Popular Posts

Saturday, June 18, 2016

Makalah Kemoterapi

KEMOTERAPI  DAN  ANTIMIKROBA LAIN

Kemoterapi dapat didefinisikan sebagai obat – obatan kimiawi yang digunakan untuk memberantas penyakit infeksi akibat mikroorganisme seperti bakteri, fungi, virus, dan protozoa (plasmodium, amuba, trichomonas dll), juga terhadap infeksi oleh cacing tanpa merusak tuan rumahnya. Obat – obatan tersebut berkasiat memusnahkan parasit tanpa merusak jaringan.
      Pustaka kuno menguraikan sediaan kemoterapi zama dulu, tetapi banyak diantaranya merupakan obat yang tak berguna yang disertai dengan takhyul dan sihir. Namun, beberapa dari senyawa itu ternyata mempunyai nilai menurut proses coba – coba selama bertahun – tahun.
      Sejak jaman purbakala, orang kuno telah mempraktekkan fitoterapi (phytos yang artinya tanaman) dengan jalan mencoba – coba. Orang yunani dan aztec di meksiko menggunakan masing –
masing pakis pria (Filix mas) dan minyak chenopodi untuk membasmi cacing dalam usus. Orang hindu sudah beribu–ribu tahun lalu mengobati lepra dengan minyak chaulmogra dan di cina serta di pulau mentawai sumatra barat sejak dahulu kala borok ditangani dengan jamur – jamur tertentu sebagai pelopor antibiotika. Orang cina dan vietnam sejak dua ribu tahun lalu menggunakan tanaman qinghaosu yang mengandung artesiminin untuk mengobati malaria, sedangkan suku – suku indian di amerika selatan memanfaatkan kulit pohon kina. Pada abad ke-16, air raksa mulai digunakan sebagai kemoterapeutika pertama terhadap sifilis.
      Kemoterapi modern mulai berkembang pada akhir abad ke-19. Saat itu, peneliti dr Robert Koch dan dr Louis Pasteur membuktikan bahwa banyak penyakit diakibatkan oleh bakteri dan protozoa. Dr Paul Ehrlich adalah sarjana pertama yang melontarkan konsepsi dan istilah kemoterapi dan indeks terapi. Pada penelitiannya dengan jaringan dan bakteri yang diwarnai dengan anilin dan metilenbiru, ia menemukan khasiat bakterizid dari zat – zat tersebut. Pada tahun 1891, ia berhasil menyembuhkan binatang yang telah terinfeksi parasit malaria dengan metilenbiru. Dan, pada tahun 1907, ditemukan obat anti spirokheta arsfenamin (salvarsan) yang merupakan obat standar sifilis pada waktu itu sampai kemudian terdesak oleh ditemukannya penisilin. Kemoterapeutika penting yang disintesa atas dasar zat – zat warna adalah obat malaria pamaquin dan mepakrin (1930).
      Dengan penemuan sulfonamida (1935) kemungkinan terapi yang ada hingga saat itu hanya terbatas pada infeksi protozoa dan spirokheta sangat diperluar dengan adanya bakteri lain. Antara lain, banyak penyebab penyakit fatal seperti radang selaput otak (meningitis) dan radang paru – paru (pneumonia) mulai dapat ditanggulangi dan disembuhkan dengan terapi sistemis, yakni melalui peredaran darah.
      Titik – titik puncak dalam perkembangan selanjutnya, yang membuka babak baru dalam pengobatan sistemis penyakit infeksi adalah diintroduksinya penisilin (1941) dengan khasiat dan toksisitas sangat selektif. Antibiotikum pertama diusul oleh banyak antibiotika lain, seperti kloramfenikol dan kelompok cefalosporin, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, polipeptida, linkomisin, dan rafimisin. Selain sulfonamida, dikembangkan juga kemoterapeutika sintesis, seperti senyawa nitrofuran (1944), asam nalidiksat (1962), serta turunannya (fluorkinolon, 1985), dan obat – obatan protozoa (kloroquin, proguanil, metronidazol, dll). Dewasa ini banyak zat antimikroba baru telah diperkembangkan, yang mampu menyembuhkan hampir semua infeksi mikroba, kecuali infeksi dengan kebanyakan virus.

