Laporan Sosiologi Pertanian
Laporan Sosiologi Pertanian “Petani Penunjang Hidup Keluargaku”
Sumber
daya finansial adalah sumber daya yang berhubungan dengan pendanaan usaha tani.
Dalam hal ini, aktivitas finansial menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan
dan keuntungan jangka panjang. Manajemen finansial merupakan proses untuk
memperoleh dan mengelola sumber daya keuangan pada proyek atau pekerjaan yang
di geluti oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, terutama pada penghasilan
dari sumber daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas untuk proyek
konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya. (Suratiyah, 2010).
1.
EKOLOGI
KEHIDUPAN
1.1
Kondisi
Geografis
Praktek
lapang mata kuliah Sosiologi Pertanian ini dilaksanakan di
Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Luas wilayah ini adalah ±
424,30 Ha yang terbagi atas
empat lingkungan yaitu Lingkungan Barua, Lingkungan Tattakkang, Lingkungan
Palaraka dan lingkungan Parangbanoa, terdiri dari 16 RW dengan jumlah
penduduk pada tahun 2014 sebanyak 2.808 jiwa dan mayoritas pencaharian di
sektor pertanian, berkebun dan berternak. Jarak
dari Ibu
kota Kecamatan 5 km, Ibu Kota
Kabupaten 7 km dan Ibu Kota Provinsi 12 km. Hal ini, menyebabkan daerah ini cukup strategis. Sesuai dengan arahan rencana pembangunan kawasan pendidikan, maka Kelurahan Parangbanoa akan terletak diantara Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dan Kampus IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri). Selain itu, kelurahan Parangbanoa akan dilalui Jalan lingkar (Ring road) Mamminasata yang menghubungkan antara kota Makassar, Maros, Kawasan wisata Malino. Sebab, berbatasan langsung dengan kawasan pendidikan Samata-Bonto Metropolitan Mamminasata.
Kabupaten 7 km dan Ibu Kota Provinsi 12 km. Hal ini, menyebabkan daerah ini cukup strategis. Sesuai dengan arahan rencana pembangunan kawasan pendidikan, maka Kelurahan Parangbanoa akan terletak diantara Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dan Kampus IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri). Selain itu, kelurahan Parangbanoa akan dilalui Jalan lingkar (Ring road) Mamminasata yang menghubungkan antara kota Makassar, Maros, Kawasan wisata Malino. Sebab, berbatasan langsung dengan kawasan pendidikan Samata-Bonto Metropolitan Mamminasata.
Kelurahan Parangbanoa ini terletak antara 5⁰14’56,
65” LS dan 119⁰ 29’ 05. 54” BT dan secara administratif berbatasan dengan: Sebelah Utara berbatasan
dengan sungai Je’ne’ Berang dan Kecamatan Bontomarannu, Sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Kampili
dan Toddotoa, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kampili
dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tetebatu dan Desa Pallangga. Kelurahan Parangbanoa telah terbentuk sejak 1979.
dan Toddotoa, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kampili
dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tetebatu dan Desa Pallangga. Kelurahan Parangbanoa telah terbentuk sejak 1979.
Adapun sejarah terbentuknya
Kelurahan Parangbanoa secara administratif merupakan hasil pemekaran dari
Kelurahan Tetebatu yang terbentuk pada
tahun 1994 hingga saat ini, sekitar 20 tahun yang lalu. Sedangkan untuk Kepala Lingkungan
Parangbanoa bernama Bapak Ahmad Hamid. Pada tahun 1960 sejak adanya Kelurahan
Parangbanoa, kepala kelurahan di setiap lingkungan telah ada, namun belum
mempunyai pola dan struktur tertentu. Masa jabatan tahun tersebut belum terlalu
formal sehingga tidak terbentuk struktur organisasi yang jelas. Sekitar tahun
1996 barulah ada pemilihan lurah yang bersifat formal, yaitu:
1. Chalik
Adam Daeng Bella
Bapak Bella merupakan kepala
Kelurahan yang pertama kali memimpin Kelurahan Parangbanoa dengan masa jabatannya
selama satu periode pemerintahan, yaitu pada tahun 1996-2000. Di masa
kemimpinannya, kelurahan Parangbanoa belum mengalami perkembangan pesat dan
masih sangat terbelakang bila dibandingkan daerah perkotaan. Jumlah penduduk
pada saat itu masih kurang.
2. Paharuddin
Setelah masa kepemimpinan
Bapak Bella berakhir, maka kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan kepada
Bapak Paharuddin. Dalam kepemimpinannya, Kelurahan Parangbanoa mulai mengalami
peningkatan. Selain itu, Bapak Paharuddin memiliki hubungan yang baik dengan
masyarakat setempat. Masa kepemimpinannya berlangsung selama satu periode,
yaitu dari tahun 2000–2004.
3. Subair Usman
Setelah masa kepemimpinan
Bapak Paharuddin berakhir, maka kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan
kepada
Bapak Subair. Dalam masa kepemimpinannya, Kelurahan Parangbanoa terus mengalami peningkatan. Masa kepemimpinannya juga berlangsung selama satu periode, yaitu dari tahun 2004-2008.
Bapak Subair. Dalam masa kepemimpinannya, Kelurahan Parangbanoa terus mengalami peningkatan. Masa kepemimpinannya juga berlangsung selama satu periode, yaitu dari tahun 2004-2008.
4. H. Muhammad Darwis, SH.
Setelah masa kepemimpinan
Bapak Subair berakhir, maka kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan
kepada Bapak H. Darwis yang menjabat
dari tahun 2008-2014. Di
masa kepemimpinannya, berlangsung dua
periode banyak
dilakukan pembangunan di kelurahan
Parangbanoa salah satunya adalah jalanan. Sumber daya alam yang dimiliki Kelurahan Parangbanoa merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi wisata.
Parangbanoa salah satunya adalah jalanan. Sumber daya alam yang dimiliki Kelurahan Parangbanoa merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi wisata.
1.2
Pola
Penggunaan Lahan
Dalam kehidupan masyarakat,
telah mempunyai arti dan kedudukan yang amat penting dalam setiap kegiatan
pembangunan, Penetapan penggunaan lahan pada umumnya didasarkan pada
karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya. Namun, ada juga yang
memiliki lahan karena pembelian dan perkawinan (warisan). Hal ini sesuai dengan
pendapat Cahyono (2009), bahwa usaha pemilikan tanah dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti mendapatkan bantuan/hadiah, warisan,
perkawinan dan pembelian. Setiap petani memiliki kondisi lahan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tanah atau lahan sendiri untuk digarapnya sendiri pula. Ada pula yang memiliki lahan sendiri akan tetapi dalam penggarapannya dia mempercayakan orang lain yang melakukannya dengan sistem bagi hasil. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan faktor utama dalam usaha tani, hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat tinggalnya.
perkawinan dan pembelian. Setiap petani memiliki kondisi lahan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tanah atau lahan sendiri untuk digarapnya sendiri pula. Ada pula yang memiliki lahan sendiri akan tetapi dalam penggarapannya dia mempercayakan orang lain yang melakukannya dengan sistem bagi hasil. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan faktor utama dalam usaha tani, hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat tinggalnya.
Berdasarkan data sekunder,
penggunaan lahan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa
dibedakan menjadi sawah, ladang, pemukiman, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 1, berikut
Tabel 1. Pola
Penggunaan Lahan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan, 2014.
No.
|
Peruntukan
|
Luas (Ha)
|
Persentase (%)
|
Keterangan
|
1.
|
Persawahan
|
212,30
|
50
|
Lahan Pertanian
|
2.
|
Hutan Campuran
|
172,57
|
46,65
|
Lahan Pertanian
|
3.
|
Peternakan
|
5,26
|
1,24
|
Lahan Pertanian
|
4.
|
Pemukiman
|
30,98
|
7,30
|
Lahan non Pertanian
|
5.
|
Lain-lain
|
3,46
|
0,81
|
Lahan non Pertanian
|
Jumlah
|
424,57
|
100
|
Sumber: Data Sekunder, 2014.
