Popular Posts

Sunday, April 3, 2016

Laporan Sosiologi Pertanian

Laporan  Sosiologi Pertanian “Petani Penunjang Hidup Keluargaku”

1.   EKOLOGI KEHIDUPAN
1.1      Kondisi Geografis
           Praktek lapang mata kuliah Sosiologi Pertanian ini dilaksanakan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Luas wilayah ini adalah ± 424,30 Ha yang terbagi atas empat lingkungan yaitu Lingkungan Barua, Lingkungan Tattakkang, Lingkungan Palaraka dan lingkungan Parangbanoa, terdiri dari 16 RW dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 sebanyak 2.808 jiwa dan mayoritas pencaharian di sektor pertanian, berkebun dan berternak. Jarak dari Ibu kota Kecamatan 5 km,  Ibu Kota
Kabupaten 7 km dan Ibu Kota Provinsi 12 km. Hal ini, menyebabkan daerah ini cukup strategis. Sesuai dengan arahan rencana pembangunan kawasan pendidikan, maka Kelurahan Parangbanoa akan terletak diantara Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dan  Kampus IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri). Selain itu, kelurahan Parangbanoa akan dilalui Jalan lingkar (Ring road) Mamminasata yang menghubungkan antara kota Makassar, Maros, Kawasan wisata Malino. Sebab, berbatasan langsung dengan kawasan pendidikan Samata-Bonto Metropolitan Mamminasata.
Kelurahan Parangbanoa ini terletak antara 5⁰14’56, 65” LS dan 11929’ 05. 54” BT dan secara administratif berbatasan dengan: Sebelah Utara berbatasan dengan sungai Je’ne’ Berang dan Kecamatan Bontomarannu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampili
 
dan Toddotoa, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kampili
dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tetebatu dan Desa Pallangga. Kelurahan Parangbanoa telah terbentuk sejak 1979.
Adapun sejarah terbentuknya Kelurahan Parangbanoa secara administratif merupakan hasil pemekaran dari Kelurahan Tetebatu  yang terbentuk pada tahun 1994 hingga saat ini, sekitar 20 tahun yang lalu. Sedangkan untuk Kepala Lingkungan Parangbanoa bernama Bapak Ahmad Hamid. Pada tahun 1960 sejak adanya Kelurahan Parangbanoa, kepala kelurahan di setiap lingkungan telah ada, namun belum mempunyai pola dan struktur tertentu. Masa jabatan tahun tersebut belum terlalu formal sehingga tidak terbentuk struktur organisasi yang jelas. Sekitar tahun 1996 barulah ada pemilihan lurah yang bersifat formal, yaitu:
1.       Chalik Adam Daeng Bella
Bapak Bella merupakan kepala Kelurahan yang pertama kali memimpin Kelurahan Parangbanoa dengan masa jabatannya selama satu periode pemerintahan, yaitu pada tahun 1996-2000. Di masa kemimpinannya, kelurahan Parangbanoa belum mengalami perkembangan pesat dan masih sangat terbelakang bila dibandingkan daerah perkotaan. Jumlah penduduk pada saat itu masih kurang.
2.       Paharuddin
Setelah masa kepemimpinan Bapak Bella berakhir, maka kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan kepada Bapak Paharuddin. Dalam kepemimpinannya, Kelurahan Parangbanoa mulai mengalami peningkatan. Selain itu, Bapak Paharuddin memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat setempat. Masa kepemimpinannya berlangsung selama satu periode, yaitu dari tahun 2000–2004.
3.       Subair Usman
Setelah masa kepemimpinan Bapak Paharuddin berakhir, maka kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan kepada
Bapak Subair. Dalam masa kepemimpinannya, Kelurahan Parangbanoa terus mengalami peningkatan. Masa kepemimpinannya juga berlangsung selama satu periode, yaitu dari tahun 2004-2008.
4.        H. Muhammad Darwis, SH.
Setelah masa kepemimpinan Bapak Subair berakhir, maka kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan kepada  Bapak H. Darwis yang menjabat dari tahun 2008-2014. Di masa kepemimpinannya, berlangsung dua periode banyak dilakukan pembangunan di kelurahan
Parangbanoa salah satunya adalah
jalanan. Sumber daya alam yang dimiliki Kelurahan Parangbanoa merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi wisata.
1.2      Pola Penggunaan Lahan
Dalam kehidupan masyarakat, telah mempunyai arti dan kedudukan yang amat penting dalam setiap kegiatan pembangunan, Penetapan penggunaan lahan pada umumnya didasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya. Namun, ada juga yang memiliki lahan karena pembelian dan perkawinan (warisan). Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono (2009), bahwa usaha pemilikan tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mendapatkan bantuan/hadiah, warisan,
 perkawinan dan pembelian.
Setiap petani memiliki kondisi lahan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tanah atau lahan sendiri untuk digarapnya sendiri pula. Ada pula yang memiliki lahan sendiri akan tetapi dalam penggarapannya dia mempercayakan orang lain yang melakukannya dengan sistem bagi hasil. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan faktor utama dalam usaha tani, hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat tinggalnya.
Berdasarkan data sekunder, penggunaan lahan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dibedakan menjadi sawah, ladang, pemukiman, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1, berikut
Tabel 1. Pola Penggunaan Lahan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
No.
Peruntukan
Luas (Ha)
Persentase (%)
Keterangan
1.
Persawahan
212,30
50
Lahan Pertanian
2.
Hutan Campuran
172,57
46,65
Lahan Pertanian
3.
Peternakan
5,26
1,24
Lahan Pertanian
4.
Pemukiman
30,98
7,30
Lahan non Pertanian
5.
Lain-lain
3,46
0,81
Lahan non Pertanian
Jumlah
424,57
100

Sumber: Data Sekunder, 2014.

   Berdasarkan tabel 1 tersebut diatas dapat kita lihat, penggunaan lahan dibedakan menjadi lahan pertanian dan lahan non pertanian dimana lahan pertanian tersebut digunakan untuk sawah dengan luas 212,30 Ha, hutan campuran 172,57 Ha dan peternakan ayam seluas 5,26. Adapun untuk lahan non pertanian meliputi penggunaan untuk permukiman seluas 30,98 Ha dan lahan lain seperti galian seluas 3,46 Ha. Dari data tersebut diketahui bahwa prioritas penggunaan lahan penduduk di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa yaitu untuk lahan pertanian.
1.3      Keadaan Penduduk
Penduduk di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa cenderung berasal dari suku Bugis-Makassar dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Makassar. Meskipun demikian terdapat beberapa orang yang bisa menggunakan Bahasa Indonesia. Terdapat beberapa komunitas yang ada di Kelurahan Parangbanoa seperti GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani), IRMA (Ikatan Remaja Mesjid Parangbanoa), LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), Kelompok tani yang ada di Kelurahan Parangbanoa, dan Majelis Taklim. Komunitas yang aktif di Kelurahan Parangbanoa yaitu hanya GAPOKTAN dan Kelompok Tani. Sedangkan pada komunitas lain, kegiatannya tidak terlalu aktif seperti GAPOKTAN dan Kelompok Tani.

