Makalah Temperatur dan Enzim
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan urut-urutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimiawi, dan membuat makromolekul sel dari prekursor sederhana. Di antara sejumlah enzim yangberpartisipasi di dalam metabolisme, terdapat sekelompok khusus yang dikenalsebagai enzim pegatur, sesuai dengan isyarat metabolik dan mengubah kecepatan kataliknya sesuai dengan isyarat yang diterima (Lehninger, 1982).
Sebagian besar protein yang disintesis
oleh sel berfungsi sebagai enzim atau katalisator biologis. Enzim memiliki
energi katalik yang luar biasa, yang biasanya jauh lebih besar dari katalisator sintesis. Spesifitas
enzim sangat tinggi terhadap subtratnya,
enzim mempercepat reaksi kimiawi spesifik tanpa pembentukan
produk samping, dan molekul ini berfungsi di dalam larutan encer pada suhu
dan pH normal.Hanya sedikit katalisator non-biologi yang dilengkapi sifat-sifat
ini. Enzim biasanya terdapat dalam sel dengan konsentrasi yang sangat rendah (Lehninger,
1982).
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel.
Bekerja dengan urut-urutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi
bertahap yang menguraikan molekul nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah
energi kimiawi, dan membuat makromolekul sel dari prekursor sederhana. Di
antara sejumlah enzim yangberpartisipasi di dalam metabolisme, terdapat
sekelompok khusus yang dikenalsebagai enzim pegatur, sesuai dengan isyarat
metabolik dan mengubah kecepatan kataliknya sesuai dengan isyarat yang diterima
(Lehninger, 1982).
Setiap hari tubuh kita terus menerus menerima asupan
karbohidrat dari makanan yang kita makan, khususnya nasi. Nasi yang merupakan
polisakarida merupakan makanan sumber karbohidrat, dalam hal ini adalah
kelompok amilum. Amilum, atau bahasa sehari-harinya adalah pati terdapat pada
umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum terdiri atas dua macam polisakarida
yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28
%) dan amilopektin. Pada saat kita mengunyah nasi (amilum), maka dalam mulut
terjadi suatu reaksi kimia, yaitu
pemecahan ikatan-ikatan pada amilum dengan bantuan enzim, dalam hal ini adalah enzim amilase yang terdapat dalam saliva (air liur). Enzim
merupakan suatu senyawa yang termasuk dalam golongan protein. Enzim ini
memiliki fungsi yangsangat penting dalam kelangsungan hidup manusia karena
sebagian besar dari proses metabolisme tubuh kita mengikut sertakan kinerja
dari enzim tersebut. Tetapi perlu kita ketahui bahwa kerja suatu enzim tentu saja tidak lepas dari
syarat-syarat yang harus dipenuhi, misalnya
harus dalam suhu tertentu, pH tertentu dan masih banyak lagi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja dari enzim tersebut (Imas, 2010).
Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini
adalah protein, aktivitas kataliknya bergantung kepada integritas strukturnya
sebagai protein. Sebagai contoh, jika suatu
enzim dididihkan dengan asam kuat atau diinkubasi dengan tripsin, yaitu
perlakuan yang memotong rantai polipeptida, aktivitas
kataliknya biasanya akan hancur, hal ini memperlihatkan bahwa struktur kerangka
primer protein enzim dibutuhkan untuk aktivitasnya. Selanjutnya, jika kita
mengubah berlipatnya rantai protein yang khas dari keadaan normal, atau oleh perlakuan dengan senyawa perusak
lainnya, aktivitas katalik enzim juga akan lenyap. Jadi,struktur primer, sekunder, dan
tersier protein enzim penting bagi aktivitas kataliknya (Lehninger, 1982).
Faktor-faktor yang memengaruhi kerja enzim, antara lain
(Poedjiadi, 1994):
1.
Konsentrasi enzim, seperti pada katalis lain kecepatan
suatu reaksi yang menggunakan enzim bergantung pada konsentrasi enzim tersebut.