Berdasarkan tabel 1 tersebut diatas dapat
kita lihat, penggunaan lahan dibedakan menjadi lahan pertanian dan lahan non
pertanian dimana lahan pertanian tersebut digunakan untuk sawah dengan luas
212,30 Ha, hutan campuran 172,57 Ha dan peternakan ayam seluas 5,26. Adapun
untuk lahan non pertanian meliputi penggunaan untuk permukiman seluas 30,98 Ha
dan lahan lain seperti galian seluas 3,46 Ha. Dari data tersebut diketahui
bahwa prioritas penggunaan lahan penduduk di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa yaitu untuk lahan pertanian.
1.3 Keadaan
Penduduk
Penduduk di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa
cenderung berasal dari suku Bugis-Makassar dan bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Makassar. Meskipun demikian terdapat beberapa orang
yang bisa menggunakan Bahasa Indonesia. Terdapat beberapa komunitas
yang ada di Kelurahan Parangbanoa seperti GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani), IRMA
(Ikatan Remaja Mesjid Parangbanoa), LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat),
Kelompok tani yang ada di Kelurahan Parangbanoa, dan Majelis Taklim. Komunitas
yang aktif di Kelurahan Parangbanoa yaitu hanya GAPOKTAN dan Kelompok Tani.
Sedangkan pada komunitas lain, kegiatannya tidak terlalu aktif seperti GAPOKTAN
dan Kelompok Tani.
Mayoritas penduduk di
Kelurahan Parangbanoa merupakan penduduk asli Makassar. Komposisi warga
komunitas dilihat dari mata pencaharian dominan bekerja sebagai petani. Petani
merupakan
pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Kelurahan Parangbanoa karena profesi tersebut merupakan profesi turun temurun dari generasi sebelumnya. Sebagian masyarakat Kelurahan Prangbanoa tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Golongan ini terdapat pada usia 40 tahun ke atas. Oleh karena itu, bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Kelurahan Prangbanoa sehari-hari dominannya adalah bahasa Makassar.
pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Kelurahan Parangbanoa karena profesi tersebut merupakan profesi turun temurun dari generasi sebelumnya. Sebagian masyarakat Kelurahan Prangbanoa tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Golongan ini terdapat pada usia 40 tahun ke atas. Oleh karena itu, bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Kelurahan Prangbanoa sehari-hari dominannya adalah bahasa Makassar.
Berdasarkan data sekunder, penduduk Kelurahan
Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat di kelompokkan menurut
umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada uraian berikut.
1.3.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
kelamin adalah kelas
atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat
digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis
kelamin dikaitkan pula dengan aspek gender, karena terjadi diferensiasi peran sosial
yang dilekatkan pada masing-masing jenis kelamin. Pada masyarakat yang mengenal
"machoisme", umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara maskulin ("jantan" dalam bahasa sehari-hari) dan perempuan berperan secara feminin. Sebagai contoh, tidak ada tempat bagi
seorang laki-laki yang sehari-harinya mencuci piring/pakaian karena peran ini
dianggap dalam masyarakat itu sebagai peran yang harus dilakukan perempuan
(peran feminin).
Berdasarkan data sekunder,
penduduk Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat di
kelompokkan menurut jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2, berikut :
Tabel 2. Klasifikasi
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
No.
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Laki-Laki
|
1.354
|
50,95
|
2.
|
Perempuan
|
1.454
|
40,05
|
Jumlah
|
2.808
|
100
|
Sumber: Data Sekunder, 2014.
Tabel 2 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk Kelurahan Parangbanoa adalah 2.808 jiwa dengan penduduk
laki-laki sebanyak 1.353 jiwa (50,95%)
dan perempuan sebanyak 1.454 jiwa (40,05%). Jumlah penduduk yang demikian itu dapat menjadi sebuah
potensi bagi desa tersebut,
utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja.. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafie (2010) yang mengatkan bahwa tenaga kerja merupakan sumber daya
manusia yang produktif yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan suatu
pekerjaan atau produk tertentu. Pada
umumnya laki-laki memiliki kemampuan kerja lebih besar dibandingkan perempuan.
Umumnya perempuan hanya bekerja di luar mencari nafkah seperti mengurus rumah
dan anak. Jumlah penduduk yang demikian itu dapat menjadi sebuah potensi
bagi daerah tersebut, utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja. Namun yang
merupakan hal biasa di masyarakat bahwa tenaga kerja laki-laki adalah lebih
besar penilaiannya dibanding tenaga kerja perempuan. Akan tetapi meskipun
menghadapi kenyataan yang demikian, masing-masing mempunyai spesialisasi dalam
pekerjaannya. Hal ini dijelaskan oleh Soekartawi (2009) yang menyatakan bahwa
kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin apalagi dalam proses
produksi pertanian.
1.3.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Menurut Mubyanto dalam
buku pengantar ekonomi pertanian edisi lima, 2010
bahwa aspek ekonomi desa dan peluang kerja
berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat desa. Kecukupan pangan
dan keperluan ekonomi bagi masyarakat
baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga cukup untuk menutupi
keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha-usahanya. Penilaian
tentang penduduk suatu daerah atau wilayah dapat dilakukan dengan menganalisis
data penduduk dari segi mata pencaharian. Menurut Nazarwin (2012) dinyatakan
bahwa mata pencaharian merupakan objek dari individu, kelompok ataupun
masyarakat dalam rangka mencari pendapatan untuk pemenuhan biaya kebutuhannya.
Berdasarkan pernyataan ini, maka disimpulkan bahwa mata pencaharian yang
beragam akan menunjukkan bahwa individu dalam suatu kelompok masyarakat adalah
beragam. Ada yang bekerja sebagai buruh bangunan dan petani.
Berdasarkan data sekunder
jumlah penduduk Kelurahan Parangbanoa dapat dikelompokkan berdasarkan mata
pencaharian, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 3, berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di
Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
No.
|
Mata
Pencaharian
|
Jumlah (Jiwa)
|
Persentase
(%)
|
1.
|
Petani
|
1124
|
40
|
2.
|
Peternak
|
219
|
7,8
|
3.
|
PNS
|
31
|
1,1
|
4.
|
Wiraswasta
|
56
|
2
|
5.
|
Buruh
Bangunan
|
470
|
16,7
|
6.
|
Pegawai
Swasta
|
50
|
1,8
|
7.
|
Pedagang
|
25
|
0,9
|
8.
|
Belum terdata
|
833
|
29,7
|
Jumlah
|
2.808
|
100 %
|
Sumber: Data Sekunder, 2014.
Berdasarkan data pada Tabel 3 yang
menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Parangbanoa, terdapat
1124 jiwa penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian dengan
persentase sebesar 40%, 219 jiwa penduduk yang berprofesi sebagai seorang peternak dengan
persentase 7,8%, 31 jiwa penduduk yang berprofesi sebagai
seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan persentase sebesar
1,1%, 56 jiwa penduduk berprofesi
sebagai wiraswata dengan persentase sebesar 2%. 470 jiwa penduduk
berprofesi sebagai buruh bengunan dengan presentase sebesar 16,5%, 50 jiwa penduduk
yang berprofesi sebagai pegawai swasta dengan presentase sebesar 1,8%, 25 jiwa penduduk yang berprofesi sebagai pedagang dengan
presentase 0,9%, sedangkan 833 jiwa penduduk lainnya belum terdata dengan presentase 29,7%. Di
Kecamatan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa ini sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai
seorang petani untuk memnuhi kebutuhanya.
1.3.3
Penduduk
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan
perubahan kelakuan individu. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek lainnya terhadap interaksi
sosial. Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para petani merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya. Walaupun seseorang
memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan pengetahuan
maka usaha yang dikelola tidak akan mengalami peningkatan, dimana makin tinggi
tingkat pendidikan petani maka makin banyak pula informasi-informasi yang dapat
dicerna sehubungan dengan peningkatan produksi usahataninya. Hampir segala
sesuatu yang kita alami merupakan hasil hubungan kita di rumah, sekolah, tempat
pekerjaan dan sebagainya Nasution (2010). Berdasarkan
data sekunder tahun 2014,
jumlah penduduk Kelurahan Parangbanoa dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat
pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4, berikut ini:
Tabel 4. Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan, 2014.