Mayoritas penduduk di Kelurahan Parangbanoa merupakan penduduk asli Makassar. Komposisi warga komunitas dilihat dari mata pencaharian dominan bekerja sebagai petani. Petani merupakan
pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Kelurahan Parangbanoa karena profesi tersebut merupakan profesi turun temurun dari generasi sebelumnya. Sebagian masyarakat Kelurahan Prangbanoa tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Golongan ini terdapat pada usia 40 tahun ke atas. Oleh karena itu, bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Kelurahan Prangbanoa  sehari-hari dominannya adalah bahasa Makassar.
            Berdasarkan data sekunder, penduduk Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat di kelompokkan menurut umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut.
1.3.1   Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
  Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin dikaitkan pula dengan aspek gender, karena terjadi diferensiasi peran sosial yang dilekatkan pada masing-masing jenis kelamin. Pada masyarakat yang mengenal "machoisme", umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara maskulin ("jantan" dalam bahasa sehari-hari) dan perempuan berperan secara feminin. Sebagai contoh, tidak ada tempat bagi seorang laki-laki yang sehari-harinya mencuci piring/pakaian karena peran ini dianggap dalam masyarakat itu sebagai peran yang harus dilakukan perempuan (peran feminin).
Berdasarkan data sekunder, penduduk Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat di kelompokkan menurut jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2, berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
No.
Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Persentase   (%)
1.
Laki-Laki
1.354
50,95
2.
Perempuan
1.454
40,05
Jumlah
2.808
100
Sumber: Data Sekunder, 2014.
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Parangbanoa adalah 2.808 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 1.353 jiwa (50,95%) dan perempuan sebanyak 1.454 jiwa (40,05%). Jumlah penduduk yang demikian itu dapat menjadi sebuah potensi bagi desa tersebut, utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja.. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) yang mengatkan bahwa tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang produktif yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan suatu pekerjaan atau produk tertentu. Pada umumnya laki-laki memiliki kemampuan kerja lebih besar dibandingkan perempuan. Umumnya perempuan hanya bekerja di luar mencari nafkah seperti mengurus rumah dan anak. Jumlah penduduk yang demikian itu dapat menjadi sebuah potensi bagi daerah tersebut, utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja. Namun yang merupakan hal biasa di masyarakat bahwa tenaga kerja laki-laki adalah lebih besar penilaiannya dibanding tenaga kerja perempuan. Akan tetapi meskipun menghadapi kenyataan yang demikian, masing-masing mempunyai spesialisasi dalam pekerjaannya. Hal ini dijelaskan oleh Soekartawi (2009) yang menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin apalagi dalam proses produksi pertanian.
1.3.2   Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Menurut Mubyanto dalam buku pengantar ekonomi pertanian edisi lima, 2010 bahwa aspek ekonomi desa dan peluang kerja berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat desa. Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat  baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha-usahanya. Penilaian tentang penduduk suatu daerah atau wilayah dapat dilakukan dengan menganalisis data penduduk dari segi mata pencaharian. Menurut Nazarwin (2012) dinyatakan bahwa mata pencaharian merupakan objek dari individu, kelompok ataupun masyarakat dalam rangka mencari pendapatan untuk pemenuhan biaya kebutuhannya. Berdasarkan pernyataan ini, maka disimpulkan bahwa mata pencaharian yang beragam akan menunjukkan bahwa individu dalam suatu kelompok masyarakat adalah beragam. Ada yang bekerja sebagai buruh bangunan dan petani.
Berdasarkan data sekunder jumlah penduduk Kelurahan Parangbanoa dapat dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian, untuk lebih jelasnya  dapat dilihat pada tabel 3, berikut:
Tabel 3.    Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di
Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
No.
Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
Petani
1124
40
2.
Peternak
219
7,8
3.
PNS
31
1,1
4.
Wiraswasta
56
2
5.
Buruh Bangunan
470
16,7
6.
Pegawai Swasta
50
1,8
7.
Pedagang
25
0,9
8.
Belum terdata
833
29,7

Jumlah
2.808
100 %
Sumber: Data Sekunder, 2014.
Berdasarkan data pada Tabel 3 yang menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Parangbanoa, terdapat 1124 jiwa penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian dengan persentase sebesar 40%, 219 jiwa penduduk yang berprofesi sebagai seorang peternak dengan persentase  7,8%, 31 jiwa penduduk yang berprofesi sebagai seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan persentase sebesar 1,1%, 56 jiwa penduduk berprofesi sebagai wiraswata dengan persentase sebesar 2%. 470 jiwa penduduk berprofesi sebagai buruh bengunan dengan presentase sebesar 16,5%, 50 jiwa penduduk yang berprofesi sebagai pegawai swasta dengan presentase sebesar 1,8%, 25 jiwa penduduk yang berprofesi sebagai pedagang dengan presentase 0,9%, sedangkan 833 jiwa penduduk lainnya belum terdata dengan presentase 29,7%. Di Kecamatan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa ini sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai seorang petani untuk memnuhi kebutuhanya.
1.3.3    Penduduk Berdasarkan Tingkat  Pendidikan
  Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan individu. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek lainnya terhadap interaksi sosial. Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para petani merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya. Walaupun seseorang memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan pengetahuan maka usaha yang dikelola tidak akan mengalami peningkatan, dimana makin tinggi tingkat pendidikan petani maka makin banyak pula informasi-informasi yang dapat dicerna sehubungan dengan peningkatan produksi usahataninya. Hampir segala sesuatu yang kita alami merupakan hasil hubungan kita di rumah, sekolah, tempat pekerjaan dan sebagainya Nasution (2010). Berdasarkan data sekunder tahun 2014, jumlah penduduk Kelurahan Parangbanoa dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4, berikut ini:



