Makalah Kemoterapi
KEMOTERAPI DAN ANTIMIKROBA
LAIN
Kemoterapi dapat didefinisikan
sebagai obat – obatan kimiawi yang digunakan untuk memberantas penyakit infeksi
akibat mikroorganisme seperti bakteri, fungi, virus, dan protozoa (plasmodium,
amuba, trichomonas dll), juga terhadap infeksi oleh cacing tanpa merusak tuan
rumahnya. Obat – obatan tersebut berkasiat memusnahkan parasit tanpa merusak
jaringan.
Pustaka kuno menguraikan sediaan
kemoterapi zama dulu, tetapi banyak diantaranya merupakan obat yang tak berguna
yang disertai dengan takhyul dan sihir. Namun, beberapa dari senyawa itu
ternyata mempunyai nilai menurut proses coba – coba selama bertahun – tahun.
Sejak jaman purbakala, orang kuno telah
mempraktekkan fitoterapi (phytos yang artinya tanaman) dengan jalan mencoba –
coba. Orang yunani dan aztec di meksiko menggunakan masing –
masing pakis pria
(Filix mas) dan minyak chenopodi untuk membasmi cacing dalam usus. Orang hindu
sudah beribu–ribu tahun lalu mengobati lepra dengan minyak chaulmogra dan di
cina serta di pulau mentawai sumatra barat sejak dahulu kala borok ditangani
dengan jamur – jamur tertentu sebagai pelopor antibiotika. Orang cina dan
vietnam sejak dua ribu tahun lalu menggunakan tanaman qinghaosu yang mengandung
artesiminin untuk mengobati malaria, sedangkan suku – suku indian di amerika
selatan memanfaatkan kulit pohon kina. Pada abad ke-16, air raksa mulai
digunakan sebagai kemoterapeutika pertama terhadap sifilis.
Kemoterapi modern mulai berkembang pada
akhir abad ke-19. Saat itu, peneliti dr Robert Koch dan dr Louis Pasteur
membuktikan bahwa banyak penyakit diakibatkan oleh bakteri dan protozoa. Dr
Paul Ehrlich adalah sarjana pertama yang melontarkan konsepsi dan istilah
kemoterapi dan indeks terapi. Pada penelitiannya dengan jaringan dan bakteri
yang diwarnai dengan anilin dan metilenbiru, ia menemukan khasiat bakterizid
dari zat – zat tersebut. Pada tahun 1891, ia berhasil menyembuhkan binatang
yang telah terinfeksi parasit malaria dengan metilenbiru. Dan, pada tahun 1907,
ditemukan obat anti spirokheta arsfenamin (salvarsan) yang merupakan obat
standar sifilis pada waktu itu sampai kemudian terdesak oleh ditemukannya
penisilin. Kemoterapeutika penting yang disintesa atas dasar zat – zat warna
adalah obat malaria pamaquin dan mepakrin (1930).
Dengan penemuan sulfonamida (1935)
kemungkinan terapi yang ada hingga saat itu hanya terbatas pada infeksi
protozoa dan spirokheta sangat diperluar dengan adanya bakteri lain. Antara
lain, banyak penyebab penyakit fatal seperti radang selaput otak (meningitis)
dan radang paru – paru (pneumonia) mulai dapat ditanggulangi dan disembuhkan
dengan terapi sistemis, yakni melalui peredaran darah.
Titik – titik puncak dalam perkembangan
selanjutnya, yang membuka babak baru dalam pengobatan sistemis penyakit infeksi
adalah diintroduksinya penisilin (1941) dengan khasiat dan toksisitas sangat
selektif. Antibiotikum pertama diusul oleh banyak antibiotika lain, seperti
kloramfenikol dan kelompok cefalosporin, tetrasiklin, aminoglikosida,
makrolida, polipeptida, linkomisin, dan rafimisin. Selain sulfonamida,
dikembangkan juga kemoterapeutika sintesis, seperti senyawa nitrofuran (1944),
asam nalidiksat (1962), serta turunannya (fluorkinolon, 1985), dan obat –
obatan protozoa (kloroquin, proguanil, metronidazol, dll). Dewasa ini banyak
zat antimikroba baru telah diperkembangkan, yang mampu menyembuhkan hampir
semua infeksi mikroba, kecuali infeksi dengan kebanyakan virus.
2.2 Jenis-Jenis Kemoterapi
2.2.1 Antibiotika
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang
terdiri dari anti = lawan, bios = hidup. Antibiotika merupakan zat-zat yang
dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya terhadap
manusia relatif kecil.
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh
sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi
penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh
Profesor Howard W. Florey dan Dr. Ernst B. Chain.
Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh
penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa
saja yang dapat digunakan sebagai obat. Beberapa cara telah digunakan secara
luas untuk mengisolasi organisme penghasil antibiotik yang berasal dari
berbagai tempat alami. Pada satu cara yang paling sederhana, tanah dari kebun
atau lapangan biasa disuspensikan dalam air steril kemudian diinokulasikan di
atas permukaan pelat agar nutrisi yang steril. Sejumlah besar koloni mikroba
biasanya akan ditemukan setelah beberapa hari diinkubasi dalam temperatur
kamar. Beberapa dari mikroorganisme ini memproduksi antibiotik dan menghambat
pertumbuhan organisme lainnya pada pelat tersebut. Hal ini menghasilkan suatu
daerah jernih di sekitar koloni yang memproduksi antibiotik, yang kemudian
dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Selain antibiotik yang dapat diperoleh
secara alami, antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis atau semi sintetis.
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki
antibiotik sehingga dapat digunakan sebagai obat kemoterapi yaitu:
1) aktivitas spesifik yang tinggi
sehingga hanya sejumlah kecil antibiotik yang diperlukan untuk menghambat
infeksi organisme
2) peredaran dalam tubuh yang
cukup cepat dan eksresi setelah waktu tertentu
3) jarang terjadi efek samping
yang tidak dikehendaki dan efek ini harus terpulihkan
4) dapat diberikan dengan
pengobatan lain yang mungkin harus diterima oleh pasien
5) potensi anti bakteri yang
cukup sehingga mikroorganisme yang resisten tidak akan terbentuk selama
pengobatan
6) kesesuaian yang memungkinkan
penggunaan dalam berbagai bentuk sediaan, termasuk pemberian secara oral
7) stabil secara kimia pada waktu
diproses menjadi produk yang murni dan dalam bentuk sediaan
8) ketersediaannya dengan harga yang cukup rendah
Meskipun hanya sedikit antibiotik yang
memiliki semua sifat diatas, beberapa hampir mempunyai sifat tersebut.
Ampisilin mempunyai aktivitas spesifik cukup tinggi, beredar cepat dalam tubuh
bila diberikan secara oral, cukup stabil dalam pembuatan dan sediaan, serta
relatif tidak mahal. Namun, berdasarkan data yang diperoleh, sekitar 8% orang
di Amerika yang sensitif terhadap Penisilin G juga sensitif terhadap Ampisilin
dan hal ini merupakan langkah mundur utama dalam penggunaannya. Di lain pihak,
beberapa antibiotik yang tidak mampu memenuhi sebagian besar persyaratan di
atas masih digunakan secara klinik karena tidak ada alternatif lain yang baik.
Termasuk diantaranya daktinomisin, kromomisin A3, dan mitramisin yang digunakan
untuk pengobatan kanker.
Mekanisme kerja Antibiotika
Mekanisme kerja antibiotika antara lain
:
1. Menghambat sintesa dinding
sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan
tekanan osmosis dari plasma, akhirnya sel akan pecah (penisilin dan
sefalosporin)
2. Menghambat sintesis membran
sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya, hingga
bersifat lebih permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat keluar
(kelompok polipeptida)
3. Menghambat sintesis protein
sel, akibatnya metabolisme sel terganggu serta sel tidak terbentuk sempurna
(kloramfenikol, tetrasiklin)
4. Menghambat pembentukan
asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapat berkembang (rifampisin)
Efek samping penggunaan
antibiotika
Penggunaan antibiotika tanpa resep
dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan
menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan
secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama
kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi hipersensitif atau alergi
seperti gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi
dapat terjadi shock, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah
bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang rentan
hipersensitif tidak diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).
2. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis
yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat
menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat
yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi
dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang
timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan
penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika
broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus,
saluran pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih
kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi
baru misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain
antibiotik, obat yang menekan sistem kekebalan tubuh yaitu kortikosteroid dan
imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra infeksi. Khususnya, anak-anak dan orangtua sangat
mudah dijangkiti supra infeksi ini.
Kemoterapi golongan antiamuba
Berdasarkan tempat kerjanya,
antiamuba yang dipasarkan di Indonesia adalah antiamuba yang bekerja pada lumen
usus dan jaringan yaitu metronidazol dan turunannya.
Kemoterapi golongan antelmintik /
obat cacing
Antelmintik atau obat cacing
ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen
usus atau jaringan tubuh.
Kebanyakan obat cacing efektif
terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis dengan
menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau
jaringan lain penderita.
Kebanyak obat cacing diberikan
secara oral, pada saat makan atau sesudah makan.
Kemoterapi golongan antimalaria /
obat malaria
Secara klinis ada tiga macam
penyakit malaria. Malaria tropika yang disebabkan oleh P.falciparum yang
cenderung menjadi akut, tetapi bila cepat diobati, hasil pengobatannya
memuaskan.
Malaria tersiana yang disebabkan
oleh P. vivax, yang cenderung menjadi kronis. Dan malaria kuartana yang
disebabkan oleh P.malaria dan terdapat banyak di Afrika.