No.
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (Jiwa)
|
Persentase (%)
|
1
|
S2
|
1
|
0,04
|
2
|
S1
|
11
|
0,4
|
3
|
D3
|
3
|
0,10
|
4
|
D2
|
9
|
0,34
|
5
|
D1
|
1
|
0,04
|
6
|
SMA
|
190
|
6,8
|
7
|
SMP
|
257
|
9,2
|
8
|
SD
|
617
|
21,98
|
9
|
Sekolah
Rakyat
|
1
|
0,04
|
10
|
Masih
Kuliah
|
72
|
2,6
|
11
|
Masih
SMA
|
107
|
3,8
|
12
|
Masih
SMP
|
149
|
5,3
|
13
|
Masih
SD
|
263
|
9,4
|
14
|
Masih
TK
|
17
|
0,5
|
15
|
Belum
sekolah
|
154
|
5,5
|
16
|
Tidak
Sekolah
|
813
|
28,8
|
18
|
Belum
Terdata
|
143
|
5,1
|
Total
|
2808
|
100%
|
Sumber:
Data Sekunder, 2014.
Pada tabel 4, warga Kelurahan Parangbanoa yang memiliki tingkat pendidikan hingga sekolah rakyat berjumlah 1 orang atau 0,04% dari total populasi
penduduk. Untuk warga dengan jenjang
pendidikan hingga S2 berjumlah 1 orang atau 0,04% dari total jumlah penduduk. Adapun warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga S1 berjumlah 11 orang atau 0,4% dari total populasi penduduk.
Untuk warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga
D3 berjumlah 3 orang atau 0,10% dari total populasi. Warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga D2
berjumlah 9 orang
atau 0,34% dari total populasi. Warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga D1
berjumlah 1 orang atau 0,04% dari total populasi. Warga yang memiliki jenjang
pendidikan hingga SMA berjumlah 190 orang atau 6,8% dari total populasi. Warga yang
memiliki jenjang pendidkan hingga SMP berjumlah 257 orang atau 9,2%dari total populasi. Warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga SD
berjumlah 617 orang atau 21,98% dari total populasi. Warga yang sementara kuliah berjumlah 72 orang atau
2,6%. Warga yang sementara SMA berjumlah
107 orang atau 3,8%. Warga yang
sementara SMP berjumlah 149 orang atau 5.3%. Warga yang sementara SD berjumlah 263 orang atau
9,4%. Warga yang sementara TK berjumlah
17 orang atau 0,64%. Warga yang belum
sekolah berjumlah 154 orang atau 5,5%. Warga yang tidak bersekolah berjumlah
813 orang atau 28,8% dari total populasi.
Sedangkan warga yang belum terdata berjumlah 143 orang atau 5,1% dari total
populasi di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan.
Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk kelurahan Parangbanoa memiliki tingkat
pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan yang diperoleh penduduk di Kelurahan Parangbanoa
beragam pada jenjangnya masing-masing. Berdasarkan tingkat atau
jenjang pendidikan yang telah ditamatkan penduduk dapat dikelompokkan dalam
tingkat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Pengelompokkan ini dapat digunakan
untuk menentukan besarnya tingkat pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh seseorang memberi pengaruh besar terhadap kehidupannya. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya.
1.4
Keadaan
Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan adalah semua perangkat
peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses menyelesaikan kegiatan. Adapun prasarana adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang
pelaksanaan pelaksanaan proses kegiatan. Secara
Etimologis (bahasa) Prasarana berarti alat
tidak langsung untuk mencapai tujuan (Aldha, 2012)
Suatu wilayah dapat dikatakan mengalami perkembangan jika wilayah tersebut
mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, sehingga penduduknya dapat
menggunakannya sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Sarana dan prasarana tersebut antara lain sarana
perhubungan, peribadatan, pemukiman dan pendidikan.
Lancarnya perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah sarana dan
prasarana yang terdapat pada daerah tersebut, baik sarana bangunan maupun
sarana perhubungan. Jika suatu daerah
mempunyai sarana yang memadai serta ditunjang oleh sumber daya alam yang cukup,
maka kegiatan pertanian atau perekonomian pada daerah tersebut berjalan lancar.
Sarana perhubungan dan
komunikasi dapat membantu mempercepat
informasi segala macam yang berhubungan dengan pertanian. Tersedianya sarana
dan prasarana pendidikan dan keagamaan hal yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat yang berpendidikan disertai dengan ketekunan dalam menjalankan
ibadah merupakan syarat utama dalam pembangunan nasional. Sarana di bidang
kesehatan sangat diperlukan dalam
mengelola usahatani agar dapat berjalan lancar.
1.4.1 Sarana Pendidikan
Tirtarahardja
dalam Basrowi, 2010 mengatakan bahwa
pendidikan sekolah sangat diperlukan untuk mencapai sumber daya yang
berkualitas. Dalam Pembangunan yang
mengarah pada era Industrialisasi perlu dikembangkan
suatu model (sistem) pengelolaan pembangunan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemampuan
mereka untuk dapat memasuki lapangan pekerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, sehingga perlu ditetapkan mutu keterampilan kerja pada jenjang
jabatan atau produksi.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang pengetahuan
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya sarana pendidikan seperti
sekolah baik itu TK, SD, SMP dan SMA, agar masyarakat dapat memperoleh
pengetahuan yang tidak hanya didapatkan dari orang tua saja (turun menurun)
tetapi didapatkan dari sekolah formal dan juga masyarakat dapat mengetahui
perkembangan dunia khususnya
dalam bidang pertanian dan pembangunan pertanian kedepanya (Yusoff, 2009).
Tabel 5. Adapun Sarana Pendidikan yang Tersedia di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan,2014.
No.
|
Jenis Sarana
|
Jumlah (Unit)
|
Persentase (%)
|
1.
|
TK (Taman Kanak-Kanak)
|
2
|
50
|
2.
|
SD (Sekolah Dasar)
|
2
|
50
|
3.
|
SMP (Sekolah Menengah Pertama)
|
-
|
-
|
4.
|
SMA (Sekolah Menengah Atas)
|
-
|
-
|
5.
|
TPA (Taman Pendidikan Al-Quran)
|
4
|
-
|
Jumlah
|
8
|
100
|
Sumber:
Data Sekunder, 2014
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa sarana pendidikan khususnya untuk bangunan gedung
SLTP , gedung SMU dan TPA di Kelurahan Parangbanoa tidak ada. Gedung Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 2 unit
(50%) yaitu TK Parangbanoa, gedung
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 unit yaitu SD parangbanoa dan SD Inpres Parangbanoa
(50%). Rendahnya tingkat pendidikan penduduk di
Kelurahan Parangbanoa disebabkan karena tidak
tersedianya sarana pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
1.4.2
Sarana
Peribadatan
Tempat ibadah merupakan tempat suci
bagi seseorang yang menganut suatu agama dan kepercayaan masing-masing umat.
Tempat ibadah juga sangat diperlukan untuk menunjang pengetahuan keagamaan
seluruh masyarakat. Berdasarkan data sekunder (Yulianti, 2011). Kelurahan
Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa memiliki beberapa tempat
ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6, berikut:
Tabel 6. Jumlah
Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan pallangga,
kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
No.
|
Tempat Ibadah
|
Jumlah
(Buah)
|
1.
|
Mesjid
|
4
|
2.
|
Gereja
|
-
|
3.
|
Wihara
|
-
|
4.
|
Pura
|
-
|
Jumlah
|
4
|
Sumber: Data Sekunder, 2014.