Tabel 4.  Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, 2014.
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
S2
1
0,04
2
S1
11
0,4
3
D3
3
0,10
4
D2
9
0,34
5
D1
1
0,04
6
SMA
190
6,8
7
SMP
257
9,2
8
SD
617
21,98
9
Sekolah Rakyat
1
0,04
10
Masih Kuliah
72
2,6
11
Masih SMA
107
3,8
12
Masih SMP
149
5,3
13
Masih SD
263
9,4
14
Masih TK
17
0,5
15
Belum sekolah
154
5,5
16
Tidak Sekolah
813
28,8
18
Belum Terdata
143
5,1
Total
2808
100%
Sumber: Data Sekunder, 2014.
Pada tabel 4, warga Kelurahan Parangbanoa yang memiliki tingkat pendidikan hingga sekolah rakyat  berjumlah 1 orang atau 0,04% dari total populasi penduduk. Untuk warga dengan jenjang pendidikan hingga S2 berjumlah 1 orang atau 0,04% dari total jumlah penduduk. Adapun warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga S1  berjumlah 11 orang atau 0,4% dari total populasi penduduk. Untuk warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga D3 berjumlah 3 orang atau 0,10% dari total populasi. Warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga D2 berjumlah 9 orang atau 0,34% dari total populasi. Warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga D1 berjumlah 1 orang atau 0,04% dari total populasi. Warga  yang memiliki jenjang pendidikan hingga SMA berjumlah 190 orang atau 6,8% dari total populasi. Warga  yang memiliki jenjang pendidkan hingga SMP berjumlah 257 orang atau 9,2%dari total populasi. Warga yang memiliki jenjang pendidikan hingga SD berjumlah 617 orang atau 21,98% dari total populasi. Warga  yang sementara kuliah berjumlah 72 orang atau 2,6%. Warga  yang sementara SMA berjumlah 107 orang atau 3,8%. Warga  yang sementara SMP berjumlah 149 orang atau 5.3%. Warga  yang sementara SD berjumlah 263 orang atau 9,4%. Warga  yang sementara TK berjumlah 17 orang atau 0,64%. Warga  yang belum sekolah berjumlah 154 orang atau 5,5%. Warga yang tidak bersekolah berjumlah 813 orang atau 28,8% dari total populasi. Sedangkan warga yang belum terdata berjumlah 143 orang atau 5,1% dari total populasi di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk kelurahan Parangbanoa memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan yang diperoleh penduduk di Kelurahan Parangbanoa beragam pada jenjangnya masing-masing. Berdasarkan tingkat atau jenjang pendidikan yang telah ditamatkan penduduk dapat dikelompokkan dalam tingkat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Pengelompokkan ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya tingkat pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang memberi pengaruh besar terhadap kehidupannya. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya.
1.4         Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses  menyelesaikan kegiatan.  Adapun prasarana adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan pelaksanaan proses kegiatan. Secara Etimologis (bahasa) Prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan (Aldha, 2012)
Suatu wilayah dapat dikatakan mengalami perkembangan jika wilayah tersebut mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, sehingga penduduknya dapat menggunakannya sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Sarana dan prasarana tersebut antara lain sarana perhubungan, peribadatan, pemukiman dan pendidikan. Lancarnya perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah sarana dan prasarana yang terdapat pada daerah tersebut, baik sarana bangunan maupun sarana perhubungan. Jika suatu  daerah mempunyai sarana yang memadai serta ditunjang oleh sumber daya alam yang cukup, maka kegiatan pertanian atau perekonomian pada daerah tersebut berjalan lancar.

Sarana perhubungan dan komunikasi dapat membantu  mempercepat informasi segala macam yang berhubungan dengan pertanian. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan dan keagamaan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang berpendidikan disertai dengan ketekunan dalam menjalankan ibadah merupakan syarat utama dalam pembangunan nasional. Sarana di bidang kesehatan sangat diperlukan  dalam mengelola usahatani agar dapat berjalan lancar.
1.4.1   Sarana Pendidikan
   Tirtarahardja dalam Basrowi, 2010 mengatakan bahwa pendidikan sekolah sangat diperlukan untuk mencapai sumber daya yang berkualitas.  Dalam Pembangunan yang mengarah pada era Industrialisasi perlu dikembangkan suatu model (sistem) pengelolaan pembangunan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemampuan mereka untuk dapat memasuki lapangan pekerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, sehingga perlu ditetapkan mutu keterampilan kerja pada jenjang jabatan atau produksi.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang pengetahuan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya sarana pendidikan seperti sekolah baik itu TK, SD, SMP dan SMA, agar masyarakat dapat memperoleh pengetahuan yang tidak hanya didapatkan dari orang tua saja (turun menurun) tetapi didapatkan dari sekolah formal dan juga masyarakat dapat mengetahui perkembangan   dunia   khususnya  dalam bidang  pertanian dan pembangunan pertanian kedepanya (Yusoff, 2009).
Tabel 5.      Adapun Sarana Pendidikan yang Tersedia di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,2014.
No.
Jenis Sarana
Jumlah (Unit)
Persentase                (%)
1.
TK  (Taman Kanak-Kanak)
2
50
2.
SD (Sekolah Dasar)
2
50
3.
SMP (Sekolah Menengah Pertama)
-
-
4.
SMA (Sekolah Menengah Atas)
-
-
5.
TPA (Taman Pendidikan Al-Quran)
4
-
Jumlah
8
100
Sumber: Data Sekunder, 2014
     Pada tabel 5 menunjukkan bahwa sarana pendidikan khususnya untuk bangunan gedung SLTP , gedung SMU dan TPA di Kelurahan Parangbanoa tidak ada. Gedung Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 2 unit (50%) yaitu TK Parangbanoa, gedung Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 unit yaitu SD parangbanoa dan SD Inpres Parangbanoa (50%). Rendahnya tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Parangbanoa disebabkan karena tidak tersedianya sarana pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
1.4.2     Sarana Peribadatan
  Tempat ibadah merupakan tempat suci bagi seseorang yang menganut suatu agama dan kepercayaan masing-masing umat. Tempat ibadah juga sangat diperlukan untuk menunjang pengetahuan keagamaan seluruh masyarakat. Berdasarkan data sekunder (Yulianti, 2011). Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa memiliki beberapa tempat ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6, berikut:
Tabel  6.  Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan pallangga, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
No.
Tempat Ibadah
Jumlah (Buah)
1.
Mesjid
4
2.
Gereja
-
3.
Wihara
-
4.
Pura
-

Jumlah
4
  Sumber: Data Sekunder, 2014.
Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa kurangnya tempat-tempat ibadah yang tersedia di Kelurahan Parangbanoa. Jumlah mesjid yang terdapat sebanyak 4 buah yaitu Masjit Nurul Jihad yang berada di lingkungan Parangbanoa,  sedangkan untuk gereja  tidak terdapat di Kelurahan tersebut. Ini dapat membuktikan bahwa penduduk di Kelurahan Parangbanoa semuan penduduknya beragama Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat Soebono (2010) bahwa fungsi mesjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Mesjid merupakan rumah tempat ibadah umat muslim. Selain tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.



II.           KONDISI SOSIAL EKONOMI RESPONDEN
2.1       Karakteristik Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau flax untuk penenunan dan pembuatan pakaian ( Yulianti, 2011).
Dalam negara berkembang atau budaya pra-industri, kebanyakan petani melakukan agrikultur subsistence yang sederhana - sebuah pertanian organik sederhana dengan penanaman bergilir yang sederhana pula atau teknik lainnya untuk memaksimumkan hasil. Namun, petani mempunyai kemampuan yang berbeda antara petani yang satu dengan petani yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan. Faktor-faktor tersebut menjadi tolak ukur dalam mengidentifikasi petani dalam upaya penyebaran informasi dan inovasi kepada petani.Dengan adanya identitas petani responden maka akan memudahkan dalam menganalisis usahataninya (Anonim2 , 2014).

