Popular Posts

Wednesday, January 18, 2017

Makalah Dispepsia (II)

Upaya Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung (Leksananingrum, 2011) .
 Teraphy / Pengobatan
Teraphy / pengobatan pada penderita dispepsia (Leksananingrum, 2011) :
1.  Terapi Farmakologi
·         Antasid
            Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat didalam antacid adalah Na Bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan MG trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan diberikan terus menerus, sifatnya hanya sistematis untuk mengurangi rasa nyeri Antasid mempunyai durasi yang singkat, membutuhkan pemberian berulang – ulang dalam sehari untuk menghasilkan penetralan asam yang terus menerus. Pemberiannya sesudah makan dan pada saat akan tidur.
·         Antagonis reseptor H2
            Ransangan reseptor H2 akan memicu eksresi asam lambung, antagnis berfungsi dalam menghambat proses ini. Contoh obatnya adalah :  Ranitidin, Simetidin, Famotidin dan Nizatidin ) biasanya diberikan dalam dosis standar 2 x sehari.
·         Penghambat pompa proton
            PPI menghambat sekresi lambung dengan cara menghambat H / K + ATPase yang ada dalam sel parietal lambung yang menimbulkan efek anti sekresi yang kuat dan tahan lama. PPI terurai dalam lingkungan asam oleh karena itu PPI diformulasi dalam bentuk kapsul atau tablet lepas lambat. Contoh obatnya : omeprazol, esomeprazol dan lansoprazol. Pasien disarankan untuk menggunakan PPI oral pada pagi hari sekitar 15 – 30 menit sebelum sarapan untuk mencapai hasil yang maksimal, karena obat ini hanya menghambat pompa proton yang diaktifkan.
·         Stimulan Motilitas
            Metoklopramida dan domperidon bermanfaat untuk pengobatan dyspepsia non tukak. Kedua obat tersebut bermanfaat untuk mengatasi mual dan muntah non spesifik.
·         Pelindung Mukosa / Sitoprotektif
            Sukralfat  adalah garam aluminium dari sucrose sulfat yang bekerja lokal pada T raiktus gastro intestinal  dan hamper tidak diabsorpsi, membentuk suatu rintangan sitoprotektif pada sisi ulkus sehingga menahan degradasi oleh asam dan pepsin.
Sukralfate bekerja dengan 3 cara :
a.     Membentuk suatu kompleks kimiawi pada sisi ulkus dan menghasilkan suatu rintangan pelindung.
b.     Menghambat kerja dari asam, pepsin dan empedu secara langsung
c.     Memblok diffusi asam lambung melintasi rintangan mukosa.
2.      Terapi Non Farmakologi
Modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain, bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan), menghindari stress, stop merokok & alkohol,kafein (stimulan asam lambung), makanan dan minuman soda, sebaiknya dihindari makan malam.



Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita dispepsia (Leksananingrum, 2011):
Penatalaksanaan non farmakologis
a.      Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b.      Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c.      Atur pola makan
                  2.                                                  Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).
Penatalaksanaan Diet
1.      Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air-lunak-makanan biasa).
2.      Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
3.      Vitamin dan mineral sesuai kebutuhan.



Bacaan:
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anonim. status gizi berdasarkan Riskesdes 2007. http://www.scribd.com/doc/34306044/dispepsia. Diakses, 23 September 2013.
Anonim. Mencegah dan mengobati dispepsia. http://ryaniehealth.blogspot.com /2007/03/mencegah-mengobati-dispepsia,html. diakses, 23 Oktober 2013.
Anonim. Dispepsia. http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/Dispepsia. html. diakses, 24 Oktober 2013.
Behrman, Richard E. 2009. Ilmu Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, bagian 1.
Leksananingrum, dkk. 2011. Perhitungan kebutuhan Gizi Rumah Sakit. Malang : Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar.
Rosnelly, dkk. 2008. Buku pedoman Praktis Doagnosa Gizi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Malang : Instalasi Gizi Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar
 Soedarto. 2009. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Widya Medika: Jakarta.
Suriadi, SKp & Rita Yuliani SKp. 2010. Asuhan Gizi pada Dispepsia. Penerbit CV. Sagung Seto.
 

0 comments:

Post a Comment