Makalah Pengelolaan DAS
A. Wilayah daratan tersebut dinamakan daearah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Asdak, 2010).Ditinjau dari segi pengelolaan air dan sistem hidrologi, DAS mempunyai karakteristik yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti jenis tanah, tata guna lahan, topografi, kemiringan dan panjang
P Pengelolaan DAS
1. Daerah aliran sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung
gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke
laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daearah tangkapan
air (DTA atau catchment area) yang
merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah,
air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam
(Asdak, 2010).
Ditinjau dari segi pengelolaan air dan sistem hidrologi, DAS mempunyai
karakteristik yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti
jenis tanah, tata guna lahan, topografi, kemiringan
dan panjang lereng. Karakteristik
biofisik DAS tersebut dalam
merespons curah hujan yang jatuh di dalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan
pengaruh terhadap besar-kecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, air
larian, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai (Asdak, 2010).
Secara ekologis, DAS sebagai suatu
sistem kompleks sangat besar peranannya dalam hal pengaturan tata air dimulai
terjadinya presipitasi sebagai input, selanjutnya berlangsung proses-proses dan
sistem DAS sampai kepada terbentuknya debit sungai (stream flow) sebagai outputnya. Fenomena tersebut ditentukan baik
oleh karakteristik alam DAS (tanah, iklim, vegetasi dan lain-lain) (natural
factor), maupun kegiatan manusia (antropogenic
faktor). Keseluruhan karakteristik dan proses dalam sistem tersebut akan sangat berpengaruhi kondisi
keberlanjutan (sustainability) DAS
secara keseluruhan. Karakteristik yang berhubungan dengan alam dan manusia yang
paling berpengaruh adalah tata guna lahan. Terbentuknya dan semakin meluasnya
lahan-lahan kritis, banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau,
erosi dan sedimentasi, pencemaran air, dan pendangkalan danau, disebabkan
antara lain karena tata guna lahan yang tidak sesuai dengan potensi peruntukan
dan daya dukungnya, minimnya upaya pengelolaan yang sesuai dan usaha-usaha
konservasi tanah dan air yang memadai (Baja, 2012).
Dalam mempelajari ekosistem DAS,
daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:
marupakan daerah dengan kemiringan lereng besar( lebih besar dari 15%), bukan
merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian ditentukan oleh pola drainase,
dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS
dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan
drainase kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan
sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir
(genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan
jenis vegetasi didominasi hutan bakau/gambut. Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari
kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut diatas (Asdak, 2010).
Pengelolaan DAS dapat diartikan
sebagai suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai unit
pengelolaannya, yang pada dasarnya meruapakan usaha-usaha penggunaan sumber
daya alam (hutan, lahan, air) disuatu DAS secara rasional untuk mencapai tujuan
ekonomi (produksi) sumber daya lahan yang optimum dan berkelanjutan, disertai
dengan upaya-upaya untuk menekan kerusakan seminimal mungkin, melalui konsevasi
tanah dan air. Untuk itu, diperlukan perencanaan tata guna lahan secara baik,
dan karena kompleksnya kerakteristik DAS, maka kebutuhan dukungan permodel
spasial dalam upaya membantu perencanaan secara efektif (Baja, 2012).
Dimasa sekarang ini telah banyak
disuarakan mengenai pengelolaan DAS Terpadu. Menurut Asdak (2012) pengelolaan
DAS terpadu adalah proses formal dalam mengorganisasikan dan memandu
pemanfaatan lahan, air dan sumberdaya alam lainnya dalam suatu DAS untuk
menyediakan beragam barang dan jasa bagi kebutuhan manusia tanpa merusak
sumberdaya dasar lahan dan air. Konsep DAS terpadu merefleksikan keterkaitan
pemanfaatan berbagai sumberdaya alam dan secara eksplisit menunjukkan
keterkaitan biofisik antara wilayah hulu dan hilir DAS. Pengelolaan DAS terpadu
juga merupakan pengelolaan sumberdaya skala DAS dengan pendekatan
holistik-intregratif meliputi keseluruhan wilayah hulu-hilir DAS dalam
perspektif keterpaduan wilayah sektor, rencana/program, dan pemangku
kepentingan.
0 comments:
Post a Comment