Makalah Jaringan Transport Air
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kandungan air tanah, kelembaban udara dan suhu tanah. Faktor tanaman yang berpengaruh adalah efisiensi perakaran, perbedaan tekanan difusi air tanah ke akar, dan keadaan protoplasma tanaman (Song, dan Torey, 2013).
Tumbuhan seperti sebagaian besar hewan, memiliki organ-organ yang tersusun
atas jaringan-jaringan yang berbeda, yang pada akhirnya terdiri dari beberapa
tipe sel yang berbeda. Jaringan adalah sekelompok sel dengan fungsi atau
struktur yang sama, atau dua-duanya (Campbell dkk., 2008).
Setiap organ tumbuhan seperti akar, batang, dan daun memiliki jaringan
dermis, vaskular, dan dasar. Masing-masing dari tiga kategori ini membentuk
sistem jaringan (tissue system),
sebuah unit fungsional yang menghubungkan semua organ tumbuhan. Walaupun setiap
sistem jaringan sambung-menyambung keseluruh bagian tumbuhan,
karakteristik-karakteristik spesifik jaringan dan hubungan spasialnya satu sama
lain bervariasi pada organ-organ yang berbeda (Campbell dkk., 2008).
Selama
siklus hidupnya tanaman memperoleh air dengan cara menyerap air dari
lingkungannya. Yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor tanaman.
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kandungan air tanah, kelembaban udara
dan suhu tanah. Faktor tanaman yang berpengaruh adalah efisiensi perakaran,
perbedaan tekanan difusi air tanah ke akar, dan keadaan protoplasma tanaman
(Song, dan
Torey, 2013).
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan
pengangkutan zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan pada
tumbuhan tingkat rendah (ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di
dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (spermatophyta)
proses pengangkutan dilakukan oleh pembuluh pengangkut yang terdiri dari
pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Tumbuhan
memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2,
air dan unsur hara kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap
dalam bentuk larutan ion. Mekanisme proses penyerapan dapat berlangsung karena
adanya proses imbibisi, difusi, osmosis dan transpor aktif (Lakitan, 2011).
Imbibisi merupakan
penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga
dinding selnya akan mengembang, seperti masuknya air pada biji saat berkecambah
dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam. Difusi merupakan gerak menyebarnya molekul dari daerah konsentrasi
tinggi (hipertonik) ke konsentrasi rendah (hipotonik) misalnya pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 saat
pernafasan, penyebaran setetes tinta dalam air. Osmosis adalah proses perpindahan air dari daerah yang
berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke
daerah yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) melalui membran semipermiabel.
Membran semipermiabel adalah selaput pemisah yang hanya bisa ditembus oleh air
dan zat tertentu yang larut di dalamnya. Keadaan tegang yang timbul antara
dinding sel dengan dinding isi sel karena menyerap air disebut turgor, sedangkan
tekanan yang ditimbulkan disebut tekanan turgor untuk sel
tumbuhan bersifat selektif semipermiabel. Setiap sel hidup merupakan sistem
osmotik. Jika sel ditempatkan dalam larutan yang lebih pekat (hipertonik) terhadap
cairan sel, air dalam sel akan terhisap keluar sehingga menyebabkan sel
mengkerut. Peristiwa ini disebut plasmolisis (Campbell dkk.,
2008).
Prinsip osmosis,
yaitu transfer molekul solvent dari lokasi hipotonik (potensi rendah) solution
menuju hipertonik solution, melewati
membran. Jika lokasi hipertonik solution
kita beri tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti atau malah berbalik arah (reserved osmosis). Besarnya tekanan
yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis disebut sebagai osmotik. Jika
dijelaskan sebagai konsep termodinamika, osmosis dapat dianalogikan sebagai
proses perubahan entropi. Komponen solvet murni memiliki entropi rendah,
sedangkan komponen berkandung solute tinggi juga. Mengikuti hukum termo II,
setiap perubahan yang terjadi
selalu menuju kondisi entropi
maksimum, maka solvent akan mengalir menuju tempat yang mengandung solute
lebih/banyak, sehingga total entropi akhir yang diperoleh akan maksimum.
Solvent akan kehilangan entropi dan solute akan menyerap entropi. Jika pada
suatu tumbuhan terjadi peristiwa kekurangan air karena ketersediaan air dalam
media tanam kurang hal ini akan menyebabkan kecepatan absorbsi tidak dapat
mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi tanaman, sehingga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada tanaman tersebut (Hariyati, 2003).