Berdasarkan tabel 6,
menunjukkan bahwa kurangnya tempat-tempat ibadah yang tersedia di Kelurahan
Parangbanoa. Jumlah mesjid yang terdapat sebanyak 4 buah yaitu Masjit Nurul Jihad yang berada di lingkungan
Parangbanoa, sedangkan untuk gereja
tidak terdapat di Kelurahan tersebut. Ini dapat membuktikan bahwa
penduduk di Kelurahan Parangbanoa semuan penduduknya beragama Islam. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soebono (2010) bahwa fungsi mesjid paling utama
adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Mesjid merupakan rumah tempat
ibadah umat muslim. Selain tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas
muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan
belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.
II.
KONDISI SOSIAL EKONOMI
RESPONDEN
2.1 Karakteristik Petani
Petani
adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara
melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara
tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk
memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun
menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi
industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol
atau flax untuk penenunan dan pembuatan pakaian ( Yulianti, 2011).
Dalam
negara berkembang atau budaya pra-industri, kebanyakan petani melakukan
agrikultur subsistence yang sederhana - sebuah pertanian organik sederhana
dengan penanaman bergilir yang sederhana pula atau teknik lainnya untuk memaksimumkan
hasil. Namun, petani mempunyai
kemampuan yang berbeda antara petani yang satu dengan petani yang lain. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat umur, tingkat pendidikan, pekerjaan,
jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan. Faktor-faktor tersebut menjadi
tolak ukur dalam mengidentifikasi petani dalam upaya penyebaran informasi dan inovasi
kepada petani.Dengan adanya identitas petani responden maka akan memudahkan
dalam menganalisis usahataninya (Anonim2 , 2014).
Tabel 7. Nama Petani Responden di Desa Parangbanoa,
Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
Nama
|
Umur (thn)
|
Pendidikan
|
Sumber Penghasilan
|
Jumlah Tanggungan Keluarga
|
Pendapatan Pertahun (Rp)
|
||
Utama
|
Sampingan
|
Utama
|
Sampingan
|
||||
Dahlia
|
40
|
SMA
|
Petani
|
-
|
4
|
6.686.500
|
-
|
Sumber: Data Primer setelah
diolah, 2014.
2.1.1 Umur
Umur
atau usia adalah satuan waktu
yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk,
baik yang hidup maupun yang mati.
Semisal, umur manusia dikatakan
lima belas tahun diukur sejak dia lahir
hingga waktu umur itu dihitung. Umur
seseorang tidak bisa ditentukan oleh apapun, umur merupakan hal yang tidak
diketahui kapan akan berakhir pada seorang manusia (Ervina,
2012).
Tabel 7 menunjukkan bahwa umur yang dimiliki
petani responden yakni Dahlia berusia 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
petani responden masih berada dalam usia yang masih produktif yang mampu
bekerja. Hal ini sesuai dengan Ervina (2012) bahwa menurut UU No. 13 Tahun
2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada
dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif, yakni
dari Umur 15-65 tahun.
2.1.2 Pendidikan
Pendidikan pada umumya
akan mempengaruhi cara berpikir petani. Pendidikan dapat diperoleh dari dua
sumber, yaitu sumber formal dan sumber nonformal. Namun, dalam masyarakat primitif, tidak ada
pendidikan formal yang tersendiri. Satiap anggota masyarakat harus belajar dari
lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kelakuan atau perilaku yang diharapkan mampu dipertanggungjawabkan agar jika tidak ada guru di lingkungan sekitar kita
(Nasution, 2010).
Pendidikan dan
pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan
petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti
perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan yang relatif tinggi yang
dimiliki petani akan memudahkan petugas penyuluhan untuk menyampaikan konsep
yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih mudah mengerti dan memahami apa
yang disampaikan oleh para penyuluh. Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku
sekolah yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal dapat memberikan banyak
manfaat melalui interaksi sosial sehingga pengetauhuan semakin bertambah dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil serta menjadi lulusan siap kerja
dan siap berprestasi yang dibutuhkan oleh masyarakat (Sulaiman, 2009).
Pendidikan petani responden yakni Dahlia yaitu sampai
tingkat Sekolah Menengah Atas tepatnya SMA. Dalam hal ini, pendidikan merupakan
modal utama dalam melakukan segala sesuatu termasuk dalam pekerjaan.Untuk
menunjang suatu pekerjaan, minimal seseorang harus dapat membaca dan menulis
karena berkaitan dengan hubungan komunikasi dengan orang lain. Pendidikan
merupakan modal utama dalam melakukan segala sesuatu termasukdalam pekerjaan. Untuk
menunjang suatu pekerjaan, minimal seseorang harus dapat membaca dan menulis
karena berkaitan dengan hubungan komunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai
pendapat (Sulaiman,2009) bahwa pedidikan memberi banyak manfaat untuk menambah
pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
2.1.3 Pekerjaan
Bekerja adalah usaha menafkahi
keluarga untuk menghidupi dan membesarkan anak-anak. Dengan demikian, bekerja
adalah sesuatu yang mulia dan bermakna ibadah. Pekerjaan dapat melahirkan
kenikmatan yang luar biasa bagi orang yang melakukannya. pengalamaan kerja
sangat diperlukan dalam melakukan suatu pekerrjaan. Diperkirakan bahwa dengan
pengalaman, untuk mencari kerja lebih sanggup untuk mendapatkan pekerjaan yang
sesuai. selain itu peengalamaan kerja mengambarkan pengetahuan pasar kerja.
Dengan memiliki pengalaman
kerja yang didukung oleh tingkat pendidikan yang tinggi, maka tenaaga kerja akaan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan sesuai yang diharapkan (Sutomo, 2009).
kerja yang didukung oleh tingkat pendidikan yang tinggi, maka tenaaga kerja akaan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan sesuai yang diharapkan (Sutomo, 2009).
Pekerjaan pokok Dahlia yakni sebagai petani, beliau tidak memiliki pekerjaan sampingan. Padahal
pekerjaan sampingan merupakan pekerjaan yang dapat
menunjang pekerjaan pokok dalam memperoleh pendapatan tambahan yang berguna
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya masing-masing. Namun, ibu
Dahlia tidak memiliki pekerjaan sampingan beliau hanya menghandalkan hasil dari
pekerjaannya sebagai petani saja. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) yang menyatakan bahwa Peningkatan
kualitas hidup seseorang dapat ditingkitkan dengan usaha-usaha dan pemanfaatan
sumberdaya yang dimiliki. Maka, seseorang membutuhkan energi, keterampilan,
bakat dan pengetahuan yang digunakan oleh manusia untuk tujuan produksi dan
jasa-jasa yang bermanfaat.
2.1.4 Jumlah
Tanggungan Keluarga
Tanggungan
keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi
usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak.Tanggungan keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala
keluarga yang terdiri atas pembudidayaan responden itu sendiri sebagai kepala
keluarga, suami/istri, anak-anak, dan tanggungan lainnya yang tinggal seatap
dan sedapur. Jumlah anggota keluarga yang besar tidak selamanya merupakan modal
bagi keluarga tetapi juga dapat menjadi beban bagi keluarga sebab tidak semua
anggota keluarga merupakan tenaga yang produktif. Banyaknya
anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani.
Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka
tanggungan makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan
keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi
usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak (Luthfi,
2011).
Berdasarkan tabel 7, menunjukkan petani responden
yakni ibu Dahlia harus memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarganya yang berjumlah 4 orang, dimana diantaranya adalah ibu kandungnya dan 3 orang keponakannya yang masih duduk di bangku sekolah. Kebutuhan
ekonomi seseorang sangatlah penting untuk mempertahankan hidup. Hal ini sesuai
dengan Widjajanta(2009) yang menyatakan bahwa kebutuhan adalah segala sesuatu yang muncul secara naluri
yang sangat diperlukan oleh manusia untuk mempertahankan hidup. Untuk dapat
bertahan hidup, manusia harus memenuhi segala kebutuhannya. Kebutuhan manusia
ini berupa barang dan jasa. Barang adalah sesuatu yang berwujud seperti makan,
minum, pakaian dan perumahan sedangkan jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud
seperti pendidikan dan kesehatan.
2.15
Pendapatan
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang
dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut
menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama
satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal
periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan
hanya yang dikonsumsi.