Kemoterapi golongan antifungal /
obat jamur
Secara umum infeksi jamur
dibedakan atas infeksi jamur sistemik/dalam tubuh dan infeksi jamur
topikal/kulit. Akan tetapi dalam pengobatannya, ada obat jamur bisa digunakan
baik sistemik maupun kulit.
Kemoterapi golongan filarisida
Berdasarkan sifat toksisitas
selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal
sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal
sebagai aktivitas bakterisid.
Pemusnahan mikroba dengan
antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung dari kesanggupan
reaksi daya tahan tubuh hospes/pasien. Peranan lamanya kontak antara mikroba
dengan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk mendapatkan
efeknya, khususnya pada tuberkulosa.
Kemoterapi tidak dibatasi dengan
penggunaan satu obat. Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang
bekerja bersama khususnya untuk membunuh sel kanker.
Mengkombinasikan obat yang
memiliki mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel dapat meningkatkan
pengrusakan dari sel kanker dan mungkin dapat menurunkan resiko perkembangan
kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat.
Penggolongan antibiotika berdasar
aktivitasnya
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya
antibiotika dapat digolongkan atas:
1. Zat-zat dengan aktivitas
sempit (narrow spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap
satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram
negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap
bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram
negatif)
2. Zat-zat dengan aktivitas luas
(broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap
semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif.
Contohnya ampisilin,
sefalosporin, dan kloramfenicol.
Penggolongan antimikroba dan
kemoterapi
1. Antimikroba
untuk tuberkulosa / obat tb
Idealnya
pengobatan dengan obat Tuberkulosis (TB) dapat menghasilkan pemeriksaan sputum
negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif
selamanya.
Obat yang
digunakan untuk Tuberkulosis (TB) digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin,
Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi
dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat
disembuhkan dengan obat-obat ini.
Obat sekunder : Exionamid,
Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Meskipun
demikian, pengobatan Tuberkulosis (TB) paru-paru hampir selalu menggunakan tiga
obat yaitu INH, Rifampisin dan Pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada
resistensi terhadap satu atau lebih obat Tuberkulosis (TB) primer ini.
Isoniazid masih
merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe Tuberkulosis
(TB). Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk
mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti Piridoksin (vitamin B6).
Resistensi masih
merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan Tuberkulosis (TB) dilakukan
dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan
mudah terjadi resistensi.
Disamping itu,
resistensi terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu
terapi yang cukup lama yaitu antara 6-9 bulan sehingga pasien banyak yang tidak
patuh minum obat selama menjalani terapi.
2. Antimikroba
untuk virus/ anti virus
Pengembangan
obat anti virus atau obat anti viral sebagai pencegahan atau pengobatan belum
mencapai hasil seperti yang diinginkan oleh umat manusia. Karena obat anti
virus atau obat anti viral yang dapat menghambat atau membunuh virus juga akan
dapat merusak sel hospes dimana virus itu berada dalam hal ini manusia.
Infeksi HIV atau
AIDS
Pengobatan
anti-viral pada dasarnya menyerang virus HIV di salah satu dari dua tempat:
a). menjaga
virus tetap berada di luar sel-T yang sehat;
b). mencegah
sel-T yang terinfeksi untuk melepaskan sel virus baru.
Perawatan lain
adalah termasuk meningkatkan sistem kekebalan alami, supaya bisa melawan HIV.
Ini disebut 'modulasi kekebalan.
Alasan mengapa
gejala HIV tidak muncul selama beberapa tahun, itu karena sistem kekebalan
dalam menjalankan tugas yang hebat selama melawan HIV. Obat-obat anti-viral
terutama diperuntukkan bagi mereka yang sistem kekebalannya sudah kewalahan
terhadap virus.
Obat anti virus / anti viral untuk HIV atau
AIDS terbagi 4 kelas yaitu :
1.Penghambat Fusi seperti Enfuvirtide
2.Penghambat Nukleosida pengubah
transcriptase seperti Didanosine, Lamivudine, Stavudine, Zidovudine
3.Penghambat HIV Protease seperti Ritonavir
4.Penghambat Non-Nukleosida pengubah
Transciptase seperti Nevirapine
Terapi tunggal dari obat virus untuk HIV
dan AIDS sangat tidak direkomendasikan. Kombinasi terapi dari obat anti viral
adalah sangat mendasar dan penting.
Gunakanlah selalu obat anti virus ganda
(tiga macam obat anti irus), termasuk 'penghambat HIV protease'. Strategi ini
disebut HAART, singkatan dari 'highly active anti-retroviral therapy'
(pengobatan anti-retroviral yang sangat aktif).
Ada beberapa kombinasi yaitu :
a). 3 macam obat anti virus kelas
"Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase".
b). 2 obat anti virus kelas Penghambat
Nukleosida pengubah transcriptase dan 1 macam obat anti virus kelas Penghambat
HIV Protease
c). 2 obat anti virus kelas Penghambat
Nukleosida pengubah transcriptase dan 1 macam obat anti virus kelas Penghambat
Non-Nukleosida pengubah Transciptase
Penghambat Fusi boleh ditambahkan untuk
mengoptimalkan kerja dari tiga kelas di atas.