Tabel 7. Nama Petani Responden di Desa Parangbanoa, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
Nama
Umur (thn)
Pendidikan
Sumber Penghasilan
Jumlah Tanggungan Keluarga
Pendapatan Pertahun (Rp)
Utama
Sampingan
Utama
Sampingan
Dahlia
40
SMA
Petani
-
4
6.686.500
-
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2014.
2.1.1 Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Umur seseorang tidak bisa ditentukan oleh apapun, umur merupakan hal yang tidak diketahui kapan akan berakhir pada seorang manusia (Ervina, 2012).
Tabel 7 menunjukkan bahwa umur yang dimiliki petani responden yakni Dahlia berusia 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden masih berada dalam usia yang masih produktif yang mampu bekerja. Hal ini sesuai dengan Ervina (2012) bahwa menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif, yakni dari Umur 15-65 tahun.


2.1.2  Pendidikan
         
  Pendidikan pada umumya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Pendidikan dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu sumber formal dan sumber nonformal. Namun, dalam masyarakat primitif, tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Satiap anggota masyarakat harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kelakuan atau perilaku yang diharapkan mampu dipertanggungjawabkan agar jika tidak ada guru di lingkungan sekitar kita (Nasution, 2010).
Pendidikan dan pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh para penyuluh. Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal dapat memberikan banyak manfaat melalui interaksi sosial sehingga pengetauhuan semakin bertambah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil serta menjadi lulusan siap kerja dan siap berprestasi yang dibutuhkan oleh masyarakat (Sulaiman, 2009).
Pendidikan petani responden yakni Dahlia yaitu sampai tingkat Sekolah Menengah Atas tepatnya SMA. Dalam hal ini, pendidikan merupakan modal utama dalam melakukan segala sesuatu termasuk dalam pekerjaan.Untuk menunjang suatu pekerjaan, minimal seseorang harus dapat membaca dan menulis karena berkaitan dengan hubungan komunikasi dengan orang lain. Pendidikan merupakan modal utama dalam melakukan segala sesuatu termasukdalam pekerjaan. Untuk menunjang suatu pekerjaan, minimal seseorang harus dapat membaca dan menulis karena berkaitan dengan hubungan komunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai pendapat (Sulaiman,2009) bahwa pedidikan memberi banyak manfaat untuk menambah pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

2.1.3   Pekerjaan

  Bekerja adalah usaha menafkahi keluarga untuk menghidupi dan membesarkan anak-anak. Dengan demikian, bekerja adalah sesuatu yang mulia dan bermakna ibadah. Pekerjaan dapat melahirkan kenikmatan yang luar biasa bagi orang yang melakukannya. pengalamaan kerja sangat diperlukan dalam melakukan suatu pekerrjaan. Diperkirakan bahwa dengan pengalaman, untuk mencari kerja lebih sanggup untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai. selain itu peengalamaan kerja mengambarkan pengetahuan pasar kerja. Dengan memiliki pengalaman


 kerja yang didukung oleh tingkat pendidikan yang tinggi, maka tenaaga kerja akaan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan sesuai yang diharapkan (Sutomo, 2009).
Pekerjaan pokok Dahlia yakni sebagai petani, beliau tidak memiliki pekerjaan sampingan. Padahal pekerjaan sampingan merupakan pekerjaan yang dapat menunjang pekerjaan pokok dalam memperoleh pendapatan tambahan yang berguna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya masing-masing. Namun, ibu Dahlia tidak memiliki pekerjaan sampingan beliau hanya menghandalkan hasil dari pekerjaannya sebagai petani saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) yang menyatakan bahwa Peningkatan kualitas hidup seseorang dapat ditingkitkan dengan usaha-usaha dan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki. Maka, seseorang membutuhkan energi, keterampilan, bakat dan pengetahuan yang digunakan oleh manusia untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat.
2.1.4   Jumlah Tanggungan Keluarga
  Tanggungan keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak.Tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga yang terdiri atas pembudidayaan responden itu sendiri sebagai kepala keluarga, suami/istri, anak-anak, dan tanggungan lainnya yang tinggal seatap dan sedapur. Jumlah anggota keluarga yang besar tidak selamanya merupakan modal bagi keluarga tetapi juga dapat menjadi beban bagi keluarga sebab tidak semua anggota keluarga merupakan tenaga yang produktif. Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak (Luthfi, 2011).
Berdasarkan tabel 7, menunjukkan petani responden yakni ibu Dahlia harus memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya yang berjumlah 4 orang, dimana diantaranya adalah ibu kandungnya dan 3 orang keponakannya yang masih duduk di bangku sekolah. Kebutuhan ekonomi seseorang sangatlah penting untuk mempertahankan hidup. Hal ini sesuai dengan Widjajanta(2009) yang menyatakan bahwa kebutuhan adalah segala sesuatu yang muncul secara naluri yang sangat diperlukan oleh manusia untuk mempertahankan hidup. Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus memenuhi segala kebutuhannya. Kebutuhan manusia ini berupa barang dan jasa. Barang adalah sesuatu yang berwujud seperti makan, minum, pakaian dan perumahan sedangkan jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud seperti pendidikan dan kesehatan.


2.15   Pendapatan
  Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
          Berdasarkan tabel 7, menunjukkan bahwa petani responden memiliki jumlah pendapatan pertahun dari pekerjaan utama sebagai petani sebesar Rp. 5.919.500-, Hal ini sesuai dengan pendapat Dahlan (2009) bahwa tinggi rendahnya pendapatan seseorang sangat mempengaruhi pendapatan yang didapatkan orang tersebut.

2.2   Kondisi Sumber Daya

Sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia atau sumberdaya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia sehari-hari (Fatah, 2013).


Sumber daya adalah suatu istilah yang mencakup semua energi, keterampilan, bakat dan pengetahuan yang digunakan oleh manusia secara potensial, yang harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermnafaat (Hanafie, 2010).
Dari data sekunder, sumber daya rumah tangga Dahlia dapat dilihat pada tabel 8 :
Tabel 8. Sumber Daya Rumah Tangga Petani Responden Di Desa Parangbanoa, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
No.
Nama Responden
Sumber Daya Rumah Tangga
lain-lain
Kendaraan
Peralatan RT
Peralatan elektronik/ teknologi
1.
Dahlia
1 unit motor
1 meja
  2 lemari
2 kursi