Berdasarkan
tabel 7, menunjukkan bahwa petani responden memiliki jumlah pendapatan pertahun
dari pekerjaan utama sebagai petani sebesar Rp. 5.919.500-, Hal ini sesuai dengan pendapat Dahlan (2009) bahwa tinggi rendahnya pendapatan seseorang sangat
mempengaruhi pendapatan yang didapatkan orang tersebut.
2.2 Kondisi Sumber Daya
Sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang
memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen
dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan
manusia atau sumberdaya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas
manusia sehari-hari (Fatah, 2013).
Sumber daya adalah suatu istilah yang mencakup semua
energi, keterampilan, bakat dan pengetahuan yang digunakan oleh manusia secara
potensial, yang harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang
bermnafaat (Hanafie, 2010).
Dari data sekunder, sumber daya rumah tangga Dahlia dapat
dilihat pada tabel 8 :
Tabel 8. Sumber Daya Rumah Tangga Petani Responden Di Desa Parangbanoa, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan, 2014.
No.
|
Nama Responden
|
Sumber Daya Rumah
Tangga
|
lain-lain
|
||
Kendaraan
|
Peralatan RT
|
Peralatan elektronik/
teknologi
|
|||
1.
|
Dahlia
|
1 unit motor
|
1 meja
2 lemari
2 kursi
|
1 Televisi
1 mesin cuci
|
1 Cangkul
1 Sabit
|
Sumber: Data Sekunder, 2014
Tabel 8, menunjukkan karakteristik sumber
daya yang dimiliki oleh Dahlia baik alat-alat elektronik sampai perabotan rumah tangga. Dahlia
memiliki peralatan rumah berupa 1 meja dan 2 lemari, dan 2 buah kursi. Peralatan elektronik/teknologi yang dimiliki yaitu
sebuah televisi berukuran 14 inci,
dan 1 buah mesin cuci. Adapun peralatan
pertanian yang dimiliki Dahlia yaitu 1 buah cangkul, dan 8 buah sabit. Sedangkan untuk kendaraan yang dimiliki
oleh ibu Dahlia yaitu 1 unit motor.
Dengan peralatan yang dimiliki ibuDahlia, beliau termasuk memiliki kehidupan yang sederhana. Hal
ini sesuai dengan pendapatat Hanafie (2010) yang menyatakan bahwa Peningkatan
kualitas hidup seseorang dapat ditingkitkan dengan usaha-usaha dan pemanfaatan
sumberdaya yang dimiliki. Maka, seseorang membutuhkan energi, keterampilan,
bakat dan pengetahuan yang digunakan oleh manusia untuk tujuan produksi dan
jasa-jasa yang bermanfaat.
2.2.1 Sumber Daya Lahan
Secara
umum dapat dikatakan bahwa sumber daya alam sangat berguna dan membantu manusia
apabila dikelola dengan baik. Sebaliknya, ia dapat menjadi sumber malapetaka
bagi manusia manakala manusia tidak mampu mengelolanya dengan baik, misalnya
terjadi lahan-lahan kritis, banjir, kekurangan air di musim kemarau dan
lain-lain. Sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang
dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Sumber daya terkait dengan
kegunaan, baik untuk masa kini maupun mendatang bagi umat manusia. Sumber daya
juga terkait pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan sumber daya
di manfaatkan dan aspek kelembagaan yang menetukan siapa yang mengendalikan
sumber daya dan bagaimana teknologi digunakan (Hanafie, 2010 ).
Sumberdaya Lahan adalah segala
sesuatu yg bisa memberikan manfaat di lingkungan fisik dimana meliputi tanah,
iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi potensi
penggunaannya (termasuk didalamnya adalah akibat kegiatan-kegiatan manusia baik masa lalu maupun masa sekarang). misal; penebangan hutan, penggunaan lahan pertanian (Eirlangga, 2009).
penggunaannya (termasuk didalamnya adalah akibat kegiatan-kegiatan manusia baik masa lalu maupun masa sekarang). misal; penebangan hutan, penggunaan lahan pertanian (Eirlangga, 2009).
Ibu
Dahlia memiliki lahan pertanian yang merupakan milik pribadi. Lahan persawahan tersebut seluas 25 are. Lahan
tersebut di tanami dengan padi sebagai komoditi utamanya. Lahan tersebutberada di
Lingkungan Barua, Kelurahan Parangbanoa,
Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Beliau sangat merawatnya dengan baik. Karena lahan ini sangat bermanfaat bagi dia dan
keluarganya. Tanah yang dikuasai ataupun yang digarap oleh para petani di desa ini pada
umumnya dimanfaatkan untuk bangunan rumah sebagai tempat tinggal dan usaha tani seperti sawah, kebun, ladang. Komoditi yang di usahakan
ini sangat beraneka ragam seperti padi, kacang hijau, jagung, ubi kayu, kacang
panjang, mentimun dan lain-lain. Hal ini tergantung pada jenis lahan yang di
usahakan. Pengetahuan berusaha tani yang dimiliki oleh para penduduk hanya
diperoleh secara turun temurun. Pengetahuan ini berupa cara pengolahan tanah,
penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryatmojo, (2011) yang mengatakan
penetapan
penggunaan lahan pada umumnya didasarkan pada karakteristik lahan dan daya
dukung lingkungannya. Bentuk penggunaan lahan yang ada dapat dikaji kembali
melalui proses evaluasi sumber daya lahan, sehingga dapat diketahui potensi
sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan bagi masyarakat.
2.2.2 Sumber Daya Peralatan
Peralatan merupakan berbagai
alat-alat yang biasa digunakan dalam membantu aktivitas manusia, yang memiliki
fungsi tertentu terutama di bidang pertanian. Sumber daya peralatan dikatakan
sebagai modal tetap dalam kegiatan usahatani. Alat-alat tersebut misalnya
traktor, cangkul, bajak, sabit dan lain-lain. Hal in sesuai dengan pendapat
Hanafie (2010) yang menyatakan bahwa kebanyakan metode baru yang dapat
meningkatkan produksi pertanian memerlukan penggunaan bahan dan alat produksi
khusus seperti bibit, pupuk, dan perkakas. Pembangunan pertanian menghendaki
semuanya tersedia secara lokal atau didekat pedesaan dalam jumlah yang cukup
banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang mau menggunakannya.
Alat dan mesin pertanian
memiliki berbagai peranan dalam usaha pertanian, antara lain meningkatkan
kenyamanan dan keamanan sehingga menambah produktivitas kerja, meningkatkan
kualitas hasil pertanian sehingga ketepatan dan keseragaman proses dan hasil
dapat diandalkan serta mutu terjamin dan mengerjakan tugas khusus atau sulit
dikerjakan oleh manusia. Selain itu pembangunan pertanian , kebutuhan yang
besara akan sarana dan peralatan produksi yang harus di miliki disetiap sector
pertanian lainya ( Hanafie, 2010).
Rumus
untuk menghitung nilai penyusutan alat yang dimiliki petani responden adalah :
NPA= Harga Awal – Harga Akhir x ∑(Jumlah (Unit)
Umur Alat
Adapun
sumber daya peralatan yang dimiliki oleh petani responden dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel
9.
Sumber Daya Peralatan Petani Responden, Kelurahan Parangbanoa, Kec. Pallangga, Kabupaten Gowa, 2014.
No.
|
Nama Alat
|
Jumlah
(unit)
|
Nilai Baru
(Rp)
|
Nilai Lama (Rp)
|
Umur Alat
(thn)
|
Nilai Penyusutan Alat
(Rp)
|
1.
2.
3.
|
Cangkul
Sabit
Spayer
|
1
8
1
|
100.000
25.000
200.000
|
60.000
18.000
180.000
|
1
3
1
|
40.000
18.000
20.000
|
78.000
|
Sumber:
Data Primer Setelah Diolah, 2014.