2.2 Jenis-Jenis Kemoterapi
2.2.1 Antibiotika
        Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup. Antibiotika merupakan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
        Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh Profesor Howard W. Florey dan Dr. Ernst B. Chain.
        Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Beberapa cara telah digunakan secara luas untuk mengisolasi organisme penghasil antibiotik yang berasal dari berbagai tempat alami. Pada satu cara yang paling sederhana, tanah dari kebun atau lapangan biasa disuspensikan dalam air steril kemudian diinokulasikan di atas permukaan pelat agar nutrisi yang steril. Sejumlah besar koloni mikroba biasanya akan ditemukan setelah beberapa hari diinkubasi dalam temperatur kamar. Beberapa dari mikroorganisme ini memproduksi antibiotik dan menghambat pertumbuhan organisme lainnya pada pelat tersebut. Hal ini menghasilkan suatu daerah jernih di sekitar koloni yang memproduksi antibiotik, yang kemudian dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Selain antibiotik yang dapat diperoleh secara alami, antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis atau semi sintetis.
        Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki antibiotik sehingga dapat digunakan sebagai obat kemoterapi yaitu:
1) aktivitas spesifik yang tinggi sehingga hanya sejumlah kecil antibiotik yang diperlukan untuk menghambat infeksi organisme
2) peredaran dalam tubuh yang cukup cepat dan eksresi setelah waktu tertentu
3) jarang terjadi efek samping yang tidak dikehendaki dan efek ini harus terpulihkan
4) dapat diberikan dengan pengobatan lain yang mungkin harus diterima oleh pasien
5) potensi anti bakteri yang cukup sehingga mikroorganisme yang resisten tidak akan terbentuk selama pengobatan
6) kesesuaian yang memungkinkan penggunaan dalam berbagai bentuk sediaan, termasuk pemberian secara oral
7) stabil secara kimia pada waktu diproses menjadi produk yang murni dan dalam bentuk sediaan
8) ketersediaannya dengan harga yang cukup rendah
        Meskipun hanya sedikit antibiotik yang memiliki semua sifat diatas, beberapa hampir mempunyai sifat tersebut. Ampisilin mempunyai aktivitas spesifik cukup tinggi, beredar cepat dalam tubuh bila diberikan secara oral, cukup stabil dalam pembuatan dan sediaan, serta relatif tidak mahal. Namun, berdasarkan data yang diperoleh, sekitar 8% orang di Amerika yang sensitif terhadap Penisilin G juga sensitif terhadap Ampisilin dan hal ini merupakan langkah mundur utama dalam penggunaannya. Di lain pihak, beberapa antibiotik yang tidak mampu memenuhi sebagian besar persyaratan di atas masih digunakan secara klinik karena tidak ada alternatif lain yang baik. Termasuk diantaranya daktinomisin, kromomisin A3, dan mitramisin yang digunakan untuk pengobatan kanker.

Mekanisme kerja Antibiotika
        Mekanisme kerja antibiotika antara lain :
1. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosis dari plasma, akhirnya sel akan pecah (penisilin dan sefalosporin)
2. Menghambat sintesis membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya, hingga bersifat lebih permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat keluar (kelompok polipeptida)
3. Menghambat sintesis protein sel, akibatnya metabolisme sel terganggu serta sel tidak terbentuk sempurna (kloramfenikol, tetrasiklin)
4. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapat berkembang (rifampisin)


Efek samping penggunaan antibiotika
            Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan  terjadi reaksi hipersensitif atau alergi seperti gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi shock, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang rentan hipersensitif tidak diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).
2. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus, saluran pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik, obat yang menekan sistem kekebalan tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra infeksi.  Khususnya, anak-anak dan orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi ini.
Kemoterapi golongan antiamuba
Berdasarkan tempat kerjanya, antiamuba yang dipasarkan di Indonesia adalah antiamuba yang bekerja pada lumen usus dan jaringan yaitu metronidazol dan turunannya.

Kemoterapi golongan antelmintik / obat cacing
Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita.
Kebanyak obat cacing diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan.

Kemoterapi golongan antimalaria / obat malaria
Secara klinis ada tiga macam penyakit malaria. Malaria tropika yang disebabkan oleh P.falciparum yang cenderung menjadi akut, tetapi bila cepat diobati, hasil pengobatannya memuaskan.
Malaria tersiana yang disebabkan oleh P. vivax, yang cenderung menjadi kronis. Dan malaria kuartana yang disebabkan oleh P.malaria dan terdapat banyak di Afrika.

