Makalah Dispepsia (II)
Upaya
Pencegahan
Pola makan yang normal
dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang
teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai,
alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit,
misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi
lambung (Leksananingrum, 2011) .
Teraphy / Pengobatan
Teraphy / pengobatan pada penderita
dispepsia (Leksananingrum, 2011) :
1. Terapi Farmakologi
·
Antasid
Antasid
akan menetralisir sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat didalam
antacid adalah Na Bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan
MG trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan diberikan terus menerus,
sifatnya hanya sistematis untuk mengurangi rasa nyeri Antasid mempunyai durasi
yang singkat, membutuhkan pemberian berulang – ulang dalam sehari untuk
menghasilkan penetralan asam yang terus menerus. Pemberiannya sesudah makan dan
pada saat akan tidur.
·
Antagonis reseptor H2
Ransangan
reseptor H2 akan memicu eksresi asam lambung, antagnis berfungsi dalam
menghambat proses ini. Contoh obatnya adalah : Ranitidin, Simetidin,
Famotidin dan Nizatidin ) biasanya diberikan dalam dosis standar 2 x sehari.
·
Penghambat pompa proton
PPI
menghambat sekresi lambung dengan cara menghambat H + / K + ATPase
yang ada dalam sel parietal lambung yang menimbulkan efek anti sekresi yang
kuat dan tahan lama. PPI terurai dalam lingkungan asam oleh karena itu PPI
diformulasi dalam bentuk kapsul atau tablet lepas lambat. Contoh obatnya :
omeprazol, esomeprazol dan lansoprazol. Pasien disarankan untuk menggunakan PPI
oral pada pagi hari sekitar 15 – 30 menit sebelum sarapan untuk mencapai hasil
yang maksimal, karena obat ini hanya menghambat pompa proton yang diaktifkan.
·
Stimulan Motilitas
Metoklopramida
dan domperidon bermanfaat untuk pengobatan dyspepsia non tukak. Kedua obat
tersebut bermanfaat untuk mengatasi mual dan muntah non spesifik.
·
Pelindung Mukosa / Sitoprotektif
Sukralfat adalah
garam aluminium dari sucrose sulfat yang bekerja lokal pada T raiktus
gastro intestinal dan hamper tidak diabsorpsi, membentuk suatu
rintangan sitoprotektif pada sisi ulkus sehingga menahan degradasi oleh asam
dan pepsin.
Sukralfate bekerja dengan 3 cara :
a.
Membentuk suatu
kompleks kimiawi pada sisi ulkus dan menghasilkan suatu rintangan pelindung.
b.
Menghambat kerja
dari asam, pepsin dan empedu secara langsung
c.
Memblok diffusi
asam lambung melintasi rintangan mukosa.
2.
Terapi Non
Farmakologi
Modifikasi gaya hidup & menghindari obat
penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain, bisphosphonat oral, KCl, pengobatan
imunosupresan), menghindari stress, stop merokok & alkohol,kafein (stimulan
asam lambung), makanan dan minuman soda, sebaiknya dihindari makan malam.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pada penderita dispepsia (Leksananingrum, 2011):
Penatalaksanaan non
farmakologis
a. Menghindari makanan yang
dapat meningkatkan asam lambung
b. Menghindari faktor
resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin
rokok, dan stres
c. Atur pola makan
2.
Penatalaksanaan
farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum
ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan.
Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas.
Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan
yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah
terjadinya muntah).
Penatalaksanaan
Diet
1. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula air-lunak-makanan biasa).
2. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan
sering.
3. Vitamin dan mineral sesuai kebutuhan.
Bacaan:
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun
Diet Edisi Baru. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Anonim. status gizi berdasarkan Riskesdes 2007. http://www.scribd.com/doc/34306044/dispepsia.
Diakses, 23 September 2013.
Anonim. Mencegah dan mengobati dispepsia. http://ryaniehealth.blogspot.com
/2007/03/mencegah-mengobati-dispepsia,html. diakses, 23 Oktober 2013.
Anonim. Dispepsia. http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/Dispepsia. html.
diakses, 24 Oktober 2013.
Behrman, Richard
E. 2009. Ilmu Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, bagian 1.
Leksananingrum, dkk. 2011. Perhitungan kebutuhan Gizi Rumah
Sakit. Malang : Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar.
Rosnelly, dkk. 2008. Buku pedoman Praktis Doagnosa Gizi
dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Malang : Instalasi Gizi Rumah Sakit
Dr.Saiful Anwar
Soedarto. 2009. Penyakit-Penyakit Infeksi di
Indonesia. Widya Medika: Jakarta.
Suriadi, SKp &
Rita Yuliani SKp. 2010. Asuhan Gizi pada Dispepsia. Penerbit CV.
Sagung Seto.
0 comments:
Post a Comment