3.
Kemoterapi untuk kanker/ obat kanker
Kemoterapi adalah tindakan/terapi pemberian
senyawa kimia (obat kanker) untuk mengurangi, menghilangkan atau menghambat
pertumbuhan parasit atau mikroba di tubuh hospes (pasien).
Beberapa kanker memberikan respon yang baik
terhadap kemoterapi. Kanker lainnya menunjukkan perbaikan tetapi tidak mencapai
kesembuhan.
Beberapa kanker (melanoma, sek kanker
ginjal, kanker pankreas, kanker otak) memberikan respon yang buruk dan kebal
terhadap kemoterapi.
Kanker lainnya (kanker payudara, kanker
paru-paru sel kecil, leukemia) bisa menunjukkan respon awal yang luar biasa
terhadap kemoterapi, tetapi setelah pengobatan ulangan bisa kebal terhadap obat
yang diberikan.
pembagian obat
kanker.htm>0207-kanker>newsletter>Fitry's File>shared>user
clinic
Obat kanker merupakan obat spesialistik.
Batas keamanannya begitu sempit sehingga hanya dibenarkan penggunaannya oleh
dokter yang berpengalaman di bidang pengobatan ini.
Kombinasi Obat
Kemoterapi tidak dibatasi dengan penggunaan
satu obat kanker. Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja
bersama khususnya untuk membunuh sel kanker.
Obat kanker yang dikombinasikan memiliki
mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel. Aksinya dapat meningkatkan
pengrusakan dari sel kanker dan mungkin dapat menurunkan resiko perkembangan
kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat.
Terapi Kombinasi
Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu
salah satu atau kombinasi dari beberapa prosedur berikut :
Pembedahan (Operasi)
Penyinaran (Radioterapi)
Pemakaian obat-obatan pembunuh sel kanker (sitostatika/khemoterapi)
Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
Pengobatan dengan hormon
Untuk beberapa kanker, pengobatan terbaik
merupakan kombinasi dari pembedahan, penyinaran dan kemoterapi.
Pembedahan atau penyinaran mengobati kanker
yang daerahnya terbatas, sedangkan kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang
berada diluar jangkauan pembedahan maupun penyinaran.
Kadang penyinaran atau kemoterapi dilakukan
sebelum pembedahan, untuk memperkecil ukuran tumor; atau setelah pembedahan
untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker.
Kemoterapi yang dikombinasikan dengan
pembedahan, akan memperbaiki kesempatan harapan hidup pada penderita kanker
usus besar, payudara atau kendung kemih yang telah menyebar ke kelenjar getah
bening regional.
Kelompok antibiotika
Beberapa
kelompok antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit
di masyarakat yaitu:
1. Golongan Penisilin
Antibiotik
pertama yang ditemukan dari Alexander Fleming tahun 1928 di London yang satu
dekade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan sistemik dengan
menggunakan biakan Penisilium notatum. Akibat kebutuhan penisilin dalam jumlah
besar pada saat perang dunia II, kemudian digunakan Penisilium chrysogenum yang
dapat menghasilkan Penisilin lebih banyak.
Penisilin
termasuk antibiotik golongan betalaktam karena mempunyai rumus bangun dengan
struktur seperti cincin ?-lactam yang merupakan syarat mutlak untuk menunjukan
khasiatnya. Jika cincin menjadi terbuka misalnya oleh enzym ? lactamase
(penisilinase) maka khasiat anti bakteri (aktivitas) antibiotik penisilin
menjadi lenyap.
Mekanisme kerja:
Penisilin
merintangi/menghambat pembentukan/sintesis dinding sel bakteri sehingga bila
sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka bertambahnya
plasma atau air yang terserap melalui osmosis akan menyebabkan dinding sel
pecah sehingga bakteri menjadi mati.
Resistensi:
Pemakaian
yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri terutama golongan Stafilococcus dan
Eschericia coli menjadi resisten terhadap penisilin. Resistensi bakteri ini
terbentuk dengan cara membentuk enzim ?-lactamase yang pembentukannya dikode
dalam plasmid. Sebelumnya hanya bakteri Stafilococcus dan Eschericia coli yang
memiliki kemampuan tersebut namun gen dari bakteri tersebut ditransfer ke
bakteri lain dengan mekanisme seksual sehingga banyak bakteri telah memiliki
kemampuan ini dan resistensi telah disebarluaskan dengan cepat.