Kemoterapi golongan antifungal / obat jamur
Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik/dalam tubuh dan infeksi jamur topikal/kulit. Akan tetapi dalam pengobatannya, ada obat jamur bisa digunakan baik sistemik maupun kulit.

Kemoterapi golongan filarisida

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid.

Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes/pasien. Peranan lamanya kontak antara mikroba dengan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk mendapatkan efeknya, khususnya pada tuberkulosa.

Kemoterapi tidak dibatasi dengan penggunaan satu obat. Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja bersama khususnya untuk membunuh sel kanker.

Mengkombinasikan obat yang memiliki mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel dapat meningkatkan pengrusakan dari sel kanker dan mungkin dapat menurunkan resiko perkembangan kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat.


Penggolongan antibiotika berdasar aktivitasnya
        Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas:
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow  spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif)
2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif.
Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenicol.
Penggolongan antimikroba dan kemoterapi
1.       Antimikroba untuk tuberkulosa / obat tb
Idealnya pengobatan dengan obat Tuberkulosis (TB) dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya.

Obat yang digunakan untuk Tuberkulosis (TB) digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :

    Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.

    Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
    Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Meskipun demikian, pengobatan Tuberkulosis (TB) paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, Rifampisin dan Pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat Tuberkulosis (TB) primer ini.

Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe Tuberkulosis (TB). Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti Piridoksin (vitamin B6).

Resistensi masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan Tuberkulosis (TB) dilakukan dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan mudah terjadi resistensi.

Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara 6-9 bulan sehingga pasien banyak yang tidak patuh minum obat selama menjalani terapi.




2.       Antimikroba untuk virus/ anti virus
Pengembangan obat anti virus atau obat anti viral sebagai pencegahan atau pengobatan belum mencapai hasil seperti yang diinginkan oleh umat manusia. Karena obat anti virus atau obat anti viral yang dapat menghambat atau membunuh virus juga akan dapat merusak sel hospes dimana virus itu berada dalam hal ini manusia.

Infeksi HIV atau AIDS

Pengobatan anti-viral pada dasarnya menyerang virus HIV di salah satu dari dua tempat:
a). menjaga virus tetap berada di luar sel-T yang sehat;
b). mencegah sel-T yang terinfeksi untuk melepaskan sel virus baru.

Perawatan lain adalah termasuk meningkatkan sistem kekebalan alami, supaya bisa melawan HIV. Ini disebut 'modulasi kekebalan.

Alasan mengapa gejala HIV tidak muncul selama beberapa tahun, itu karena sistem kekebalan dalam menjalankan tugas yang hebat selama melawan HIV. Obat-obat anti-viral terutama diperuntukkan bagi mereka yang sistem kekebalannya sudah kewalahan terhadap virus.

Obat anti virus / anti viral untuk HIV atau AIDS terbagi 4 kelas yaitu :

1.Penghambat Fusi seperti Enfuvirtide
2.Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase seperti Didanosine, Lamivudine, Stavudine, Zidovudine
3.Penghambat HIV Protease seperti Ritonavir
4.Penghambat Non-Nukleosida pengubah Transciptase seperti Nevirapine

Terapi tunggal dari obat virus untuk HIV dan AIDS sangat tidak direkomendasikan. Kombinasi terapi dari obat anti viral adalah sangat mendasar dan penting.

Gunakanlah selalu obat anti virus ganda (tiga macam obat anti irus), termasuk 'penghambat HIV protease'. Strategi ini disebut HAART, singkatan dari 'highly active anti-retroviral therapy' (pengobatan anti-retroviral yang sangat aktif).

Ada beberapa kombinasi yaitu :

a). 3 macam obat anti virus kelas "Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase".
b). 2 obat anti virus kelas Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase dan 1 macam obat anti virus kelas Penghambat HIV Protease
c). 2 obat anti virus kelas Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase dan 1 macam obat anti virus kelas Penghambat Non-Nukleosida pengubah Transciptase

Penghambat Fusi boleh ditambahkan untuk mengoptimalkan kerja dari tiga kelas di atas.
3.       Kemoterapi untuk kanker/ obat kanker
Kemoterapi adalah tindakan/terapi pemberian senyawa kimia (obat kanker) untuk mengurangi, menghilangkan atau menghambat pertumbuhan parasit atau mikroba di tubuh hospes (pasien).

Beberapa kanker memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi. Kanker lainnya menunjukkan perbaikan tetapi tidak mencapai kesembuhan.