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan
bertambahnya konsentrasi enzim.
2.
Konsentrasi substrat, pada konsentrasi substrat rendah,
bagian aktif enzim ini hanya menampung substrat sedikit. Bila konsentrasi
substrat diperbesar, makin banyak substrat
yang dapat berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut.
3.
Suhu, enzim merupakan suatu protein sehingga kenaikan
suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi
denaturasi, maka bagian aktif enzim
akan terganggu dan dengan
demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan
reaksinya menurun.
4.
Pengaruh pH, struktur ion enzim bergantung pada pH
lingkungannya. Perubahan pH
lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk
kompleks enzim substrat. Di samping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim,
pH rendah atau tinggi dapat pula menyebabkan menurunnya aktivitas enzim.
5.
Pengaruh inhibitor, molekul atau ion
yang yang dapat menghambat reaksi dinamakan inhibitor. Hambatan merupakan
mekanisme pengaturan reaksi-reaksi yang terjadi
dalam tubuh kita. Inhibitor ini
dapat menyebabkan menurunnya aktivitas
enzim.
Amilase-amilase merupakan kanji yang
didegradasi oleh enzim-enzim. Senyawa-senyawa secara luas didistribusi oleh
mikroba-mikroba, tumbuhan dan hewan-hewan. Enzim-enzim didegradasi oleh kanji dan
dihubungkan dengan polimer-polimer menjadi karbohidrat yang terdapat pada bahan
makanan, sepertinasi,
gandum, jagung dan lain-lain. Awalnya istilah amilase telah digunakan secara asli membuat kemampuan enzim-enzim menghidrolisis ikatan
α-1,4-glikolisis pada amilase,
amilopektin, glikogen, dan
produk-produk yang terdegradasi. Enzim-enzim bertindak menghidrolisis ikatan-ikatan antara unit-unit glukosa yang
berdekatan, karakteristik yang dimiliki produk-produk karbohidrat pada
partikulat-partikulat enzim (Aiyer, 2005).
Katalisator mempercepat reaksi kimia, mengalami perubahan
selama reaksi, tetapi berubah kembali kepada keadaan semula setelah
reaksi-reaksi selesai. Enzim merupakan biokatalisator yang bekerja spesifik.
Aktivitas katalis yang dimiliki enzim merupakan
alat ukur yang selektif dan sensitif terhadap aktivitas enzim. Aktivitas enzim
dapat diamati dari sisa substrat, pH, suhu dan indikator. Aktivitas enzim dapat
diamati dari sisa substrat atau produk yang
terbentuk. Faktor yang memengaruhi pengukuran
aktivitas enzim antara lain konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH dan indikator. Aktivitas enzim meningkat bersamaan dengan
peningkatan suhu, laju berbagai proses metabolisme akan naik sampai batasan
suhu maksimal. Prinsip biologis utama adalah homeostatis, yaitu keadaan dalam
tubuh yang selalu mempertahankan keadaan normalnya. Perubahan relatif kecil
saja dapat memengaruhi aktivitas banyak enzim. Adanya inhibitor non kompetitif irreversibel dan antiseptik
dapat menurunkan aktivitas enzim. Kecepatan
reaksi mula-mula meningkat dengan
menaiknya suhu, hal ini disebabkan oleh peningkatan energi kinetik pada
molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi, pada akhirnya energi kinetik enzim melampaui rintangan energi untuk
memutuskan ikatan hidrogen dan hidrofobik
yang lemah, yang mempertahankan struktur sekunder-tersiernya. Pada suhu ini,
terjadi denaturasi enzim menunjukkan suhu optimal (Imas, 2010).
Sebagian besar enzim suhu
optimalnya berada diatas suhu dimana enzim itu berada. Aktivitas enzim maksimal diperoleh pada pH optimal, untuk saliva (enzim amilase) pH-nya 7.