1 Televisi
         1 mesin cuci


1 Cangkul
1 Sabit
Sumber: Data Sekunder, 2014     
Tabel 8, menunjukkan karakteristik sumber daya yang dimiliki oleh Dahlia baik alat-alat elektronik sampai perabotan rumah tangga. Dahlia memiliki peralatan rumah berupa 1 meja dan 2 lemari, dan 2 buah kursi. Peralatan elektronik/teknologi yang dimiliki yaitu sebuah televisi berukuran 14 inci, dan 1 buah mesin cuci. Adapun peralatan pertanian yang dimiliki Dahlia yaitu 1 buah cangkul, dan 8 buah sabit. Sedangkan untuk kendaraan yang dimiliki oleh ibu Dahlia yaitu 1 unit motor. Dengan peralatan yang dimiliki ibuDahlia, beliau termasuk memiliki kehidupan yang sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapatat Hanafie (2010) yang menyatakan bahwa Peningkatan kualitas hidup seseorang dapat ditingkitkan dengan usaha-usaha dan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki. Maka, seseorang membutuhkan energi, keterampilan, bakat dan pengetahuan yang digunakan oleh manusia untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat.
2.2.1   Sumber Daya Lahan
Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber daya alam sangat berguna dan membantu manusia apabila dikelola dengan baik. Sebaliknya, ia dapat menjadi sumber malapetaka bagi manusia manakala manusia tidak mampu mengelolanya dengan baik, misalnya terjadi lahan-lahan kritis, banjir, kekurangan air di musim kemarau dan lain-lain. Sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Sumber daya terkait dengan kegunaan, baik untuk masa kini maupun mendatang bagi umat manusia. Sumber daya juga terkait pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan sumber daya di manfaatkan dan aspek kelembagaan yang menetukan siapa yang mengendalikan sumber daya dan bagaimana teknologi digunakan (Hanafie, 2010 ).
Sumberdaya Lahan adalah segala sesuatu yg bisa memberikan manfaat di lingkungan fisik dimana meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya (termasuk didalamnya adalah akibat kegiatan-kegiatan manusia baik masa lalu maupun masa sekarang). misal; penebangan hutan, penggunaan lahan pertanian (Eirlangga, 2009).
Ibu Dahlia memiliki lahan pertanian yang merupakan milik pribadi. Lahan persawahan tersebut seluas 25 are. Lahan tersebut di tanami dengan padi sebagai komoditi utamanya. Lahan tersebutberada  di  Lingkungan  Barua, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Beliau sangat merawatnya dengan baik. Karena lahan ini sangat bermanfaat bagi dia dan keluarganya. Tanah yang dikuasai ataupun yang digarap oleh para petani di desa ini pada umumnya dimanfaatkan untuk bangunan rumah sebagai tempat tinggal dan  usaha tani seperti  sawah, kebun, ladang. Komoditi yang di usahakan ini sangat beraneka ragam seperti padi, kacang hijau, jagung, ubi kayu, kacang panjang, mentimun dan lain-lain. Hal ini tergantung pada jenis lahan yang di usahakan. Pengetahuan berusaha tani yang dimiliki oleh para penduduk hanya diperoleh secara turun temurun. Pengetahuan ini berupa cara pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryatmojo, (2011) yang mengatakan penetapan penggunaan lahan pada umumnya didasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya. Bentuk penggunaan lahan yang ada dapat dikaji kembali melalui proses evaluasi sumber daya lahan, sehingga dapat diketahui potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan bagi masyarakat.



2.2.2   Sumber Daya Peralatan
Peralatan merupakan berbagai alat-alat yang biasa digunakan dalam membantu aktivitas manusia, yang memiliki fungsi tertentu terutama di bidang pertanian. Sumber daya peralatan dikatakan sebagai modal tetap dalam kegiatan usahatani. Alat-alat tersebut misalnya traktor, cangkul, bajak, sabit dan lain-lain. Hal in sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) yang menyatakan bahwa kebanyakan metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian memerlukan penggunaan bahan dan alat produksi khusus seperti bibit, pupuk, dan perkakas. Pembangunan pertanian menghendaki semuanya tersedia secara lokal atau didekat pedesaan dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang mau menggunakannya.
Alat dan mesin pertanian memiliki berbagai peranan dalam usaha pertanian, antara lain meningkatkan kenyamanan dan keamanan sehingga menambah produktivitas kerja, meningkatkan kualitas hasil pertanian sehingga ketepatan dan keseragaman proses dan hasil dapat diandalkan serta mutu terjamin dan mengerjakan tugas khusus atau sulit dikerjakan oleh manusia. Selain itu pembangunan pertanian , kebutuhan yang besara akan sarana dan peralatan produksi yang harus di miliki disetiap sector pertanian lainya ( Hanafie, 2010).Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut.Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut.Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia t
Rumus untuk menghitung nilai penyusutan alat yang dimiliki petani responden adalah :
NPA= Harga Awal – Harga Akhir x ∑(Jumlah (Unit)
Umur AlatPeralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut.Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut.Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia t
Adapun sumber daya peralatan yang dimiliki oleh petani responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Sumber Daya Peralatan Petani Responden, Kelurahan Parangbanoa, Kec. Pallangga, Kabupaten Gowa, 2014.

No.

Nama Alat
Jumlah
(unit)
Nilai Baru
(Rp)
Nilai Lama (Rp)
Umur Alat
(thn)
Nilai Penyusutan Alat
(Rp)

1.

2.

3.

Cangkul

Sabit

Spayer

1

8

1

100.000

  25.000

200.000

60.000

18.000

180.000


1

3

1


40.000

18.000

20.000

78.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014.
Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut.Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut.Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup            Berdasarkan tabel di atas Ibu Dahlia memiliki beberapa sumber daya peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantunya bekerja sebagai petani yang berguna bagi proses usahataninya. Jenis peralatan yang dimiliki oleh Ibu Dahlia terdapat 2 jenis yang terdiri dari satu buah cangkul dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 40.000,- dengan umur alat 1 tahun, delapan buah sabit dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 18.000,- dengan umur alat 3 tahun, sedangkan 1 buah sprayer dengan nilai penyusutan alat sebesar 20.000 dengan umur 1 tahun. Cangkul tersebut digunakan untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput ataupun meratakan tanah dan sabit biasanya digunakan saat panen padi. Pemanenan dengan sabit bergerigi dimaksudkan agar batang padi yang dipotong tidak terlalu keras guncangannya, sehingga gabah tidak rontok dan tercecer. Hal ini sesuai pendapat Ahira (2010) yang mengatakan bahwa untuk menggunakan hasil pertanian peralatan dan mesin pertanian adalah solusinya. Dengan penggunaan teknologi yang tepat guna setiap proses dalam pertanian akan menghemat banyak waktu dan biaya serta hasil yang di perolah juga akan maksimal.
2.2.3   Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja)
            Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan di bidang pertanian adalah menyangkut Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman tentang pertanian pada para petani (Ahira, 2010).
            Petani responden yaitu Ibu Dahlia mengerjakan proses produksi usahataninya dibantu oleh anggota keluarganya yaitu saudara dan ketiga keponakannya. Ibu Dahlia tidak pernah memberikan upah kepada saudara dan ketiga keponakanya karena mereka ikhlas membantu Ibu Dahlia demi untuk kelangsungan hidup mereka sendiri, selain itu beliau juga saling membantu satu dengan yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat 
Firdaus (2012) bahwa t
enaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Pada umumnya, petani tidak bekerja sendiri, tetapi dibantu oleh keluarga dalam mengelola usaha taninya. Tenaga kerja dalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usaha tani yang sangat tergantung pada musim. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha tani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri, maka tidak perlu mengupah tenaga luar yang berarti menghemat biaya untuk usaha taninya.
2.2.4   Sumber Daya Finansial
Sumber daya finansial adalah sumber daya yang berhubungan dengan pendanaan usaha tani. Dalam hal ini, aktivitas finansial menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan jangka panjang. Manajemen finansial merupakan proses untuk memperoleh dan mengelola sumber daya keuangan pada proyek atau pekerjaan yang di geluti oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, terutama pada penghasilan dari sumber daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas untuk proyek konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya. Cash flow atau arus kas adalah penggambaran jumlah kas masuk (penerimaan kas) dan jumlah kas keluar (pengeluaran kas) dalam suau periode tertentu (Suratiyah, 2010).
Adapun sumber daya Finansial yang dimiliki oleh petani responden di Lingkungan Parangbanoa, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel berikut:



Tabel 10.    Pendapatan Usahatani yang dimiliki Petani Responden di Lingkungan Parangbanoa, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2014.
No.
Uraian
(1)
Jumlah Satuan
(2)
Harga
(Rp)
(3)
Jumlah
(2x3=4)
1.

I.  Pendapatan Usahatani Padi
-     Biaya Variabel
1.   Benih Padi
2.   Pupuk
-       Urea
3.   Pestisida
Total Biaya Variabel Padi

2000 karung

5 bungus

1 karung
12 ltr

3.600/kg


55.000/bungkus

95.000/karung
10.000/ltr
7.200.000

275.000

95.000
120.000

490.000

2.
Biaya Tetap
-       Pajak
-       NPA
-       Sewa traktor
-       Biaya bahan bakar traktor
Total Biaya Tetap

25 are

2 kali
5 ltr

1.500/are

200
5.500/ ltr

37.500
78.000
400.000
275.000

790.500
3.
Total Biaya


1.280.500
4.
Pendapatan Bersih
7.200.000 – 1.280.500 = 5.919.500
Sumber: Data Primer setelah diolah,  2014.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa, pendapatan usahatani padi ibu Dahlia dalam dua kali panen sebesar Rp 5.919.500,- dan adapun biaya-biaya yang dikeluarkan untuk produksi ialah biaya variabel padi sebesar Rp 490.000,- dan total biaya tetap sebesar Rp 790.500,- sehingga total biaya yang dikeluarkan oleh adalah sebesar Rp 1.280.500,-. Pada akhirnya pendapatan bersih yang didapatkan ibu Dahliadalam satu tahun sebesar Rp 5.919.500,-. Pendapatan bersih yang didapatkan ibu Dahlia merupakan pendapatan yang ia dapat setelah total penerimaan dari penjualan produksi usahataninya dikurangi dengan jumlah biaya yang

 dikeluarkan untuk produksi usahataninya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) bahwa pendapatan adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.
2.3       Proses Produksi Usahatani
Proses produksi yang dilakukan oleh tiap petani sebagiannya didukung oleh beberapa faktor produksi diantaranya, yaitu: modal, lahan, tenaga kerja dan teknologi dalam usahataninya termasuk Dahlia. Hal ini sesuai dengan pendapat Firdaus (2012) yang menyatakan bahwa Usaha tani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Selain itu, peranan dalam usahatani sangat diutamakan keterampilan termasuk keterampilan dalam pengambilan keputusan dari berbagai alternative yang ada. Keputusan yang diambil oleh petani selaku pengelola antara lainmenentukan pilihan tanaman apa yang mungkin dapat ditanam, kapan mulai menanam, kapan pemupukan harus dilakukan, dimana beli pupuk, berapa dosis pupuk yang harus diberikan dan lain-lain.
Tabel 11.Kondisi Proses Usahatani Petani Responden Kelurahan Parangbanoa, Kec. Pallangga, Kab. Gowa, 2014.
No
Nama Responden
Lahan
Penguasaan Lahan
Luas Lahan
Kondisi Tanah
Jumlah (unit)

1.


Dahlia
Milik sendiri
25 are
Subur
1
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Ibu Dahlia sebagai petani dimana lahan yang beliau olah ialah lahan miliknya sendiri dengan luas lahan 25 are yang terdiri dari lahan padi sawah. Lahan ini cukup subur karena terletak di pinggiran sungai Je’ne Berang. Hal sesuai pendapat Mubyarto (2010) yang mengatakan bahwa usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, keluarga tani, atau suatu badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani pada dasarnya adalah sebidang tanah. Selain tanah, di dalam sebuah usahatani juga tercakup bangunan-bangunan yang dibuat diatasnya
seperti sumur, saluran irigasi, pagar untuk mengurus ternak dan mencegahmasuknya binatang liar, gudang untuk menyimpan bahan alat dan hasil pertanian, sebuah rumah tempat tinggal petani beserta keluarga.