Beberapa kanker (melanoma, sek kanker ginjal, kanker pankreas, kanker otak) memberikan respon yang buruk dan kebal terhadap kemoterapi.

Kanker lainnya (kanker payudara, kanker paru-paru sel kecil, leukemia) bisa menunjukkan respon awal yang luar biasa terhadap kemoterapi, tetapi setelah pengobatan ulangan bisa kebal terhadap obat yang diberikan.

pembagian obat kanker.htm>0207-kanker>newsletter>Fitry's File>shared>user clinic

Obat kanker merupakan obat spesialistik. Batas keamanannya begitu sempit sehingga hanya dibenarkan penggunaannya oleh dokter yang berpengalaman di bidang pengobatan ini.

Kombinasi Obat

Kemoterapi tidak dibatasi dengan penggunaan satu obat kanker. Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja bersama khususnya untuk membunuh sel kanker.

Obat kanker yang dikombinasikan memiliki mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel. Aksinya dapat meningkatkan pengrusakan dari sel kanker dan mungkin dapat menurunkan resiko perkembangan kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat.

Terapi Kombinasi

Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari beberapa prosedur berikut :

    Pembedahan (Operasi)
    Penyinaran (Radioterapi)
    Pemakaian obat-obatan pembunuh sel kanker (sitostatika/khemoterapi)
    Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
    Pengobatan dengan hormon

Untuk beberapa kanker, pengobatan terbaik merupakan kombinasi dari pembedahan, penyinaran dan kemoterapi.

Pembedahan atau penyinaran mengobati kanker yang daerahnya terbatas, sedangkan kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang berada diluar jangkauan pembedahan maupun penyinaran.

Kadang penyinaran atau kemoterapi dilakukan sebelum pembedahan, untuk memperkecil ukuran tumor; atau setelah pembedahan untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker.

Kemoterapi yang dikombinasikan dengan pembedahan, akan memperbaiki kesempatan harapan hidup pada penderita kanker usus besar, payudara atau kendung kemih yang telah menyebar ke kelenjar getah bening regional.

Kelompok antibiotika
        Beberapa kelompok antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit di masyarakat yaitu:
1. Golongan Penisilin
        Antibiotik pertama yang ditemukan dari Alexander Fleming tahun 1928 di London yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan sistemik dengan menggunakan biakan Penisilium notatum. Akibat kebutuhan penisilin dalam jumlah besar pada saat perang dunia II, kemudian digunakan Penisilium chrysogenum yang dapat menghasilkan Penisilin lebih banyak.
        Penisilin termasuk antibiotik golongan betalaktam karena mempunyai rumus bangun dengan struktur seperti cincin ?-lactam yang merupakan syarat mutlak untuk menunjukan khasiatnya. Jika cincin menjadi terbuka misalnya oleh enzym ? lactamase (penisilinase) maka khasiat anti bakteri (aktivitas) antibiotik penisilin menjadi lenyap.

Mekanisme kerja:
            Penisilin merintangi/menghambat pembentukan/sintesis dinding sel bakteri sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka bertambahnya plasma atau air yang terserap melalui osmosis akan menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi mati.
Resistensi:
            Pemakaian yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri terutama golongan Stafilococcus dan Eschericia coli menjadi resisten terhadap penisilin. Resistensi bakteri ini terbentuk dengan cara membentuk enzim ?-lactamase yang pembentukannya dikode dalam plasmid. Sebelumnya hanya bakteri Stafilococcus dan Eschericia coli yang memiliki kemampuan tersebut namun gen dari bakteri tersebut ditransfer ke bakteri lain dengan mekanisme seksual sehingga banyak bakteri telah memiliki kemampuan ini dan resistensi telah disebarluaskan dengan cepat.
Efek samping:
            Efek samping yang sering timbul akibat pemakaian antibiotik penisilin yaitu reaksi alergi karena hipersensitif. Reaksi alergi terhadap terapi penisilin disebabkan oleh terbentuknya protein asing dalam tubuh yang bersifat antigenic. Protein serum diasilasi oleh penisilin dan hasilnya yang berupa protein penisiloil adalah suatu zat  antigenik yang menyebabkan produksi antibody bersangkutan. Apabila seorang pasien yang telah diobati dengan penisilin menunjukkan gejala respon alergi, dapat diberikan suntikan penisilinase yang dimurnikan, yang akan menghancurkan antibiotik dengan jalan mengubahnya menjadi asam penisiloat
2. Golongan Sefalosforin
       Sefalosporin diperoleh dari biakan Cephalosporinum acremonium. Seperti halnya penisilin, daya antimikrobanya terletak pada cincin ? lactam, dengan mekanisme kerja berdasarkan perintangan sintesis dinding sel.
       Walaupun aktivitasnya luas, namun sefalosporin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk penyakit manapun, karena masih terdapat obat – obat lain yang kurang lebih  sama khasiatnya dan jauh lebih murah harganya.
       Efek samping yang terpenting pada penggunaan oral berupa gangguan lambung-usus dan reaksi reaksi alergi seperti penisilin, yakni rash, urticaria, anafilaksis. Alergi silang sering terjadi dengan derivat penisilin.
Mekanisme kerja:
            Bersifat bakterisida dengan spektrum kerja luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif, termasuk E.coli, Klebsiella dan Proteus. Sefalosporin resisten terhadap asam penghidrolisis dari penisilanase dan kemampuannya relatif rendah untuk mengikat serum.