Bentuk kurva aktivitas pH ditentukan oleh denaturasi enzim (pada pH tinggi atau
rendah) dan penambahan status bermuatan pada enzim dan atau substrat. Enzim dapat
pula mengalami perubahan bentuk bila pH bervariasi. Gugus yang bermuatan yang jauh dari
daerah terikat substrat diperlukan untuk mempertahankan struktur tersier-kuartener yang aktif. Dengan perubahan muatan pada
gugus ini, maka protein dapat terbuka sehingga aktivitasnya berubah. Kecepatan
awal suatu reaksi merupakan kecepatan yang diukur sebelum terbentuk produk yang
cukup untuk memungkinkan suatu reaksi, kecepatan awal suatu reaksi yang dikatalisis
enzim harus sebanding dengan konsentrasi enzim. Untuk menentukan kecepatan
reaksi, sebenarnya pengaruh konsentrasi substratlah yang sangat berarti. Namun,
konsentrasi substrat yang menunjukkan kecepatan maksimal aktivitas enzim akan
mencerminkan jumlah enzim aktif yang ada. Inhibitor non kompetitif irreversibel
adalah suatu zat yangmenghambat kerja enzim dengan cara berikatan dengan enzim,
tetapi bukan pada sisi aktifnya, karena inhibitor tidak memiliki kesamaan
dengan struktur substrat, maka peningkatan konsentrasi substrat umumnya tidak
menghilangkan inhibitor tersebut. Banyak racun yang bekerja sebagai inhibitor non kompetitif irreversibel
terhadap aktivitas enzim, antara lain ion logam berat, iodosetamida, dan
zat-zat pengoksidatif (Imas, 2010).
Sejarah
dari industri produksi enzim-enzim ketika Dr. Jhokichi Takamine mulai memproduksi preparasi enzim pencernaan oleh
jenis gandum bran koji Aspergillus oryzae
pada tahun 1894. Industri produksi pada
tepung dekstro dan kristal dekstro dari kanji menggunakan α-amilase dan glukoamilase mulai pada tahun1959.
Sejak itu, enzim-enzim amilase sering digunakan dengan variasi tertentu. Konversi kanji menjadi glukosa, sirup dan
dekstrin-dekstrin membentuk yang bagian-bagian besar dari proses industri
kanji. Hidrolisis digunakan sebagai sumber karbon pada fermentasi sebagai
sumber-sumber kemanisan pada tingkatan perusahaan produksi-produksi makanan.
Hidrolisis pada kanji untuk memproduksi glukosa, maltosa dan lain-lain telah
dibawa melalui degradasi kontrol (Aiyer, 2005).
Ensim α-amilase merupakan
enzim ekstraseluler sehingga dalam proses ekstraksinya tidak memerlukan
pemecahan sel. Pemanfaatan campuran onggok atau dedak cukup potensial sebagai
media pertumbuhan kapang Aspergilus
niger. Dalam upaya memproduksi enzim
dalam sistem fermentasi media semi padat sehubungan fermentasi kadar pati,
protein, vitamin serta mineral
yang ada di dalamnya. Enzim α-amilase
diperoleh dari produksi lebih lanjut dilakukan isolasi (pemurnian) secara parsial
dengan melakukan penambahan (NH4)2SO4. Hal ini dimungkinkan karena garam berfungsi
untuk merusak mantel air yang terdapat di sekitar enzim (protein) sehingga protein akan mengendap (Sembayang, 2005).
Aiyer, P., V.,
2005, Amylases and Their Aplications, Biotechnology, (online), 4 (13),
1525-1529. http://google.com/jurnal of amylase
enzym/aplications of amylases,
Imas, 2010, Pengaruh pH dan Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase
(online)
Lehninger, L.
A., 1982, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1 diterjemahkan
oleh:Maggy
Thenawijaya, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar
Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Sembayang, F.,
2005, Isolasi Enzim α-Amilase
dari Aspergillus niger dengan
MenggunakanMedia Campuran Onggok
dan Dedak, Komunikasi Penelitian,
(online), 17 (5),
81-88.http://google.com/kpm-des.
0 comments:
Post a Comment