III.   RIWAYAT HIDUP SEBAGAI PETANI
3.1       Masa dalam Asuhan Keluarga Pendidik
Saya bernama Dahlia lahir pada tanggal 20 juni 1974 di Lingkungan Barua, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa yang sekarang berumur 40 tahun, saya memiliki orang tua yang mengasuh sejak kecil. Ayah bernama Dg. Basso dan ibunya bernama Dg. Rampuh. Ayah saya telah meninggal dunia sejak 20 tahun yang lalu.Sejak kecil sampai dewasa, saya diasuh oleh kedua orang tua saya  saya, namun dari umur 2 tahun sampai 10 tahun saya sempat diasuh oleh tante yang bernama Daeng Tommpo. Kedua orang tua saya tidak memiliki latar belakang pendidikan karena mereka tidak pernah mengenyam pendidikan. Alasannya karena masalah ekonomi keluarga yang serba kekurangan sehingga kedua orangtua saya tidak bersekolah. Ayah saya  adalah seorang petani, yang menggarap sawah miliksendiri bahkan beliau juga biasa menggarap lahan milik orang lain . saya adalah anak ke-4 dari 8 orang bersaudara. Kedua orang tua saya mendidik saya dengan baik  dengan tidak mengistimewakan salah satu anaknya tetapi mereka semua sama, jika berbuat kesalahan akan di beri teguran bahkan hukuman.  Suatu contoh saya membuat suatu kesalahan, orangtua saya tidak langsung memberikan hukuman tetapi tetapi orang tua bertanya terlebih dahulu apa kesalahan yang saya lakukan. Kedua orang tua saya tidak pernah marah dengan alasan yang tidak jelas. Beliau  selalu menginginkan anak-anaknya dapat berbakti kepada orangtuanya agar kelak dapat menjadi orang yang baik dan taat kepada orangtuanya. Semenjak kecil saya pernah diasuh oleh oleh orang lain yaitu tante saya sendiri. Hal ini di sebabkan karena keinginan dari tante saya yang ingin mengasuh dan menjaga saya dari umur 2 tahun sampai berumur 10 tahun, sebab beliau tidak memiliki seorang anak perempuan. Namun selebihnya itu saya kembali di asuh oleh kedua orang tua saya sendiri. Selain itu, kedua orang tua saya masih mampu mengasuh anak-anaknya walaupun juga harus bekerja mencari nafkah.
3.2       Masa Pendidikan di Luar Rumah
Pada umur 6 tahun, saya memasuki bangku sekolah dasar yaitu SD Talang-Talang pada tahun 1980. Ketika bersekolah di SD Talang-talang saya menempuh perjalanan kesekolah dengan berjalan kaki. Berbeda ketika saya bersekolah di SMP 1 Palangga, saya menempuh perjalanan menggunakan angkutan umum. Selanjutnya ketika duduk di bangku Sekolah Menengah  Atas saya bersekolah di Sombaopu. Setelah melanjutkan studi di bangku sekolah menengah atas saya tidak melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena masalah ekonomi keluarga yang serba kekurangan sehingga menjadi faktor penghambat untuk mencapai tingkat pendidikan yang tinggi. Saya hanya sering di berikan nasehat dari orangtuanya agar selalu menjadi anak yang baik dan taat kepada kedua orangtua. Pada saat teman-teman saya melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi , saya justru membantu orang tua saya mengolah lahan pertaniannya baik itu di sawah maupun di kebun yang mereka miliki. Soma Daeng Lurang hanya membantu orangtuanya mencari nafkah untuk kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. 
Selama duduk dibangku sekolah, saya termasuk anak yang pendiam, karena setiap jam setiap jam istirahat saya selalu tinggal di dalam kelas dan kekantin hanya sekedar jajan saja. Selain itu, selama duduk dibangku sekolah hanya sebagian guru yang saya ingat yang sangat memberikan pengaruh dalam hidup. Yang pertama yaitu Bapak Latif  yang merupakan guru matematika saya ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Saya sangat mengingat beliau karena beliau sangat lucu ketika memberikan penjelasan materi. Selain Bapak Latif, guru yang saya sangat ingat yaitu Bapak Sabir Yusuf yang merupakan guru saya ketika masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Ketika SMP, saya masuk dijurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Bapak Sabir Yusuf merupakan guru fisika, saya mngingat beliau karena beliau termasuk guru yang sangat bersahabat dengan siswa-siswanya. Selain itu, guru yang paling saya ingat ketika duduk dibangku sekolah menengah atas yaitu Bapak Nasir Dg. Empo beliau merupakan guru Bahasa Indonesia, beliau sangat saya ingat karena ketika beliau menjelaskan suatu materi beliau tidak akan beralih ke materi lain apabila siswanya belum mengerti selain itu, beliau juga sangat sering memberikan tugas-tugas kepada kami setiap kali masuk kelas.
3.3       Masa Pengalaman Mencari Nafkah
Sejak umur 10 tahun, saya telah diajarkan membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan terutama dalam bidang pertanian. Pekerjaan sayasehari-hari yaitu membantu ibu dirumah dan sesekali membantu ayahbekerja disawah sesuai dengan kemampuan saya namun sebelumnya saya telah diajarkan mengenai cara-cara mengeloah sawahnya. Selain itu, ejak umur 12 tahun saya juga diajarkan membantu keluarga maupun orang lain pada saat memanen padinya. Hal tersebut sangat saya sukai karena ketika musim panen tiba ketika saya membantu, merekan saya upah atas pekerjaan yang saya lakukan. Namun setelah saya dewasa dan dan mengingat ayah saya yang telah meninggal, saya menggarap sawah warisan dari ayah dengan menanam padi yang sesuai dengan musimnya. Ketika saya benar-benar menekuni pekerjaan saya bertani, saya menjadi bersemangat untuk mengolah lahan ayah saya sampai sekarang walaupun banyak sekali tantangan yang harus saya lewati, baik dalam kegagalan maupun hal lainya guna memperoleh hasil produksi yang lebih baik.
Selama masa pengalaman mencari nafkah, banyak hal yang dapat saya peroleh pelajaran dari setiap pengalaman pekerjaan saya mulai dari membantu orangtua mengolah lahan pertanian, membantu orangtua pada saat musim panen hingga pada saat membantu ibu mengolah lahan. Dari semuanya itu, yang paling memberikan kepuasan yaitu ketika membantu

 ayah dalam mengolah lahan pertanian yaitu pada saat membajak sawah menggunakan kerbau dan saya di punggungnya. Aktivitas tersebut sangat memberikan kepuasan karena sayasangat menikmati pekerjaan tersebut
3.4       Masa Pembentukan Prokreasi
Saya berumur 40 tahun, dengan usia saya yang sekarang seharusnya saya termasuk ibu yang berkepala empat, namun hal tersebut justru tidak memungkinkan karena saya belum berumah tangga. Hal tersebut dikarenakan tidak ada yang menjaga orangtua saya yang tinggal satu-satunya, selain itu saya juga menjaga ketiga keponakan saya yang telah di tinggalkan oleh kedua orang tuanya karena meninggal dunia. Sehingga saya harus tinggal bersama ibu saya.
Dalam menjalani kehidupan sampai sekarang, sudah banyak suka duka yang saya rasakan bersama dengan ibu saya, baik itu dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dan membiayai sekolah untuk keponakan-keponakan. Untuk masalah mencari nafkah seperti sekarang kebutuhan hidup saat ini sudah sangat susah melihat seperti sekarang semua barang serba mahal. Namun saya patut bersyukur karena beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia tidak lagi saya beli dari pasar karena telah mampu menghasilkan beras sendiri dari lahan yang saya miliki. Dengan luas lahan sekitar 25 are, saya mampu menghasilkan 10 karung gabah setiap musim panen. Dengan 10 karung gabah tersebut mampu menghidupi keluarga untuk makan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan yang lain.Untuk pendidikan keponakanya.
3.5       Masa Proyeksi Masa Depan
   Pekerjaan sehari-harisaya dari kecil sampai sekarang adalah membantu orang tua untuk mengelolah sawah dan membantu orang lain dalam memanen padinya.  Selain itu,menggarap sawah milik sendiri yang merupakan warisan dari orang  tua dan lahan untuk di Tanami sayuran kacang hijau sebagai peralihan lahan. Gambaran yang di cita-citakan terhadap keluarga saya di masa akan datang ialah saya menginginkan ada perubahan dalam hidup saya dan keluarga. Saya tidak pernah menginginkan status dalam masyarakat. Tetapi saya lebih menginginkan perubahan dalam ekonomi keluarga dan perubahan dalam lingkungan sendiri khususnya pada Lingkungan Barua.
Selain itu, menginginkan agar keponakan-keponakanya dapat menjalin hubungan sosial yang baik dengan masyarakat sekitar agar mereka dapat saling membantu dan bekerja sama. Dalam bersosialisasi dengan masyarakatagar keadaan yang baik ini dapat tetap terjaga. Berharap agar keadaan keluarga sayaakan lebih baik dan semoga masa depan keponakan-keponakanya cerah dengan cita-cita yang diinginkan tercapai. Saya juga berharap agar keponakan-keponakan saya nanti dapat memperbaiki nasib keluarga saya dengan memiliki pekerjaan yang lebih baik.