Berdasarkan tabel di
atas Ibu Dahlia memiliki beberapa sumber daya peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantunya
bekerja sebagai petani yang berguna bagi proses usahataninya. Jenis peralatan yang dimiliki oleh Ibu Dahlia terdapat 2 jenis yang terdiri dari satu buah cangkul
dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 40.000,- dengan umur alat 1 tahun, delapan buah sabit dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 18.000,- dengan umur alat 3
tahun, sedangkan 1 buah sprayer dengan nilai penyusutan alat sebesar 20.000
dengan umur 1 tahun. Cangkul tersebut digunakan untuk menggali, membersihkan
tanah dari rumput ataupun meratakan tanah dan sabit biasanya digunakan saat
panen padi. Pemanenan dengan sabit bergerigi dimaksudkan agar batang padi yang
dipotong tidak terlalu keras guncangannya, sehingga gabah tidak rontok dan
tercecer. Hal ini sesuai pendapat Ahira (2010) yang mengatakan bahwa untuk
menggunakan hasil pertanian peralatan dan mesin pertanian adalah solusinya. Dengan
penggunaan teknologi yang tepat guna setiap proses dalam pertanian akan
menghemat banyak waktu dan biaya serta hasil yang di perolah juga akan
maksimal.
2.2.3 Sumber Daya
Manusia (Tenaga Kerja)
Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan
dalam kerangka pembangunan di bidang pertanian adalah menyangkut Peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan
kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk meningkatkan keterampilan dan
pemahaman tentang pertanian pada para petani (Ahira, 2010).
Petani responden yaitu Ibu Dahlia mengerjakan
proses produksi usahataninya dibantu oleh anggota keluarganya yaitu saudara dan
ketiga keponakannya. Ibu Dahlia tidak pernah memberikan upah kepada saudara dan
ketiga keponakanya karena mereka ikhlas membantu Ibu Dahlia demi untuk
kelangsungan hidup mereka sendiri, selain itu beliau juga saling membantu satu
dengan yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat
Firdaus (2012) bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Pada umumnya, petani tidak bekerja sendiri, tetapi dibantu oleh keluarga dalam mengelola usaha taninya. Tenaga kerja dalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usaha tani yang sangat tergantung pada musim. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha tani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri, maka tidak perlu mengupah tenaga luar yang berarti menghemat biaya untuk usaha taninya.
Firdaus (2012) bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Pada umumnya, petani tidak bekerja sendiri, tetapi dibantu oleh keluarga dalam mengelola usaha taninya. Tenaga kerja dalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usaha tani yang sangat tergantung pada musim. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha tani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri, maka tidak perlu mengupah tenaga luar yang berarti menghemat biaya untuk usaha taninya.
2.2.4 Sumber Daya Finansial
Sumber
daya finansial adalah sumber daya yang berhubungan dengan pendanaan usaha tani.
Dalam hal ini, aktivitas finansial menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan
dan keuntungan jangka panjang. Manajemen finansial merupakan proses untuk
memperoleh dan mengelola sumber daya keuangan pada proyek atau pekerjaan yang
di geluti oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, terutama pada penghasilan
dari sumber daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas untuk proyek
konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya. (Suratiyah, 2010).
Adapun sumber daya Finansial
yang dimiliki oleh petani responden di
Lingkungan Parangbanoa, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten
Gowa
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
10. Pendapatan Usahatani yang dimiliki
Petani Responden di Lingkungan Parangbanoa, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
No.
|
Uraian
(1)
|
Jumlah Satuan
(2)
|
Harga
(Rp)
(3)
|
Jumlah
(2x3=4)
|
1.
|
I. Pendapatan Usahatani Padi
- Biaya Variabel
1. Benih
Padi
2. Pupuk
- Urea
3. Pestisida
Total Biaya Variabel Padi
|
2000 karung
5 bungus
1 karung
12 ltr
|
3.600/kg
55.000/bungkus
95.000/karung
10.000/ltr
|
7.200.000
275.000
95.000
120.000
490.000
|
2.
|
Biaya Tetap
-
Pajak
-
NPA
-
Sewa traktor
-
Biaya bahan bakar traktor
Total Biaya Tetap
|
25 are
2 kali
5 ltr
|
1.500/are
200
5.500/ ltr
|
37.500
78.000
400.000
275.000
790.500
|
3.
|
Total Biaya
|
1.280.500
|
||
4.
|
Pendapatan Bersih
|
7.200.000 – 1.280.500
= 5.919.500
|
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2014.
Berdasarkan
tabel di atas terlihat bahwa, pendapatan usahatani padi ibu
Dahlia dalam dua kali panen sebesar
Rp 5.919.500,- dan adapun biaya-biaya yang dikeluarkan untuk produksi ialah
biaya variabel padi sebesar Rp 490.000,- dan total biaya tetap sebesar Rp 790.500,-
sehingga total biaya yang dikeluarkan oleh adalah sebesar Rp 1.280.500,-. Pada
akhirnya pendapatan bersih yang didapatkan ibu Dahliadalam satu tahun sebesar Rp 5.919.500,-. Pendapatan
bersih yang didapatkan ibu Dahlia merupakan pendapatan yang ia dapat setelah
total penerimaan dari penjualan produksi usahataninya dikurangi dengan jumlah
biaya yang
dikeluarkan untuk produksi usahataninya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) bahwa pendapatan adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.
dikeluarkan untuk produksi usahataninya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) bahwa pendapatan adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.
2.3 Proses Produksi Usahatani
Proses produksi yang dilakukan oleh tiap petani sebagiannya didukung oleh beberapa faktor produksi diantaranya,
yaitu: modal, lahan, tenaga kerja dan teknologi dalam
usahataninya termasuk Dahlia. Hal ini
sesuai dengan pendapat Firdaus (2012) yang menyatakan bahwa Usaha tani (farm) adalah organisasi dari
alam (lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di
lapangan pertanian. Selain itu, peranan dalam usahatani sangat diutamakan
keterampilan termasuk keterampilan dalam pengambilan keputusan dari berbagai
alternative yang ada. Keputusan yang diambil oleh petani selaku pengelola
antara lainmenentukan pilihan tanaman apa yang mungkin dapat ditanam, kapan
mulai menanam, kapan pemupukan harus dilakukan, dimana beli pupuk, berapa dosis
pupuk yang harus diberikan dan lain-lain.
Tabel 11.Kondisi Proses
Usahatani Petani Responden Kelurahan
Parangbanoa, Kec. Pallangga, Kab. Gowa, 2014.
No
|
Nama Responden
|
Lahan
|
|||
Penguasaan Lahan
|
Luas Lahan
|
Kondisi Tanah
|
Jumlah (unit)
|
||
1.
|
Dahlia
|
Milik sendiri
|
25 are
|
Subur
|
1
|
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014.
Ibu Dahlia sebagai petani dimana
lahan yang beliau olah ialah lahan miliknya sendiri dengan luas lahan 25 are
yang terdiri dari lahan padi sawah. Lahan ini cukup subur karena terletak di
pinggiran sungai Je’ne Berang. Hal sesuai pendapat Mubyarto (2010) yang mengatakan bahwa usahatani adalah
sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, keluarga tani, atau suatu
badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani pada
dasarnya adalah sebidang tanah. Selain tanah, di dalam sebuah usahatani juga
tercakup bangunan-bangunan yang dibuat diatasnya
seperti sumur, saluran irigasi, pagar untuk mengurus
ternak dan mencegahmasuknya binatang liar, gudang untuk menyimpan bahan alat
dan hasil pertanian, sebuah rumah tempat tinggal petani beserta keluarga.
III. RIWAYAT HIDUP SEBAGAI
PETANI
3.1
Masa dalam Asuhan Keluarga Pendidik
Saya
bernama Dahlia lahir pada tanggal 20 juni 1974 di Lingkungan Barua, Kelurahan
Parangbanoa, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa yang sekarang berumur 40 tahun,
saya memiliki orang tua yang mengasuh sejak kecil. Ayah bernama Dg. Basso dan
ibunya bernama Dg. Rampuh. Ayah saya telah meninggal dunia sejak 20 tahun yang
lalu.Sejak kecil
sampai dewasa, saya
diasuh oleh kedua orang tua saya saya,
namun dari umur 2 tahun sampai 10 tahun saya sempat diasuh oleh tante yang bernama
Daeng Tommpo.