Pengangkutan air
pada tumbuhan dan garam mineral diluar
pembuluh xilem (ekstravaskuler). Pengangkutan ini bergerak dari permukaan
akar menuju ke bagian-bagian yang letaknya lebih dalam dan menuju ke berkas
pembuluh. Pada pengangkutan ini, air akan masuk melalui sel epidermis akar
kemudian bergerak di antara sel-sel korteks. Air harus melewati sitoplasma
sel-sel endodermis untuk memasuki silinder pusat (stele). Setelah sampai di
stele, air akan bergerak bebas di antara sel-sel. Transportasi
ekstravakuler ada dua macam yaitu : transportasi
simplas dan transportasi transportasi apoplas (Campbell dkk, 2008).
Transportasi simplas, yaitu
pengangkutan air dan zat terlarut secara difusi osmosis dari sel ke sel melalui
bagian sel tumbuhan yang hidup misalnya sitoplasma (plasmodesmata) dan vakuola.
Pada transportasi simplas ini air dan zat terlarut terhalang oleh nilai osmosis
dan sel endodermis dan perisikel (perikambium) yang lebih rendah dari sel-sel
korteks di sebelah luarnya sehingga transportasi air dan zat terlarut dari
korteks ke stele baik simplas maupun apoplas harus dengan transpor aktif atau
pompa ion. Transportasi apoplas, yaitu pengangkutan air dan zat
terlarut secara difusi osmosis (transpor pasif) di luar sitoplasma melalui
bagian sel tumbuhan yang tidak hidup, misalnya melalui dinding sel dan ruang
antar sel. Pada transportasi apoplas, air tidak bisa masuk ke xilem karena
terhalang penebalan zat gabus (suberin) pita kaspari sel endodermi, sehingga
air harus dipompa menembus sitoplasma sel endodermis dan transportasi menjadi bersifat
simplastik terutama melalui peresap (sel penerus air) yang letaknya sejajar dan
dengan permukaan akar dan tidak berhadapan dengan xilem (Campbell dkk, 2008).
Pengangkutan air melalui pembuluh xilem
(intravaskuler). Pengangkutan
intravaskular adalah pengangkutan melalui berkas pembuluh (xilem) dari akar
menuju bagian atas tumbuhan. Pengangkutan air dan mineral dimulai dari xilem
akar ke xilem batang menuju xilem tangkai daun dan ke xilem tulang daun. Pada
tulang daun terdapat ikatan pembuluh. Air dari xilem tulang daun ini masuk ke
sel-sel bunga karang pada mesofil. Setelah mencapai sel-sel bunga karang, air
dan garam-garam mineral disimpan untuk digunakan dalam proses fotosintesis dan
transportasi. Transportasi pada trakea lebih cepat daripada transportasi pada
trakeida (Campbell dkk, 2008).
Faktor yang
mempengaruhi transportasi air dan zat terlarut melalui xilem dari akar hingga
ke daun (Campbell dkk, 2008) antara lain:
Daya kapilaritas, yaitu kemampuan naiknya cairan di dalam pipa kapiler
karena adanya adhesi (daya tarik menarik antar molekul tak sejenis) dan kohesi
(daya tarik menarik antar molekul sejenis). Air dan zat terlarut dapat diangkut
ke atas karena daya adhesi lebih besar dari kohesi (Campbell dkk, 2008).
Daya tekan akar, merupakan kemampuan akar mendorong
air dalam xilem akar menuju ke atas. Daya tekan akar merupakan hasil aktifitas
sel-sel epidermis dengan rambut akarnya yang terus menerus menyerap air dan zat
terlarut dalam tanah dan menyebabkan konsentrasi air dan tekanan turgor sel
akar meningkat. Meningkatnya konsentrasi air dan tekanan turgor sel akar
menyebabkan terjadinya dorongan air ke atas di dalam pembuluh xilem (Campbell dkk, 2008).
Daya hisap daun, merupakan kemampuan daun untuk meningkatkan aliran
air dari akar ke daun pada saat transpirasi atau penguapan. Molekul air dari
akar sampai ke daun berderet secara berkesinambungan seolah-olah membentuk
rantai molekul air. Potensial air akan makin kecil jika menjauh dari air.
Dengan demikian potensial air daun lebih kecil dari potensial air di akar dan
batang. Pada saat transpirasi, potensial air di daun akan mengecil dan
mengakibatkan terjadinya tarikan air ke atas dari sel-sel dibawahnya.