IV.          MAKNA KERJA SEBAGAI PETANI
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, uang tersebut harus berasal dari hasil kerja yang halal. Bekerja yang halal adalah bekerja dengan cara-cara yang baik dan benar (Luci, 2014).
Lahan yang dijadikan sebagai tempat kerja petani. Petani sering memaknakannya dalam empat kategori, diantaranya petani memaknakan lahannya sebagai makna intrumental, makna sosial, makna intrinsik, dan makna ekspresif. Maka, dapat disimpulkan bahwa lahan yang digunakan petani memiliki makna yang berbeda-beda tergantung bagaimana interaksi seorang petani terhadap pekerjaan yang digelutinya. Apabila pemaknaan tersebut ditinjau dari pandangan petani secara umum dapat dilihat dari mata pencaharian dan tempat tinggalnya yang berada di pedesaan, menunjukkan bahwa kehidupat petani sangat erat dengan lahan yang digelutinya sebagai tempat bercocok tanam (Effendi, 2009).
Dalam melakukan proses dan pengembangan kegiatan usahatani,  Dahlia bekerja dengan mencerminkan keempat makna kerja, yaitu makna  instrumental, makna sosial, makna ekspresif, dan makna intrinsik.


1.            Makna Instrumental
Makna instrumental adalah makna yang muncul ketika seseorang memahami/mengartikan pekerjaan yang ia lakukan sebagai alat.  Instrumen di dalam memperoleh penghasilan baik dalam bentuk upah maupun dalam bentuk harga. Makna instrumental memandang usahatani sebagai alat untuk memperoleh pendapatan dan keamanan dalam rangka pemenuhan jasmani dalam suatu pekerjaan yang meliputi, mendapatkan pendapatan yang maksimal, mendapatkan pendapatan yang memuaskan, mengamankan pendapatan demi untuk masa depan, memperluas usaha, dan menciptakan kondisi kerja yang serasi.
Dahlia berprofesi sebagai seorang petani. Dahlia sebagai petani dan memiliki tanggungan keluarga yang berjumlah tiga orang keponakanya yang masih sekolah dengan satu orang ibunya. Hal ini yang memotifasi Dahlia untuk mendapatkan penghasilan yang dapat membantu memenuhi segala keperluan dari kebutuhan diri serta keluarga. Sehingga, Dahlia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dahlia sebagai petani yang bertani untuk konsumsi rumah tangga dan konsumsi keluarga sendiri. 
2.         Makna Sosial
Makna sosial adalah makna yang muncul bila seorang petani dalam melakukan tindakan usahataninya lebih menunjukkan untuk memperbaiki status sosialnya dalam masyarakat, memperluas hubungan-hubungan sosialnya, dan memperoleh penghargaan dalam masyarakat, atau untuk mewarisi pertanian orang tuanya. Makna sosial juga terbukti dari Dahlia tidak mampu menerima pekerjaan sampingan akibat menekuni pekerjaanya sebagai petani.
ketika di Lingkungan Barua pekerjaan seperti gotong-royong dan pembangunan Dahlia turut aktif didalamnya dan berbaur dengan masyarakat lainnya untuk membantu mengerjakan suatu kegiatan. Dalam hal ini saya juga membagun makna sosial dengan masyarakat di lingkungan tersebut serta dengan petani-petani yang lain.
3.         Makna Ekspresif
Makna ekspersif merupakan salah satu tindakan yang timbul dari dalam diri seseorang mengenai suatu hal yang telah membuat hatinya senang. Hal ini sebagai pengekspresian diri berupa menunjukkan siapa dirinya, apa jati dirinya. Begitupula seorang petani, ia mengekspresikan betapa cintanya kepada lingkungan dan pekerjaannya, serta terimah kasihnya kepada Tuhan.
Pemaknaan ekspresif seorang petani mengartikan keterlibatannya dalam usaha tani sebagai bagian dari upaya mengekspresikan dirinya. Dimana seorang petani mengolah lahan pertaniannya, menyemai bibit, menata pematang hingga memanennya. Hal tersebut merupakan salah satu ekspresi dari pikirannya. Dahlia senang atas apa yang beliau kerjakan sebagai seorang petani, karena pekerjaan sebagai petani merupakan hal yang baik. Dimana saya dapat berkarya dengan sendirinya dan dapat membebaskan pikiran saya dari hal negatif.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dahlia memaknai pekerjaannya sebagai seorang petani dengan makna ekspresif karena selain usaha tani menjadi penopang hidup keluarga dan kesehari-harianya. Akan tetetapi Dahlia juga dapat memaknai pekerjaannya untuk memanfaatkan sebagai tempat untuk mengekspresikan diri.
4.     Makna Intrinsik
Makna intrinsik adalah makna yang terkait dengan keadaan dimana sebagai seorang petani melaksanakan kegiatan usahataninya dengan apresiasi pada proses usahatani itu sendiri. Makna kerja yang berorientasi intrinsik memandang bahwa kegiatan usahatani sebagai sesuatu yang hakiki, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Disamping itu, juga menganggap pilihan karena kesehatan, kesenangan akan tugas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab, dan mendapatkan kebebasan, baik dari pengawasan atasan maupun pengaturan waktu.
Dahlia juga memaknai pekerjaan yang dilakukan dalam kegiatan usahatani sebagai makna intrinsik karena adanya makna yang terkait dengan keadaan dimana beliau sebagai seorang petani yang melaksanakan kegiatan usahatani dengan apresiasi pada proses usahatani itu sendiri. Disamping itu, kegiatan usahatani yang Dahlia lakukan merupakan pekerjaan yang dapat memberikan kebebasan dan pengalaman tersendiri. Betapa tidak, dalam proses pengembangan usahatani, Dahlia tidak mendapat tekanan dari atasan seperti yang terjadi pada orang yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan. Selain hal tersebut, pengaturan waktu untuk memulai kegiatan perawatan dan pengembangan komoditas pertanian yang sedang dibudidayakan juga tidak mengguanakan dan membutuhkan penekanan waktu kerja.
Berdasarkan unsur-unsur diatas, menurut saya, makna yang sangat berkaitan dengan kasus responden yaitu makna instrumental karena Ibu Dahlia lebih mengutamakan pekerjaannya sebagai petani yang menjadikan pekerjaannya sebagai alat untuk mendapatkan penghasilan untuk membiayai keluarganya. Juga, Ibu Dahlia menjadikan usahataninya sebagai motivasi dalam bekerja untuk memperoleh pendapatan yang bayak. Tanpa bertani, Ibu Dahlia bersama keluarganya mungkin tidak dapat lagi bertahan hidup. Disamping itu, usia Ibu Dahlia masih berada pada usia produktif sehingga Ibu Dahlia masih bisa beralih pada pekerjaan lain.



0 comments:

Post a Comment