3. Golongan Aminoglikosida
       Golongan ini ditemukan dalam rangka mencari anti mikroba untuk mengatasi kuman gram negatif. Tahun 1943 berhasil diisolasi suatu turunan Streptomyces griseus yang menghasilkan streptomisin, yang aktif terutama terhadap mikroba gram negatif termasuk terhadap basil tuberkulosis.
            Kemudian ditemukan lagi berbagai antibiotik lain yang bersifat mirip streptomisin sehingga antibiotik ini dimasukan dalam satu kelompok yaitu antibiotik golongan aminoglikosida. Golongan ini mempunyai 2 atau 3 gugusan amino pada rumus molekulnya.
Mekanisme kerja
            Aktivitasnya adalah bakterisida berdasarkan dayanya untuk penetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses transkripsi dan translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga sintesis proteinnya dikacaukan.
Penggolongan
Berdasarkan rumus kimianya digolongan sebagai berikut :
a) Steptomisin
            Diperoleh dari steptomyces griseus oleh Walksman pada tahun 1943 dan sampai sekarang penggunaannya hampir terbatas hanya untuk tuberkulosa.
            Toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke-8 yang melayani organ keseimbangan dan pendengaran. Gejala-gejala awalnya adalah sakit kepala, vertigo, mual dan muntah. Kerusakan bersifat bersifat revesible, artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan  obat diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya.
            Resistensinya sangat cepat sehingga dalam penggunaan harus dikombinasi dengan INH dan PAS Na atau rifampisin. Pemberian melalui parenteral karena tidak diserap oleh saluran cerna. Derivat streptomisin, dehidrostreptomisin, menyebabkan kerusakan organ pendengaran lebih cepat dari streptomisin sehingga obat ini tidak digunakan lagi sekarang.
b) Neomicin
            Diperoleh dari Streptomyces fradiae oleh Waksman. Tersedia untuk penggunaan topikal dan oral, penggunaan secara parenteral  tidak dibenarkan karena toxis. Karena baik sebagai antibiotik usus (aktif terhadap bacteri usus) maka digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi. Penggunaan lokal banyak dikombinasikan dengan antibiotik lain (polimiksin B, basitrasin) untuk menghindari terjadinya resistensi.
c) Kanamisin
            Diperoleh dari Streptomyces Kanamyceticus oleh Umezawa pada tahun 1955. Persediaan dalam bentuk larutan atau bubuk kering untuk injeksi. Pemakaian oral hanya kadang-kadang diberikan untuk infeksi usus, atau membersihkan usus untuk persiapan pembedahan.
            Berkhasiat bakteriostatik pada basil TBC, bahkan yang resisten terhadap streptomisin sehingga menjadi obat pilihan kedua bagi penderita TBC. Juga digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih oleh pseudomonas (suntikan) Efek sampingnya gangguan kesimbangan dan pendengaran, toksis terhadap ginjal.
d) Gentamisin
            Diperoleh dari Mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh kuman garam negatif seperti Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter yang dapat menyebabkan penyakit antara lain meningitis, osteomielitis pneumonia, infeksi luka bakar, infeksi saluran kencing, telinga, hidung dan tenggorokan.
            Sebaiknya penggunaan gentamisin secara sistemis hanya diterapkan pada infeksi-infeksi yang berat saja, dan penggunaan gentamisin secara topikal khususnya di lingkungan rumah sakit dibatasi agar tidak terjadi resistensi pada kuman-kuman yang sensitif.


