang banyak dan apabila tanah terasa halus maka tanah
tersebut mengandung banyak debu.
3.3.2 Prosedur Kerja di Lapangan Menggunakan
Metode Hydrometer
Adapun langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam praktikum di laboratorium yaitu :
1.
Menimbang 20 gram tanah
kering udara.
2.
Memasukkan ke dalam
botol tekstur lalu menambahkan 10 ml calgon 4% dan air secukupnya.
3.
Menutup dengan plastik
atau penutup botol, kemudian mengocok botol tekstur lalu mendiamkan selama 1 x
24 jam.
4.
Mengocok botol tekstur
lalu menuangkan secara kuantatif ke dalam silinder sedimentasi 1000 ml melalui
saringan dengan bantuan aquades menggunakan botol semprot.
5.
Mengusahakan agar tidak
ada tanah yang tertinggal dalam botol tekstur.
6.
Memindahkan pasir yang
tertinggal dalam saringan ke cawan petri, kemudian memasukkan dalam oven
bersuhu 105oC selama 1x24 jam, dan timbang hingga berat pasir
diketahui (mencatat sebagai C gram).
7.
Mendiamkan tanah yang
ada pada silinder sedimentasi selama 3 hari.
8.
Mengaduk larutan tanah
dalam silinder sedimentasi dengan alat pengaduk.
9.
Mengamati suhu (t1)
dengan meggunakan termometer dan nilai h1 dengan menggunakan hydrometer.
10. Mendiamkan
kembali selama 4 jam.
11. Mengamati
kembali suhu (t2) dengan menggunakan termometer dan nilai h2 dengan menggunakan
hydrometer.
12. Menghitung
berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan di bawah ini:
Berat debu dan liat =
Berat
liat =
Berat
debu = berat (debu + liat) – berat liat
13. Menghitung
persentase pasir, debu, dan liat dengan persamaan :
%
Pasir =
%
Debu =
% Liat =
16.
Memasukkan nilai ke dalam segitiga tekstur.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel
1. Hasil Pengamatan Tekstur Tanah di Lapangan
Lapisan Tanah
|
Tekstur Tanah
|
II
|
Liat Berdebu
|
Sumber : Data
primer setelah diolah, 2016
Tabel
2. Hasil Perhitungan Tekstur Tanah di Laboratorium
Lapisan Tanah
|
Persentase Fraksi
|
Tekstur Tanah
|
||
Pasir
|
Debu
|
Liat
|
||
II
|
3,37 %
|
8,43 %
|
88,2 %
|
Liat
|
Sumber : Data
primer setelah diolah, 2016
4.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil
tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil
pengamatan dilapangan pada lapisan II memiliki
tekstur tanah liat berdebu. Hal ini di
karenakan pada saat mengamati tekstur tanah pada lapisan I dengan menggunakan
metode feeling terasa licin, lekat
dan dapat membentuk bola. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hardjowigeno (1993) yang menyatakan bahwa
jika tanah berdebu
akan terasa licin sekali.
Dapat membentuk bola yang teguh
dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap serta terasa agak
lekat. Dan jika tanah liat akan terasa berat,
dapat membentuk bola yang baik. Serta
memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
Pada hasil pengamatan di laboratorium
pada lapisan I persentasi fraksi pasir adalah 3,37 %, persentase
fraksi debu adalah 8,43 %, persentase
fraksi liat adalah 88,2 % dan
termasuk bertekstur liat. Kelas tekstur tanah liat merupakan tekstur yang halus karena tekstur liat terasa halus dengan
sedikit bagian agak melekat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno
(1993) yang
menyatakan Apabila terasa halus dengan sedikit
bagian agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur liat.
Setelah melakukan pengamatan
tekstur tanah di lapangan menggunakan metode feeling ternyata tidak
terdapat kesamaan ketika melakukan pengamatan tekstur tanah dengan
metode hydrometer saat di laboratorium yakni pada lapisan
II dengan metode feeling menghasilkan
tekstur liat berdebu sedangkan
metode hydrometer diperoleh liat. Pada metode feeling dapat memperkirakan jenis tanahnya secara langsung, selain itu metode ini lebih mudah digunakan karena hanya dengan cara
perasaan. Sedangkan pada metode hydrometer terdapat data-data yang didapatkan diperoleh dari proses yang empiris yaitu
laboratorium, selain itu dapat menentukan jenis tekstur tanah cenderung lebih valid atau optimal. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hanafiah (2008) menyatakan bahwa data-data yang bersifat valid atau baik adalah berasal dari metode hydrometer karena data tersebut diperoleh dari proses empiris yaitu perhitungan,
analisis dalam laboratorium. Sedangkan pada metode feeling hanya menggunakan teknik perasaan, sehingga cenderung sama sekali tidak
tepat dalam penentuan tekstur tanah itu sendiri ditambahkan lagi kita harus
mengetahui karakteristik berupa rata dan sifat tanah itu sendiri sehingga tidak
efektif jika analisis data dari metode feeling.
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pada hasil pengamatan menggunakan
metode feeling lapisan II memiliki tekstur liat berdebu.
2.
Pada hasil pengamatan menggunakan
metode hydrometer memiliki persentasi fraksi pasir, debu dan liat adalah 3,37%, 8,43% dan 88,2% tekstur
tanah adalah liat.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
tekstur tanah adalah iklim, topografi, organisme hidup, waktu
dan bahan induk.
5.2 Saran
Adapun saran saya yakni sebelum menentukan pengelolaan tanah di suatu
wilayah sebaiknya terlebih dahulu diteliti tekstur tanahnya agar sifat-sifat
tanah dapat diketahui, selain itu dalam melakukan praktikum ini sebaiknya
dilakukan dengan teliti dan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan dan kondisi
alat-alat yang akan digunakan agar praktikum berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman dan Brady, 1992.
Ilmu Tanah. Jakarta:
Bharata karya aksara.
Foth, Henry.1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Hanafiah, Kemas Ali. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Jakarta : PT. Rajagrafindo.
Hanafiah, Kemas
Ali. 2008. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Jakarta
: PT. Rajagrafindo.
Hardjowigeno,
H.
Sarwono. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.
Notohadiprawiro.1998.
Dasar-Dasar
Kimia Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Sutedjo, Mul
Mulyani.2002.Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
LAMPIRAN
Perhitungan
Tekstur Tanah
Lapisan
2
Diketahui
: h1 = 10 h2 = 9 t1 = 28 t2 = 28 c
= 0,2
Ditanyakan
: tekstur tanah.....?
Penyelesaian
:
Berat
debu dan liat =
=
=
=
= 6,23
– 0,5
= 5,73
Berat
liat =
=
=
=
= 5,73
– 0,5
= 5,23
Berat debu = berat (debu + liat) – berat
liat
= 5,73 – 5,23
=
0,5
% Pasir =
=
= 0,033
x 100%
= 3,37
%
% Debu =
=
=
0,084 x 100%
=
8,43 %
% Liat =
=
=
0,881 x 100 %
=
88,2 %
SEGITIGA TEKSTUR
Hasil dari tekstur tanah dengan
menggunakan segitiga tekstur yaitu pada lapisan 2 memiliki tekstur tanah yang Clay atau Liat
0 comments:
Post a Comment