Kedua orang tua saya tidak memiliki latar belakang pendidikan karena mereka
tidak pernah mengenyam pendidikan. Alasannya karena masalah ekonomi keluarga
yang serba kekurangan sehingga kedua orangtua saya tidak bersekolah. Ayah saya adalah
seorang petani, yang menggarap sawah miliksendiri bahkan beliau juga
biasa menggarap lahan milik orang lain . saya
adalah anak ke-4 dari 8 orang
bersaudara. Kedua orang tua saya
mendidik saya dengan baik dengan tidak mengistimewakan salah
satu anaknya tetapi mereka semua sama, jika berbuat kesalahan akan di beri
teguran bahkan hukuman. Suatu contoh
saya membuat suatu kesalahan, orangtua saya tidak langsung memberikan hukuman
tetapi tetapi orang tua bertanya terlebih dahulu apa kesalahan yang saya lakukan.
Kedua orang tua saya tidak pernah marah dengan alasan yang tidak jelas.
Beliau selalu menginginkan anak-anaknya
dapat berbakti kepada orangtuanya agar kelak dapat menjadi orang yang baik dan
taat kepada orangtuanya. Semenjak kecil saya pernah diasuh oleh oleh orang lain
yaitu tante saya sendiri. Hal ini di sebabkan karena keinginan dari tante saya
yang ingin mengasuh dan menjaga saya dari umur 2 tahun sampai berumur 10 tahun,
sebab beliau tidak memiliki seorang anak perempuan. Namun selebihnya itu saya
kembali di asuh oleh kedua orang tua saya sendiri. Selain itu, kedua orang tua
saya masih mampu mengasuh anak-anaknya walaupun juga harus bekerja mencari
nafkah.
3.2 Masa
Pendidikan di Luar Rumah
Pada umur 6 tahun, saya
memasuki bangku sekolah dasar yaitu SD Talang-Talang pada tahun 1980. Ketika
bersekolah di SD Talang-talang saya menempuh perjalanan kesekolah dengan
berjalan kaki. Berbeda ketika saya bersekolah di SMP 1 Palangga, saya menempuh
perjalanan menggunakan angkutan umum. Selanjutnya ketika duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas saya bersekolah di
Sombaopu. Setelah melanjutkan studi di bangku sekolah menengah atas saya tidak
melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena masalah ekonomi
keluarga yang serba kekurangan sehingga menjadi faktor penghambat untuk mencapai tingkat pendidikan yang tinggi.
Saya hanya sering di berikan nasehat dari orangtuanya agar selalu menjadi anak
yang baik dan taat kepada kedua orangtua. Pada saat teman-teman saya
melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi , saya justru membantu orang
tua saya mengolah lahan pertaniannya baik itu di sawah maupun di kebun yang
mereka miliki. Soma Daeng Lurang hanya membantu orangtuanya mencari nafkah
untuk kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya.
Selama duduk dibangku
sekolah, saya termasuk anak yang pendiam, karena setiap jam setiap jam
istirahat saya selalu tinggal di dalam kelas dan kekantin hanya sekedar jajan
saja. Selain itu, selama duduk dibangku sekolah hanya sebagian guru yang saya
ingat yang sangat memberikan pengaruh dalam hidup. Yang pertama yaitu Bapak
Latif yang merupakan guru matematika
saya ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Saya sangat mengingat beliau
karena beliau sangat lucu ketika memberikan penjelasan materi. Selain Bapak
Latif, guru yang saya sangat ingat yaitu Bapak Sabir Yusuf yang merupakan guru
saya ketika masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Ketika SMP, saya
masuk dijurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Bapak Sabir Yusuf merupakan guru
fisika, saya mngingat beliau karena beliau termasuk guru yang sangat bersahabat
dengan siswa-siswanya. Selain itu, guru yang paling saya ingat ketika duduk
dibangku sekolah menengah atas yaitu Bapak Nasir Dg. Empo beliau merupakan guru
Bahasa Indonesia, beliau sangat saya ingat karena ketika beliau menjelaskan
suatu materi beliau tidak akan beralih ke materi lain apabila siswanya belum
mengerti selain itu, beliau juga sangat sering memberikan tugas-tugas kepada kami
setiap kali masuk kelas.
3.3
Masa Pengalaman Mencari Nafkah
Sejak umur 10 tahun, saya
telah diajarkan membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan terutama dalam
bidang pertanian. Pekerjaan sayasehari-hari yaitu membantu ibu dirumah dan
sesekali membantu ayahbekerja disawah sesuai dengan kemampuan saya namun sebelumnya
saya telah diajarkan mengenai cara-cara mengeloah sawahnya. Selain itu, ejak
umur 12 tahun saya juga diajarkan membantu keluarga maupun orang lain pada saat
memanen padinya. Hal tersebut sangat saya sukai karena ketika musim panen tiba
ketika saya membantu, merekan saya upah atas pekerjaan yang saya lakukan. Namun
setelah saya dewasa dan dan mengingat ayah saya yang telah meninggal, saya
menggarap sawah warisan dari ayah dengan menanam padi yang sesuai dengan
musimnya. Ketika saya benar-benar menekuni pekerjaan saya bertani, saya menjadi
bersemangat untuk mengolah lahan ayah saya sampai sekarang walaupun banyak
sekali tantangan yang harus saya lewati, baik dalam kegagalan maupun hal lainya
guna memperoleh hasil produksi yang lebih baik.
Selama masa pengalaman
mencari nafkah, banyak hal yang dapat saya peroleh pelajaran dari setiap
pengalaman pekerjaan saya mulai dari membantu orangtua mengolah lahan
pertanian, membantu orangtua pada saat musim panen hingga pada saat membantu
ibu mengolah lahan. Dari semuanya itu, yang paling memberikan kepuasan yaitu
ketika membantu
ayah dalam mengolah lahan pertanian yaitu pada saat membajak sawah menggunakan kerbau dan saya di punggungnya. Aktivitas tersebut sangat memberikan kepuasan karena sayasangat menikmati pekerjaan tersebut
ayah dalam mengolah lahan pertanian yaitu pada saat membajak sawah menggunakan kerbau dan saya di punggungnya. Aktivitas tersebut sangat memberikan kepuasan karena sayasangat menikmati pekerjaan tersebut
3.4
Masa Pembentukan Prokreasi
Saya berumur 40 tahun,
dengan usia saya yang sekarang seharusnya saya termasuk ibu yang berkepala
empat, namun hal tersebut justru tidak memungkinkan karena saya belum berumah
tangga. Hal tersebut dikarenakan tidak ada yang menjaga orangtua saya yang
tinggal satu-satunya, selain itu saya juga menjaga ketiga keponakan saya yang
telah di tinggalkan oleh kedua orang tuanya karena meninggal dunia. Sehingga
saya harus tinggal bersama ibu saya.
Dalam menjalani kehidupan sampai sekarang, sudah banyak suka
duka yang saya rasakan bersama dengan
ibu saya, baik itu dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dan membiayai
sekolah untuk keponakan-keponakan. Untuk masalah mencari nafkah seperti
sekarang kebutuhan hidup saat ini sudah sangat susah melihat seperti sekarang
semua barang serba mahal. Namun saya patut bersyukur karena beras yang
merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia tidak lagi saya beli dari pasar
karena telah mampu menghasilkan beras sendiri dari lahan yang saya miliki.
Dengan luas lahan sekitar 25 are, saya mampu menghasilkan 10 karung gabah
setiap musim panen. Dengan 10 karung gabah tersebut mampu menghidupi keluarga
untuk makan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan yang lain.Untuk pendidikan keponakanya.