4. Golongan Kloramfenikol
       Kloramfenikol diisolasi pertama kali  pada tahun 1974 dari Streptomyces venezuelae. Merupakan antibiotik dengan spektrum luas dan memiliki daya antimikroba yang kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal.
       Karena toksisitasnya, penggunaan sistemik sebaiknya dicadangkan untuk infeksi berat akibat Haemophilus influenzae, demam tifoid, meningitis, abses otak dan infeksi berat lainnya. Bentuk tetes mata sangat bermanfaat untuk konjungtivitis bakterial.
       Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sulit larut dalam air (1 : 400) dan rasanya sangat pahit, maka untuk anak-anak digunakan bentuk esternya yaitu K-Palmitat dan K -Stearat/ Suksinat yang tidak pahit rasanya dan dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah menjadi kloramfenikol aktif.
Mekanisme kerja
       Menghambat sintesis protein bakteri. Polimerisasi asam amino menjadi polipeptida dihambat.
Efek samping
* Kerusakan sumsum tulang belakang yang mengakibatkan pembuatan eritrosit terganggu sehingga timbul anemia aplastis.
* Gangguan gastrointestinal: mual, muntah, diare,
* Gangguan neuron: sakit kepala, neuritis optik, neuritis perifer
* Pada bayi atau bayi prematur dapat menyebabkan gray sindrome.
Penggunaan
            Kloramfenikol merupakan drug of choice = obat pilihan untuk thypus-abdominalis dan infeksi parah meningitis, pneumonia (disebabkan Haemophilus influenzae). Sebaiknya tidak diberikan pada bayi prematur untuk menghindari gray sindrom karena enzim perombakan di hati bayi belum aktif, ibu hamil dan menyusui.
            Derivat kloramfenikol ialah tiamfenikol, dipakai sebagai pengganti kloramfenikol karena dianggap lebih aman (namun belum terdapat cukup bukti untuk itu)

5. Golongan Tetrasiklin
       Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semi sintetis dari klortetrasiklin.
            Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, bersifat bakteriostatik dan mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat sintesa protein bakteri. Penggunaan saat ini semakin berkurang karena masalah resistensi.
Sifat kimia
            Berwarna kuning, bersifat amfoter dan mudah terurai oleh cahaya menjadi anhidro dan epi tetrasiklin yang toksis untuk ginjal. Tetrasiklin yang  telah mengalami penguraian mudah dilihat dari sediannya yang berwarna kuning tua sampai coklat tua. Tetrasiklin harus disimpan.di tempat yang kering, terlindung dari cahaya.
            Dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) membentuk kompleks yang inaktif, maka tetrasiklin tidak boleh diminum  bersama dengan susu dan obat yaitu obat antasida.
Penggunaan 
            Tetrasiklin banyak digunakan untuk mengobati bronchitis akut dan kronis, disentri amoeba, pneumonia, kolera, infeksi saluran empedu. Penggunaan lokal sering dipakai karena jarang menimbulkan sensitasi.
Efek samping
* Mual, muntah-muntah, diare karena adanya perubahan pada flora usus.
* Mengendap pada jaringan tulang dan gigi yang sedang  tumbuh (terikat pada kalsium) menyebabkan gigi menjadi bercak-bercak coklat dan mudah berlubang serta pertumbuhan tulang terganggu.
* Foto sensitasi
* Sakit kepala, vertigo
Peringatan/larangan
* Tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah 8 tahun, ibu hamil dan menyusui
* Tidak boleh diberikan pada  pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati.
Kontra indikasi
            Penderita yang hipersensitif terhadap tetrasiklin
Anggota golongan tetrasiklin yang lain
* Klortetrasiklin, diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu
* Oksitetrasiklkin (generik), cairan injeksi 50 mg/ vial : diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu
* Doksisiklin, bersifat long akting, absorbsi tidak dihambat baik oleh makanan maupun susu
* Minosiklin, dianjurkan untuk meningitis, bronchitis dan jerawat. Pemberian secara oral.


