Jurnal Mitigasi Banjir : Sungai Kelara -kemiringan lereng dan elevasi
a.
Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng dan panjang lereng adalah dua sifat
topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan. Unsur lain yang
mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng. Kemiringan
lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak 100 m yang
mempunyai selisih 10 m membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100% sama dengan
kecuraman lereng 450. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan,
semakin curam lereng juga memperbesar jumlah kecepatan aliran permukaan yang
dengan demikian memperbesar energi angkut aliran permukaan (Arsyad, 2010)
Kemiringan suatu lahan semakain tinggi maka air yang
diteruskan semakin tinggi. Air yang berbeda pada tersebut akan diteruskan
ketempat yang lebih rendah semakin cepat dibandingkan dengan lahan yang
kemiringannya rendah datar hingga landai (Suhardiman, 2012).
Terdapat beberapa klasifikasi kemiringan lereng dalam kaitannya dengan tingkat kerawanan
banjir yaitu seperti yang disajikan pada Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9.
Tabel 7. Kelas kemiringan lereng untuk kerawanan
banjir
Kelas
|
Kelerengan (%)
|
Deskripsi
|
Notasi harkat
|
I
|
<8
|
Datar
|
5
|
II
|
8
– 15
|
Landai
|
4
|
III
|
15
– 25
|
Bergelombang
|
3
|
IV
|
25
– 40
|
Curam
|
2
|
V
|
>40
|
Sangat Curah
|
1
|
Sumber
: Chow (1964) dalam Sigit, dkk (2011)
Tabel 8.
Kelas kemiringan lereng untuk kerawanan banjir
Kelas
|
Kemringan lereng
|
Nilai
|
Datar
|
0% - 3%
|
4
|
Datar-berombak
|
3% - 8%
|
3
|
Bergelombang
|
8% - 15%
|
2
|
Berbukit kecil
|
15% - 30%
|
1
|
Sumber
: Martha, (2011)
Tabel 9.
Kelas kemiringan lereng untuk kerawanan banjir
Kelas
|
Kemringan lereng
|
Nilai
|
Datar
|
0% - 3%
|
100
|
Landai
|
3% - 8%
|
80
|
Agak Curam
|
8% - 15%
|
60
|
Curam
|
15% - 25%
|
40
|
Sangat curah
|
25% - 40%
|
20
|
Terjal
|
>40%
|
1
|
Sumber : Suherlan, (2001)
a.
Ketinggian (elevasi)
Ketinggian mempunyai pengaruh terhadap banjir.
Berdasarkan sifat air mengalir mengikuti gaya gravitasi yaitu mengalir dari
daerah tinggi ke daerah rendah. Dimana daerah yang mempunya ketinggian yang
lebih tinggi lebih berpotensi kecil untuk terjadi banjir. Sedangkan daerah
dengan ketinggian rendah lebih berpotensi besar untuk terjadinya banjir
(Suhardiman, 2012).
Terdapat beberapa klasifikasi elevasi atau ketinggian
dalam kaitannya dengan tingkat kerawanan banjir yaitu seperti yang disajikan
pada Tabel 10 dan Tabel 11.
Beberapa klasifikasi kelas ketinggian atau elevasi
terhadap tingkat kerawanan banjir, sebagai berikut:
Tabel 10. Kelas elevasi untuk
kerawanan
banjir
No.
|
Kelas elevasi
|
Nilai
|
1
|
0m
– 12,5m
|
9
|
2
|
12,5m
– 25m
|
7
|
3
|
25m
– 50m
|
5
|
4
|
50m
– 75m
|
3
|
5
|
75m
– 100m
|
1
|
6
|
>100m
|
0
|
Sumber
: Utomo (2004) dalam Purnama (2008)
Tabel 11.
Kelas elevasi untuk kerawanan
banjir
No.
|
Kelas Elevasi
|
Nilai
|
1
|
<500m
|
100
|
2
|
500m – 1000m
|
80
|
3
|
1000m – 1500m
|
60
|
4
|
1500m – 2000m
|
40
|
5
|
>2000m
|
20
|
Sumber : Peta
ketinggian Bappeda propoinsi Jawa Barat (1997) dalam Suherlan (2001)
0 comments:
Post a Comment