Makalah Biodiesel-Molase (Tinajuan Pustaka)
BAB 2. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Biodiesel
Biodiesel
didefinisikan sebagai ester monoalkil dari minyak tanaman dan lemak hewan dan
turunannya yang berpotensi sebagai pengganti bahan bakar diesel (Srivastava dan
Prasad, 2000 dalam Putri et al, 2012
). Biodiesel dihasilkan melalui proses transesterifikasi minyak atau lemak
dengan alkohol. Gugus alkil dalam alkohol akan menggantikan gugus hidroksil
pada struktur ester minyak melalui katalis (Susilo, 2006 dalam Georgogianni et al, 2007 dalam Putri et al, 2012).
2.2 Molases
Molases
merupakan hasil samping dari proses pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum L.).
Molases berbentuk cairan kental yang didapatkan dari pemisahan kristal gula
.
Kandungan kadar gula molases tinggi 50-60% namun tidak dapat dibentuk menjadi
sukrosa.nmolase masih mengandung sukrosa 30-40%, glukosa 4-9%, dan fruktosa
5-12%. Tetes tebu dimanfaatkan dalam proses fermentasi, denitrifikasi, limbah
anaerobik dan diaplikasikan pada budaya perairan (Hidayat dan Suhartini, 2006). Bahan baku yang umum digunakan dalam produksi seperti jagung dan kentang,
maka molase mengandung karbohidrat yang disimpan sebagai pati sehingga sebelum
dihidrolisis perlu dilakukan pemasakan dan kerja enzim. (Hidayat, 2006).
2.2 Yeast Oleaginous
Biomassa
mikroorganisme oleaginous adalah sumber TAGs yang optimal dan berlebih yang
memiliki komposisi Fas yang sama dan nilai energi seperti minyak tumbuhan.
Mikrobia lipid juga mempunyai banyak keuntungan (siklus pendek, ) yang mampu mengatasi pembatasan minyak nabati
tetapi, mampu dihasilkan dari substrat yang tidak mahal dengan hasil dan
produktivitas yang tinggi (Azocar et al.,2010; Liu and Zongbao, 2007; Rossi et
al.,2011).
Di
antara mikroorganisme heterotrofik, yeast oleagenous merupakan produsen lipid
yang baik karena terdapat banyak TAGs.
Hal ini dikarenakan yeast oleagenous memiliki kemampuan untuk mensintesis
dan mengumpulkan lipid netral (mencapai 70% dari berat biomassa) yang
disimpan dalam kompartemen intraselular yang dikenal dengan badan lipid
(Czabany et al., 2011). Beberapa yeast oleagenous yang telah diidentifikasi
yaitu dalam genus Yarrowia, Candida,
Rhodontorula, Rhodosporodium, Cryptococcus, dan Lypomyces (Ageitos et al., 2011; Li et al., 2008;
Amaretti et al, 2010; Rossi et al., 2011).
Yarrowia merupakan fungi
hemiascomycetes dimorfik termasuk ordo Saccharomycetales. Mikroba tersebut
mampu mendegradasi substrat hidrofobik seperti parafin dan minyak dengan sangat
efisien dan fisiologinya yang dapat
dieksplorasi pada aplikasi bioteknologi (Bankar et al., 2009). Genus Candida, Candida curvata (Holdsworth & Ratledge, 1991) dan Apiotrichum curvatum dan Candida freychussii (Amaretti et al.,
2011) mensintesis dan menyimpan banyak lipid. Candida merupakan kelompok
Ascomycota yang biasanya dieksploitasi
dalam bioteknologi, meskipun ada persepsi negatif dari publik. Lipomyces spp. Memiliki kecenderungan
mampu mengakumulasi triacylglicerol. Genus ini tergolong dalam ordo
Saccharomycetales yang masuk cabang dalam evolusi ascomycetes (van der Walt,
1992). Chryptococcus curvatus adalah
yeast yang berpotensi industri menjadi minyak sel tunggal karena mampu tumbuh
dan mengakumulasi lipid dengan range
substrat yang panjang. Mikroba ini membutuhkan nutrien yang sedikit untuk
tumbuh, mengakumulasi sampai mencapai 60% dari berat keringnya sebagai lipid
intraseluler (Meesters et al, 1996; Zhang et al., 2011). Spesies yang termasuk
genus Rhodosporidium dan sekerabat dengan Rhodontorula, dinamakan sebagai
yeast oleaginous. Mikroba ini tergolong ke dalam tiga kelompok besar Basidiomycota, yaitu Pucciniomycotina.
0 comments:
Post a Comment