Efek samping:
Efek
samping yang sering timbul akibat pemakaian antibiotik penisilin yaitu reaksi
alergi karena hipersensitif. Reaksi alergi terhadap terapi penisilin disebabkan
oleh terbentuknya protein asing dalam tubuh yang bersifat antigenic. Protein
serum diasilasi oleh penisilin dan hasilnya yang berupa protein penisiloil
adalah suatu zat antigenik yang
menyebabkan produksi antibody bersangkutan. Apabila seorang pasien yang telah
diobati dengan penisilin menunjukkan gejala respon alergi, dapat diberikan
suntikan penisilinase yang dimurnikan, yang akan menghancurkan antibiotik
dengan jalan mengubahnya menjadi asam penisiloat
2. Golongan
Sefalosforin
Sefalosporin diperoleh dari biakan
Cephalosporinum acremonium. Seperti halnya penisilin, daya antimikrobanya
terletak pada cincin ? lactam, dengan mekanisme kerja berdasarkan perintangan
sintesis dinding sel.
Walaupun aktivitasnya luas, namun
sefalosporin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk penyakit manapun,
karena masih terdapat obat – obat lain yang kurang lebih sama khasiatnya dan jauh lebih murah harganya.
Efek samping yang terpenting pada
penggunaan oral berupa gangguan lambung-usus dan reaksi reaksi alergi seperti
penisilin, yakni rash, urticaria, anafilaksis. Alergi silang sering terjadi
dengan derivat penisilin.
Mekanisme
kerja:
Bersifat bakterisida dengan spektrum
kerja luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif, termasuk E.coli,
Klebsiella dan Proteus. Sefalosporin resisten terhadap asam penghidrolisis dari
penisilanase dan kemampuannya relatif rendah untuk mengikat serum.
3. Golongan
Aminoglikosida
Golongan ini ditemukan dalam rangka
mencari anti mikroba untuk mengatasi kuman gram negatif. Tahun 1943 berhasil
diisolasi suatu turunan Streptomyces griseus yang menghasilkan streptomisin,
yang aktif terutama terhadap mikroba gram negatif termasuk terhadap basil
tuberkulosis.
Kemudian ditemukan lagi berbagai
antibiotik lain yang bersifat mirip streptomisin sehingga antibiotik ini
dimasukan dalam satu kelompok yaitu antibiotik golongan aminoglikosida.
Golongan ini mempunyai 2 atau 3 gugusan amino pada rumus molekulnya.
Mekanisme
kerja
Aktivitasnya adalah bakterisida
berdasarkan dayanya untuk penetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada
ribosom di dalam sel. Proses transkripsi dan translasi (RNA dan DNA) diganggu
sehingga sintesis proteinnya dikacaukan.
Penggolongan
Berdasarkan
rumus kimianya digolongan sebagai berikut :
a)
Steptomisin
Diperoleh dari steptomyces griseus
oleh Walksman pada tahun 1943 dan sampai sekarang penggunaannya hampir terbatas
hanya untuk tuberkulosa.
Toksisitasnya sangat besar karena
dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke-8 yang melayani organ
keseimbangan dan pendengaran. Gejala-gejala awalnya adalah sakit kepala,
vertigo, mual dan muntah. Kerusakan bersifat bersifat revesible, artinya dapat
pulih kembali kalau penggunaan obat
diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya.
Resistensinya sangat cepat sehingga
dalam penggunaan harus dikombinasi dengan INH dan PAS Na atau rifampisin.
Pemberian melalui parenteral karena tidak diserap oleh saluran cerna. Derivat
streptomisin, dehidrostreptomisin, menyebabkan kerusakan organ pendengaran
lebih cepat dari streptomisin sehingga obat ini tidak digunakan lagi sekarang.
b) Neomicin
Diperoleh dari Streptomyces fradiae
oleh Waksman. Tersedia untuk penggunaan topikal dan oral, penggunaan secara
parenteral tidak dibenarkan karena
toxis. Karena baik sebagai antibiotik usus (aktif terhadap bacteri usus) maka
digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi. Penggunaan lokal banyak
dikombinasikan dengan antibiotik lain (polimiksin B, basitrasin) untuk
menghindari terjadinya resistensi.
c) Kanamisin
Diperoleh dari Streptomyces
Kanamyceticus oleh Umezawa pada tahun 1955. Persediaan dalam bentuk larutan
atau bubuk kering untuk injeksi. Pemakaian oral hanya kadang-kadang diberikan
untuk infeksi usus, atau membersihkan usus untuk persiapan pembedahan.
Berkhasiat bakteriostatik pada basil
TBC, bahkan yang resisten terhadap streptomisin sehingga menjadi obat pilihan
kedua bagi penderita TBC. Juga digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih
oleh pseudomonas (suntikan) Efek sampingnya gangguan kesimbangan dan
pendengaran, toksis terhadap ginjal.
d)
Gentamisin
Diperoleh dari Mycromonospora
purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh kuman garam negatif seperti Proteus,
Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter yang dapat menyebabkan penyakit antara
lain meningitis, osteomielitis pneumonia, infeksi luka bakar, infeksi saluran
kencing, telinga, hidung dan tenggorokan.
