Popular Posts

Wednesday, September 21, 2016

Makalah Pengelolaan DAS

A.     Wilayah daratan tersebut dinamakan daearah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Asdak, 2010).Ditinjau dari segi pengelolaan air dan sistem hidrologi, DAS mempunyai karakteristik yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti jenis tanah, tata guna lahan, topografi, kemiringan dan panjang


P  Pengelolaan DAS
1.      Daerah aliran sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daearah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Asdak, 2010).
Ditinjau dari segi pengelolaan air dan sistem hidrologi, DAS mempunyai karakteristik yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti jenis tanah, tata guna lahan, topografi, kemiringan dan panjang lereng. Karakteristik biofisik DAS tersebut dalam merespons curah hujan yang jatuh di dalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besar-kecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, air larian, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai (Asdak, 2010).
Secara ekologis, DAS sebagai suatu sistem kompleks sangat besar peranannya dalam hal pengaturan tata air dimulai terjadinya presipitasi sebagai input, selanjutnya berlangsung proses-proses dan sistem DAS sampai kepada terbentuknya debit sungai (stream flow) sebagai outputnya. Fenomena tersebut ditentukan baik oleh karakteristik alam DAS (tanah, iklim, vegetasi dan lain-lain) (natural factor), maupun kegiatan manusia (antropogenic faktor). Keseluruhan karakteristik dan proses dalam sistem tersebut  akan sangat berpengaruhi kondisi keberlanjutan (sustainability) DAS secara keseluruhan. Karakteristik yang berhubungan dengan alam dan manusia yang paling berpengaruh adalah tata guna lahan. Terbentuknya dan semakin meluasnya lahan-lahan kritis, banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau, erosi dan sedimentasi, pencemaran air, dan pendangkalan danau, disebabkan antara lain karena tata guna lahan yang tidak sesuai dengan potensi peruntukan dan daya dukungnya, minimnya upaya pengelolaan yang sesuai dan usaha-usaha konservasi tanah dan air yang memadai (Baja, 2012).
Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: marupakan daerah dengan kemiringan lereng besar( lebih besar dari 15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi hutan bakau/gambut. Daerah aliran sungai  bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut diatas (Asdak, 2010).
Pengelolaan DAS dapat diartikan sebagai suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai unit pengelolaannya, yang pada dasarnya meruapakan usaha-usaha penggunaan sumber daya alam (hutan, lahan, air) disuatu DAS secara rasional untuk mencapai tujuan ekonomi (produksi) sumber daya lahan yang optimum dan berkelanjutan, disertai dengan upaya-upaya untuk menekan kerusakan seminimal mungkin, melalui konsevasi tanah dan air. Untuk itu, diperlukan perencanaan tata guna lahan secara baik, dan karena kompleksnya kerakteristik DAS, maka kebutuhan dukungan permodel spasial dalam upaya membantu perencanaan secara efektif (Baja, 2012).
Dimasa sekarang ini telah banyak disuarakan mengenai pengelolaan DAS Terpadu. Menurut Asdak (2012) pengelolaan DAS terpadu adalah proses formal dalam mengorganisasikan dan memandu pemanfaatan lahan, air dan sumberdaya alam lainnya dalam suatu DAS untuk menyediakan beragam barang dan jasa bagi kebutuhan manusia tanpa merusak sumberdaya dasar lahan dan air. Konsep DAS terpadu merefleksikan keterkaitan pemanfaatan berbagai sumberdaya alam dan secara eksplisit menunjukkan keterkaitan biofisik antara wilayah hulu dan hilir DAS. Pengelolaan DAS terpadu juga merupakan pengelolaan sumberdaya skala DAS dengan pendekatan holistik-intregratif meliputi keseluruhan wilayah hulu-hilir DAS dalam perspektif keterpaduan wilayah sektor, rencana/program, dan pemangku kepentingan.








0 comments:

Post a Comment