Teori vital, menyatakan bahwa perjalanan air dari akar
menuju ke daun dapat
terlaksana karena
adanya sel-sel hidup, misalnya sel-sel parenkim dan jari-jari empulur di
sekitar xilem (Campbell dkk, 2008)
Menurut Dixon-Joly, menyatakan bahwa naiknya air ke atas
di dalam xilem disebabkan karena adanya transpirasi di daun yang mengakibatkan
molekul air di daun berkurang yang akan segera di isi oleh molekul-molekul air
di bawahnya. Pengangkutan hasil fotosintesis (translokasi) ke seluruh bagian
tumbuhan melalui floem merupakan transportasi simplas karena floem merupakan
sel hidup. Bagian floem yang berperan utama dalam pengangkutan hasil
fotosintesis adalah komponen pembuluh tapis yang berupa sel memanjang berbentuk
silindris yangbersatu dibagian ujung membentuk suatu pembuluh. Bukti hasil
fotosintesis diangkut melalui adalah pengelupasan kulit pada cangkok,
penyadapan getah karet getah damar dan nira (Campbell dkk, 2008)
Sistem jaringan dermis (dermal
tissue system) adalah lapisan pelindung terluar tumbuhan. Sistem jaringan
vaskular (vaskular tissue system)
melaksanakan transpor material jarak jauh antara sitem akar dan sistem tunas.
Kedua tipe jaringan vaskular adalah xilem dan floem. Kemudian jaringan yang
bukan jaringan dermal maupun jaringan vaskular adalah bagian dari sistem
jaringan dasar (ground tissue system)yang
bukan sekedar pengisi ruang kosong melainkan mencakup berbagai macam sel yang
terspesialisasi untuk fungsi-fungsi seperti penyimpanan, fotosintesis dan
pendukung (Campbell dkk., 2008).
Kekurangan air merupakan salah satu faktor
pembatas utama di bidang pertanian yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
dan perkembangan serta hasil produksi tanaman. Ketersediaan air tanah yang
semakin menurun serta adanya perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan kemarau yang
berkepanjangan dan selanjutnya mengakibatkan kekurangan air pada tanaman. Di
samping itu, kekurangan air pada tanaman dapat terjadi karena laju hilangnya
air akibat transpirasi terjadi lebih cepat dibandingkan dengan laju pengambilan
air dari tanah (Song dan
Torey, 2013).
Banyak aktifitas
tumbuhan ditentukan oleh sifat air dan bahan yang terlarut dalam air. Maka dari
itu nilai yang diperkirakan orang tentang kekentalan air atau tahan untuk
mengalir menjadi jauh lebih besar dari sebenarnya. Xylem dan floem dikelilingi
oleh satu lapisan sel-sel yang hidup disebut dengan perisikel. Jaringan
vaskuler dan perisikel membentuk suatu tabung yang disebut stele. Disebelah
luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dinding transversalnya dan
juga pada dinding radialnya terdapat suberin yang mempunyai sifat yang tidak
dapat ditembus air, lapisan luar endodermis terdapat beberapa lapisan sel
korteks yang bersifat permeable, sehingga besar kemungkinan air dari permukaan
akan bergerak menuju pembuluh xylem melalui dinding sel korteks tersebut
(Lakitan, 2011).
Sebagai salah
satu organ tanaman, akar berperan penting pada saat tanaman merespons
kekurangan air dengan cara mengurangi laju transpirasi untuk menghemat air.
Pada umumnya tanah mengering dari permukaan tanah hingga ke lapisan tanah bawah
selama musim kemarau. Keadaan ini menghambat pertumbuhan akar di lapisan tanah
yang dangkal, karena sel-selnya tidak dapat mempertahankan turgor yang
diperlukan untuk pemanjangan. Akar yang terdapat di lapisan tanah lebih dalam
masih dikelilingi oleh tanah yang lembab, sehingga akar tersebut akan terus
tumbuh. Dengan demikian sistem akar akan memperbanyak diri dengan cara
memaksimumkan pemaparan air tanah. Berbagai karakter fisiologi, anatomi dan
morfologi, telah dievaluasi sebagai respons tanaman terhadap kekurangan air. Salah
satu karakter penting untuk dievaluasi adalah morfologi akar, karena kemampuan
akar mengabsorbsi air dengan memaksimalkan sistem perakaran merupakan salah
satu pendekatan utama untuk mengkaji kemampuan adaptasi tanaman terhadap
kekurangan air. Dengan demikian, tanaman dengan volume akar yang besar akan
mampu mengabsorbsi air lebih banyak sehingga mampu bertahan pada kondisi
kekurangan air
(Song dan Torey, 2013).
Bacaan:
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L.
Cain, S. A. Wasserman, P.V. Minorsky dan R. B. Jackson, 2008, Biologi Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Haryati,
2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Lakitan,
B., 2011. Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Song, N dan Torey, P.,
2013. Karakter Morfologi Akar sebagai
Indikator Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Bioslogos. Vol 1(3) Hal. 31-32.
0 comments:
Post a Comment