Sebaiknya penggunaan gentamisin
secara sistemis hanya diterapkan pada infeksi-infeksi yang berat saja, dan
penggunaan gentamisin secara topikal khususnya di lingkungan rumah sakit
dibatasi agar tidak terjadi resistensi pada kuman-kuman yang sensitif.
4. Golongan
Kloramfenikol
Kloramfenikol diisolasi pertama
kali pada tahun 1974 dari Streptomyces
venezuelae. Merupakan antibiotik dengan spektrum luas dan memiliki daya
antimikroba yang kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun
1950 ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang
fatal.
Karena toksisitasnya, penggunaan
sistemik sebaiknya dicadangkan untuk infeksi berat akibat Haemophilus
influenzae, demam tifoid, meningitis, abses otak dan infeksi berat lainnya.
Bentuk tetes mata sangat bermanfaat untuk konjungtivitis bakterial.
Kloramfenikol merupakan kristal putih
yang sangat sulit larut dalam air (1 : 400) dan rasanya sangat pahit, maka
untuk anak-anak digunakan bentuk esternya yaitu K-Palmitat dan K -Stearat/
Suksinat yang tidak pahit rasanya dan dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam tubuh
bentuk ester akan diubah menjadi kloramfenikol aktif.
Mekanisme
kerja
Menghambat sintesis protein bakteri.
Polimerisasi asam amino menjadi polipeptida dihambat.
Efek samping
* Kerusakan
sumsum tulang belakang yang mengakibatkan pembuatan eritrosit terganggu
sehingga timbul anemia aplastis.
* Gangguan
gastrointestinal: mual, muntah, diare,
* Gangguan
neuron: sakit kepala, neuritis optik, neuritis perifer
* Pada bayi
atau bayi prematur dapat menyebabkan gray sindrome.
Penggunaan
Kloramfenikol merupakan drug of
choice = obat pilihan untuk thypus-abdominalis dan infeksi parah meningitis,
pneumonia (disebabkan Haemophilus influenzae). Sebaiknya tidak diberikan pada
bayi prematur untuk menghindari gray sindrom karena enzim perombakan di hati
bayi belum aktif, ibu hamil dan menyusui.
Derivat kloramfenikol ialah
tiamfenikol, dipakai sebagai pengganti kloramfenikol karena dianggap lebih aman
(namun belum terdapat cukup bukti untuk itu)
5. Golongan
Tetrasiklin
Antibiotik golongan tetrasiklin yang
pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus.
Tetrasiklin sendiri dibuat secara semi sintetis dari klortetrasiklin.
Tetrasiklin merupakan antibiotik
dengan spektrum luas, bersifat bakteriostatik dan mekanisme kerjanya dengan
jalan menghambat sintesa protein bakteri. Penggunaan saat ini semakin berkurang
karena masalah resistensi.
Sifat kimia
Berwarna kuning, bersifat amfoter
dan mudah terurai oleh cahaya menjadi anhidro dan epi tetrasiklin yang toksis
untuk ginjal. Tetrasiklin yang telah
mengalami penguraian mudah dilihat dari sediannya yang berwarna kuning tua
sampai coklat tua. Tetrasiklin harus disimpan.di tempat yang kering, terlindung
dari cahaya.
Dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca,
Mg, Fe ) membentuk kompleks yang inaktif, maka tetrasiklin tidak boleh
diminum bersama dengan susu dan obat
yaitu obat antasida.
Penggunaan
Tetrasiklin banyak digunakan untuk
mengobati bronchitis akut dan kronis, disentri amoeba, pneumonia, kolera,
infeksi saluran empedu. Penggunaan lokal sering dipakai karena jarang
menimbulkan sensitasi.
Efek samping
* Mual,
muntah-muntah, diare karena adanya perubahan pada flora usus.
* Mengendap
pada jaringan tulang dan gigi yang sedang
tumbuh (terikat pada kalsium) menyebabkan gigi menjadi bercak-bercak
coklat dan mudah berlubang serta pertumbuhan tulang terganggu.
* Foto
sensitasi
* Sakit
kepala, vertigo
Peringatan/larangan
* Tidak
boleh diberikan pada anak-anak di bawah 8 tahun, ibu hamil dan menyusui
* Tidak
boleh diberikan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati.
Kontra
indikasi
Penderita yang hipersensitif
terhadap tetrasiklin
Anggota
golongan tetrasiklin yang lain
*
Klortetrasiklin, diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat
oleh susu
*
Oksitetrasiklkin (generik), cairan injeksi 50 mg/ vial : diberikan secara oral,
parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu
*
Doksisiklin, bersifat long akting, absorbsi tidak dihambat baik oleh makanan
maupun susu
*
Minosiklin, dianjurkan untuk meningitis, bronchitis dan jerawat. Pemberian
secara oral.
6. Golongan
Makrolida
Kelompok ini memiliki rumus bangun
berupa cincin lakton besar (makro) yang terikat pada turunan gula (1,2).
Kelompok antibiotik ini terdiri dari eritromisin dan spiramisin
a)
Eritromisin
Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus.