3.5
Masa Proyeksi Masa Depan
Pekerjaan
sehari-harisaya dari kecil sampai sekarang adalah membantu orang tua untuk
mengelolah sawah dan membantu orang lain dalam memanen padinya. Selain itu,menggarap sawah milik sendiri yang
merupakan warisan dari orang tua dan
lahan untuk di Tanami sayuran kacang hijau sebagai peralihan lahan. Gambaran
yang di cita-citakan terhadap keluarga saya di masa akan datang ialah saya
menginginkan ada perubahan dalam hidup saya dan keluarga. Saya tidak pernah
menginginkan status dalam masyarakat. Tetapi saya lebih menginginkan perubahan
dalam ekonomi keluarga dan perubahan dalam lingkungan sendiri khususnya pada
Lingkungan Barua.
Selain itu, menginginkan
agar keponakan-keponakanya dapat menjalin hubungan sosial yang baik dengan
masyarakat sekitar agar mereka dapat saling membantu dan bekerja sama. Dalam
bersosialisasi dengan masyarakatagar keadaan yang baik ini dapat tetap terjaga.
Berharap agar keadaan keluarga sayaakan lebih baik dan semoga masa depan
keponakan-keponakanya cerah dengan cita-cita yang diinginkan tercapai. Saya
juga berharap agar keponakan-keponakan saya nanti dapat memperbaiki nasib
keluarga saya dengan memiliki pekerjaan yang lebih baik.
IV.
MAKNA KERJA SEBAGAI
PETANI
Pekerjaan
adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan
dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja
seseorang akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari
hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab
itu, uang tersebut harus berasal dari hasil kerja yang halal. Bekerja yang
halal adalah bekerja dengan cara-cara yang baik dan benar (Luci, 2014).
Lahan yang
dijadikan sebagai tempat kerja petani. Petani sering memaknakannya dalam empat
kategori, diantaranya petani memaknakan lahannya sebagai makna intrumental,
makna sosial, makna intrinsik, dan makna ekspresif. Maka, dapat disimpulkan
bahwa lahan yang digunakan petani memiliki makna yang berbeda-beda tergantung
bagaimana interaksi seorang petani terhadap pekerjaan yang digelutinya. Apabila
pemaknaan tersebut ditinjau dari pandangan petani secara umum dapat dilihat
dari mata pencaharian dan tempat tinggalnya yang berada di pedesaan,
menunjukkan bahwa kehidupat petani sangat erat dengan lahan yang digelutinya
sebagai tempat bercocok tanam (Effendi, 2009).
Dalam melakukan proses dan pengembangan
kegiatan usahatani, Dahlia bekerja dengan mencerminkan keempat makna
kerja, yaitu makna instrumental, makna
sosial, makna ekspresif, dan makna intrinsik.
1.
Makna Instrumental
Makna
instrumental adalah makna yang muncul ketika seseorang
memahami/mengartikan pekerjaan yang ia lakukan sebagai alat. Instrumen di dalam memperoleh penghasilan
baik dalam bentuk upah maupun dalam bentuk harga. Makna
instrumental memandang usahatani sebagai alat untuk memperoleh pendapatan dan
keamanan dalam rangka pemenuhan jasmani dalam suatu pekerjaan yang
meliputi, mendapatkan pendapatan yang maksimal, mendapatkan pendapatan
yang memuaskan, mengamankan pendapatan demi untuk masa depan, memperluas usaha,
dan menciptakan kondisi kerja yang serasi.
Dahlia berprofesi sebagai
seorang petani. Dahlia sebagai petani dan memiliki tanggungan keluarga yang
berjumlah tiga orang keponakanya yang masih sekolah dengan satu orang ibunya.
Hal ini yang memotifasi Dahlia untuk mendapatkan penghasilan yang dapat
membantu memenuhi segala keperluan dari kebutuhan diri serta keluarga.
Sehingga, Dahlia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Dahlia sebagai petani yang bertani untuk konsumsi rumah tangga dan konsumsi
keluarga sendiri.
2.
Makna Sosial
Makna sosial adalah makna yang muncul bila seorang petani
dalam melakukan tindakan usahataninya lebih menunjukkan untuk memperbaiki
status sosialnya dalam masyarakat, memperluas hubungan-hubungan sosialnya, dan
memperoleh penghargaan dalam masyarakat, atau untuk mewarisi pertanian orang
tuanya. Makna sosial juga terbukti dari Dahlia tidak mampu menerima pekerjaan sampingan
akibat menekuni pekerjaanya sebagai petani.
ketika di Lingkungan Barua pekerjaan seperti gotong-royong dan
pembangunan Dahlia turut aktif didalamnya dan berbaur dengan masyarakat lainnya untuk membantu
mengerjakan suatu kegiatan. Dalam hal ini saya juga membagun makna sosial
dengan masyarakat di lingkungan tersebut serta dengan petani-petani yang lain.
3.
Makna
Ekspresif
Makna ekspersif merupakan salah satu tindakan yang timbul
dari dalam diri seseorang mengenai suatu hal yang telah membuat hatinya senang.
Hal ini sebagai pengekspresian diri berupa menunjukkan siapa dirinya, apa jati
dirinya. Begitupula seorang petani, ia mengekspresikan betapa cintanya kepada
lingkungan dan pekerjaannya, serta terimah kasihnya kepada Tuhan.
Pemaknaan ekspresif seorang petani mengartikan
keterlibatannya dalam usaha tani sebagai bagian dari upaya mengekspresikan
dirinya. Dimana seorang petani mengolah lahan pertaniannya, menyemai bibit,
menata pematang hingga memanennya. Hal tersebut merupakan salah satu ekspresi dari
pikirannya. Dahlia senang atas apa yang beliau kerjakan sebagai seorang petani, karena pekerjaan
sebagai petani merupakan hal yang baik. Dimana saya dapat berkarya dengan
sendirinya dan dapat membebaskan pikiran saya dari hal negatif.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dahlia memaknai pekerjaannya sebagai seorang petani dengan makna ekspresif karena
selain usaha tani menjadi penopang hidup keluarga dan kesehari-harianya. Akan tetetapi Dahlia juga dapat memaknai pekerjaannya untuk memanfaatkan sebagai
tempat untuk mengekspresikan diri.
4. Makna Intrinsik
Makna intrinsik adalah makna yang terkait dengan keadaan dimana sebagai seorang petani
melaksanakan kegiatan usahataninya dengan apresiasi pada proses usahatani itu
sendiri. Makna kerja yang berorientasi intrinsik memandang bahwa kegiatan
usahatani sebagai sesuatu yang hakiki, yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seseorang. Disamping itu, juga menganggap pilihan karena kesehatan,
kesenangan akan tugas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab, dan mendapatkan
kebebasan, baik dari pengawasan atasan maupun pengaturan waktu.
Dahlia juga memaknai pekerjaan yang dilakukan dalam kegiatan
usahatani sebagai makna intrinsik karena adanya makna yang terkait dengan
keadaan dimana beliau sebagai seorang petani yang melaksanakan kegiatan
usahatani dengan apresiasi pada proses usahatani itu sendiri. Disamping itu,
kegiatan usahatani yang Dahlia lakukan merupakan pekerjaan yang dapat memberikan kebebasan dan pengalaman
tersendiri. Betapa tidak, dalam proses pengembangan usahatani, Dahlia tidak mendapat tekanan dari atasan seperti yang terjadi
pada orang yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan. Selain hal tersebut,
pengaturan waktu untuk memulai kegiatan perawatan dan pengembangan komoditas
pertanian yang sedang dibudidayakan juga tidak mengguanakan dan membutuhkan
penekanan waktu kerja.
Berdasarkan
unsur-unsur diatas, menurut saya, makna
yang sangat berkaitan dengan kasus responden yaitu makna instrumental karena Ibu Dahlia lebih mengutamakan pekerjaannya sebagai petani
yang menjadikan pekerjaannya sebagai alat untuk mendapatkan penghasilan untuk
membiayai keluarganya. Juga, Ibu Dahlia menjadikan usahataninya sebagai motivasi dalam bekerja
untuk memperoleh pendapatan yang bayak. Tanpa bertani, Ibu Dahlia bersama keluarganya mungkin tidak dapat lagi bertahan
hidup. Disamping
itu, usia Ibu Dahlia masih berada pada usia produktif sehingga Ibu Dahlia masih bisa beralih pada pekerjaan lain.
0 comments:
Post a Comment