6. Golongan Makrolida
       Kelompok ini memiliki rumus bangun berupa cincin lakton besar (makro) yang terikat pada turunan gula (1,2). Kelompok antibiotik ini terdiri dari eritromisin dan spiramisin
a) Eritromisin
       Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Berkhasiat sebagai bakteriostatik, dengan mekanisme kerja merintangi sintesis protein bakteri. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam (mudah terurai oleh asam lambung) dan kurang stabil pada suhu kamar. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung maka dibuat tablet salut selaput atau yang digunakan jenis esternya (stearat dan estolat) .
       Karena memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, maka obat ini digunakan sebagai alternatif pengobatan pengganti penisilin, bagi yang sensitif terhadap penisilin.
Sediaan: Erytromisin (generik) kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering 200 mg/5 ml
b) Spiramisin
       Spektrum kegiatannya sama dengan eritromisin, hanya lebih lemah. Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan dan saluran pernafasan lebih baik dari Eritromisin.


7. Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
- Rifampisin
     Antibiotik yang dihasilkan dari Streptomyces mediterranei. Berkhasiat bakteriostatik terhadap mikobakterium tuberculosa dan lepra. Penderita dengan pengobatan rifampisin perlu diberitahu bahwa obat ini dapat menyebabkan warna merah pada urin, dahak, keringat dan air mata, juga pemakai lensa kontak dapat menjadi merah permanen.
- Asam fusidat
    Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidum coccineum. Merupakan satu-satunya antibiotik dengan rumus steroid Aktifitasnya mirip penisilin tetapi lebih sempit. Berkhasiat bakteriostatik berdasarkan penghambatan sintesis protein bakteri. Khususnya dianjurkan pada radang sumsum tulang, biasanya obat ini dikombinasikan dengan eritromysin atau penisilin

8. Golongan lain-lain
Kelompok ini terdiri dari :
* Linkomisin
* Klindamisin
* Golongan Kuinolon
a) Linkomisin
       Berasal dari Streptomyces lincolnensis,  memiliki khasiat bakteriostatik terhadap gram positif dengan spektrum lebih sempit dari eritromisin. Merupakan obat pilihan ke kedua bagi kuman yang resisten terhadap penisilin khususnya pada radang tulang (osteomielitis)
b) Klindamisin
       Merupakan derivat linkomisin. Sejak tahun 1981 digunakan sebagai lotion untuk pengobatan jerawat.
 c) Golongan Kuinolon :
       Obat golongan ini bekerja dengan jalan menghambat pembentukan DNA kuman. Interaksi golongan kuinolon, bila muncul tanda inflamasi atau nyeri pada tendon, maka pemakaian obat harus dihentikan dan tendon yang sakit harus diistirahatkan sampai gejala hilang. Golongan ini terdiri dari :
1) Asam Nalidiksat
    Efektif untuk infeksi saluran kemih. Preparat : Asam nalidiksat (generik ) tablet 500 mg. Di Indonesia saat ini,  juga beredar asam pipemidat
2) Ofloksasin.
    Digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran nafas bawah, gonorrhoe. Kontra indikasi : untuk pasien epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal, wanita  hamil/ menyusui. Sediaan: Ofloksasin (generik) tabl 200 mg, 400 mg
3) Siprofloksasin
    Terutama aktif terhadap kuman gram negatif termasuk salmonella dan shygella. Meskipun aktif terhadap kuman gram positif seperti Str. pneumonia tapi  bukan merupakan obat pilihan utama untuk  Streptococcus pneumonia. Siprofloksasin terutama digunakan untuk infeksi saluran  kemih, saluran cerna (termasuk Thypus abdominalis) dan gonorrhoe. Tidak dianjurkan untuk anak remaja yang sedang dalam pertumbuhan. Dapat menimbulkan tremor, gagal ginjal, sindrom Steven Johnson dan lain-lain. Hati-hati untuk pengendara karena dapat menurunkan kewaspadaan. Sediaan: Ciprofloksasin (generik ) tablet 200 mg, kaptab 500 mg
4) Norfloksasin
Indikasi: efektif untuk infeksi saluran kemih
Kontra Indikasi: dapat menimbulkan anoreksia, depresi, ansietas dan lain– lain.
Perhatian: hati-hati pada pengendara karena dapat mengurangi kewaspadaan.
Spesialite obat-obat golongan Kuinolon.

http://www.apotik.medicastore.com/artikel-obat/obat-tuberkulosa


AKTIVITAS ANTIMIKROBA

Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit.

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotic.

Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.

Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada tahun 1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat kemoterapi yang efektif. Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi sebagain besar berpusat sekitar zat antimikroba yang berasal dari mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika.

Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit. Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:

    Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic)

    Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen

    Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya

    Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau flora kulit.

Kemoterapeutika dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme, terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari bakteri, misalnya:

    Dinding sel : sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotis dari plasma dengan akibat pecah. Contohnya : kelompok penisilin dan sefalosporin.

    Membran sel : molekul lipoprotein dari mambran plasma (di dalam dinding sel) dikacaukan sintesanya, hingga menjadi lebih permeable. Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembas keluar. Contohnya : polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol (mikonazol, ketokonazol, dan lain-lain).

    Protein sel : sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, dan makrolida.

    Asam-asam inti (DNA, RNA) : rifampisin (RNA), asam nalidiksat dan kinolon, IDU, dan asiklovir (DNA).

    Antagonisme saingan. Obat menyaingi zat-zat yang penting metabolisme kuman hingga pertukaran zatnya terhenti, antara lain sulfonamida, trimetoprim, PAS, dan INH.

Mekanisme kerja anti mikroba

Anti mikroba mempunyai mekanisme kerja utama ada lima cara antara lain sebagai berikut:
1. Pengin-aktifan enzim ttertentu
Pengin-aktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari senyawa antiseptika dan desinfektansia, seperti turunan aldehida, amida, karbanilida, etilen-oksida, halogen, senyawa-senyawa merkuri dan senyawa ammonium kuarterner.
2. Denaturasi protein
Turunan alcohol, halogen, dan halogenator, senyawa merkuri, per-oksida, turunan fenol dan senyawa ammonium kuarterner bekerja sebbagai antiseptika dan desinfekstan dengan cara denaturasi dan konjugasi protein sel bakteri.
3. Mengubah permebilitas memmbran sitoplasma bakteri.
Cara ini adalah model kerja dari turunan amin dan guanidin, turunan fenol dan senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan bocornya konstituen sel yang essensial, sehingga bakteri mengalami kematian.
4. Intekalasi ke dalam DNA
Beberapa zat warna seperti turunan trifenilmetan dan turunan akridin, bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat, menghambat sintesa DNA dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein.
5. Pembentukan khelat
beberapa turunan fenol, seperti heksokloroform dan oksikuinolin dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, sehingga mikroorganismenya mengalami kematian.
6. Bersifat sebagai antimetabolit
AM bekerja memblok tahap metabolik spesifik mikroba, seperti pada sulfonamida dan trimetropin. Sulfonamida menghambat pertumbuhan sel dengan menghambat sintesis asam folat oleh bakteri. Sulfonamide secara struktur mirip dengan asam folat, para amino benzoic acid (PABA), dan bekerja secara kompetitif untuk enzim-enzim yang langsung mempersatuakan PABA dan sebagian pteridin menjadi asam dihidropteorat.
Trimetropin secara struktur analog pteridin yang dibagi oleh enzim dihidrofolat reduktase dan bekerja sebagai penghambat kompetitif enzim tersebut yang dapat mengurangi dihidrofolat menjadi tetra-hidrofolat.
7. Penghambatan terhadap sintesa dinding sel.
Antiemetika golongan ini dapat menghambat sintesis atau menghambat aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel mikroorganisme. Yang termasuk kelompok ini antara lain: penisilin, sefa losporin, vankomisin, sikloserin, basitrain. Penisilin yang bekerja sebagai analog struktur D-alanil-D-alanin yang menempati tempat dari enzim transpeptidase yang menimbulkan crosslink antara bagian dinding sel mikroorganisme (bakteri). Penisilin dapat menghambat pembentukan cross-link tsb.
8. Penghambatan fungsi permeabilitas membran sel.
Disini anti mikroba bekerja secara langsung pada membran sel yang mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa intraseluler mikroorganisme (bakteri). Dalam ini antimikroba dapat: (1) berinteraksi dengan sterol membran sitoplasma pada sel jamur seperti Amfoterisin B dan Nistatin, (2) merusak membran sel bakteri gram negativ, misalnya polimiksin, dan kolistin.


http://www.apotik.medicastore.com/artikel-obat/obat-tuberkulosa
http://rivokempoel.wordpress.com/2010/04/28/kemoterapi-dan-antimikroba-lain/
http://easyorientd.blogspot.com/2011/06/antibiotik-antimikroba-resistensi.html


0 comments:

Post a Comment