Berkhasiat sebagai bakteriostatik, dengan mekanisme kerja merintangi sintesis
protein bakteri. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam (mudah terurai
oleh asam lambung) dan kurang stabil pada suhu kamar. Untuk mencegah
pengrusakan oleh asam lambung maka dibuat tablet salut selaput atau yang
digunakan jenis esternya (stearat dan estolat) .
Karena memiliki spektrum antibakteri
yang hampir sama dengan penisilin, maka obat ini digunakan sebagai alternatif
pengobatan pengganti penisilin, bagi yang sensitif terhadap penisilin.
Sediaan:
Erytromisin (generik) kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering 200 mg/5 ml
b)
Spiramisin
Spektrum kegiatannya sama dengan
eritromisin, hanya lebih lemah. Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan
mulut, tenggorokan dan saluran pernafasan lebih baik dari Eritromisin.
7. Golongan
Rifampisin dan Asam Fusidat
- Rifampisin
Antibiotik yang dihasilkan dari
Streptomyces mediterranei. Berkhasiat bakteriostatik terhadap mikobakterium
tuberculosa dan lepra. Penderita dengan pengobatan rifampisin perlu diberitahu
bahwa obat ini dapat menyebabkan warna merah pada urin, dahak, keringat dan air
mata, juga pemakai lensa kontak dapat menjadi merah permanen.
- Asam
fusidat
Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidum
coccineum. Merupakan satu-satunya antibiotik dengan rumus steroid Aktifitasnya
mirip penisilin tetapi lebih sempit. Berkhasiat bakteriostatik berdasarkan
penghambatan sintesis protein bakteri. Khususnya dianjurkan pada radang sumsum
tulang, biasanya obat ini dikombinasikan dengan eritromysin atau penisilin
8. Golongan
lain-lain
Kelompok ini
terdiri dari :
* Linkomisin
*
Klindamisin
* Golongan
Kuinolon
a)
Linkomisin
Berasal dari Streptomyces
lincolnensis, memiliki khasiat
bakteriostatik terhadap gram positif dengan spektrum lebih sempit dari
eritromisin. Merupakan obat pilihan ke kedua bagi kuman yang resisten terhadap
penisilin khususnya pada radang tulang (osteomielitis)
b)
Klindamisin
Merupakan derivat linkomisin. Sejak
tahun 1981 digunakan sebagai lotion untuk pengobatan jerawat.
c) Golongan Kuinolon :
Obat golongan ini bekerja dengan jalan
menghambat pembentukan DNA kuman. Interaksi golongan kuinolon, bila muncul
tanda inflamasi atau nyeri pada tendon, maka pemakaian obat harus dihentikan
dan tendon yang sakit harus diistirahatkan sampai gejala hilang. Golongan ini
terdiri dari :
1) Asam
Nalidiksat
Efektif untuk infeksi saluran kemih.
Preparat : Asam nalidiksat (generik ) tablet 500 mg. Di Indonesia saat
ini, juga beredar asam pipemidat
2)
Ofloksasin.
Digunakan untuk infeksi saluran kemih,
saluran nafas bawah, gonorrhoe. Kontra indikasi : untuk pasien epilepsi,
gangguan fungsi hati dan ginjal, wanita
hamil/ menyusui. Sediaan: Ofloksasin (generik) tabl 200 mg, 400 mg
3)
Siprofloksasin
Terutama aktif terhadap kuman gram negatif
termasuk salmonella dan shygella. Meskipun aktif terhadap kuman gram positif
seperti Str. pneumonia tapi bukan
merupakan obat pilihan utama untuk
Streptococcus pneumonia. Siprofloksasin terutama digunakan untuk infeksi
saluran kemih, saluran cerna (termasuk
Thypus abdominalis) dan gonorrhoe. Tidak dianjurkan untuk anak remaja yang
sedang dalam pertumbuhan. Dapat menimbulkan tremor, gagal ginjal, sindrom
Steven Johnson dan lain-lain. Hati-hati untuk pengendara karena dapat
menurunkan kewaspadaan. Sediaan: Ciprofloksasin (generik ) tablet 200 mg,
kaptab 500 mg
4)
Norfloksasin
Indikasi:
efektif untuk infeksi saluran kemih
Kontra
Indikasi: dapat menimbulkan anoreksia, depresi, ansietas dan lain– lain.
Perhatian:
hati-hati pada pengendara karena dapat mengurangi kewaspadaan.
Spesialite
obat-obat golongan Kuinolon.
http://www.apotik.medicastore.com/artikel-obat/obat-tuberkulosa
AKTIVITAS ANTIMIKROBA
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya
mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang dimaksud dengan
mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit.
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.
Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.
Namun dalam praktek sehari-hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk
mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai
antibiotic.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh
sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi
penemuan ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941
oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik
diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung
dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.
Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai
pada tahun 1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan
bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat
kemoterapi yang efektif. Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi
sebagain besar berpusat sekitar zat antimikroba yang berasal dari
mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika.
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas
selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi
tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat
relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi
tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit. Antibiotika yang
ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:
Mempunyai
kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas
(broad spectrum antibiotic)
Tidak menimbulkan
terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
Tidak menimbulkan
pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti reaksi alergi,
kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
Tidak mengganggu
keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau flora kulit.
Kemoterapeutika dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa
mekanisme, terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari bakteri,
misalnya:
Dinding sel :
sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan
terhadap tekanan osmotis dari plasma dengan akibat pecah. Contohnya : kelompok
penisilin dan sefalosporin.
Membran sel :
molekul lipoprotein dari mambran plasma (di dalam dinding sel) dikacaukan
sintesanya, hingga menjadi lebih permeable. Hasilnya, zat-zat penting dari isi
sel dapat merembas keluar. Contohnya : polipeptida dan polyen (nistatin,
amfoterisin) dan imidazol (mikonazol, ketokonazol, dan lain-lain).
Protein sel :
sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, dan
makrolida.
Asam-asam inti
(DNA, RNA) : rifampisin (RNA), asam nalidiksat dan kinolon, IDU, dan asiklovir
(DNA).
Antagonisme
saingan. Obat menyaingi zat-zat yang penting metabolisme kuman hingga
pertukaran zatnya terhenti, antara lain sulfonamida, trimetoprim, PAS, dan INH.
Mekanisme kerja anti mikroba
Anti mikroba mempunyai mekanisme kerja utama ada lima cara
antara lain sebagai berikut:
1. Pengin-aktifan enzim ttertentu
Pengin-aktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari
senyawa antiseptika dan desinfektansia, seperti turunan aldehida, amida,
karbanilida, etilen-oksida, halogen, senyawa-senyawa merkuri dan senyawa ammonium
kuarterner.
2. Denaturasi protein
Turunan alcohol, halogen, dan halogenator, senyawa merkuri,
per-oksida, turunan fenol dan senyawa ammonium kuarterner bekerja sebbagai
antiseptika dan desinfekstan dengan cara denaturasi dan konjugasi protein sel
bakteri.
3. Mengubah permebilitas memmbran sitoplasma bakteri.
Cara ini adalah model kerja dari turunan amin dan guanidin,
turunan fenol dan senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan bocornya
konstituen sel yang essensial, sehingga bakteri mengalami kematian.
4. Intekalasi ke dalam DNA
Beberapa zat warna seperti turunan trifenilmetan dan turunan
akridin, bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat,
menghambat sintesa DNA dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis
protein.
5. Pembentukan khelat
beberapa turunan fenol, seperti heksokloroform dan
oksikuinolin dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk
khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion
logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, sehingga
mikroorganismenya mengalami kematian.
6. Bersifat sebagai antimetabolit
AM bekerja memblok tahap metabolik spesifik mikroba, seperti
pada sulfonamida dan trimetropin. Sulfonamida menghambat pertumbuhan sel dengan
menghambat sintesis asam folat oleh bakteri. Sulfonamide secara struktur mirip
dengan asam folat, para amino benzoic acid (PABA), dan bekerja secara
kompetitif untuk enzim-enzim yang langsung mempersatuakan PABA dan sebagian
pteridin menjadi asam dihidropteorat.
Trimetropin secara struktur analog pteridin yang dibagi oleh
enzim dihidrofolat reduktase dan bekerja sebagai penghambat kompetitif enzim
tersebut yang dapat mengurangi dihidrofolat menjadi tetra-hidrofolat.
7. Penghambatan terhadap sintesa dinding sel.
Antiemetika golongan ini dapat menghambat sintesis atau
menghambat aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel mikroorganisme. Yang
termasuk kelompok ini antara lain: penisilin, sefa losporin, vankomisin,
sikloserin, basitrain. Penisilin yang bekerja sebagai analog struktur
D-alanil-D-alanin yang menempati tempat dari enzim transpeptidase yang
menimbulkan crosslink antara bagian dinding sel mikroorganisme (bakteri).
Penisilin dapat menghambat pembentukan cross-link tsb.
8. Penghambatan fungsi permeabilitas membran sel.
Disini anti mikroba bekerja secara langsung pada membran sel
yang mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa intraseluler
mikroorganisme (bakteri). Dalam ini antimikroba dapat: (1) berinteraksi dengan
sterol membran sitoplasma pada sel jamur seperti Amfoterisin B dan Nistatin,
(2) merusak membran sel bakteri gram negativ, misalnya polimiksin, dan
kolistin.
http://www.apotik.medicastore.com/artikel-obat/obat-tuberkulosa
http://rivokempoel.wordpress.com/2010/04/28/kemoterapi-dan-antimikroba-lain/
http://easyorientd.blogspot.com/2011/06/antibiotik-antimikroba-resistensi.html
0 comments:
Post a Comment