Popular Posts

Wednesday, September 7, 2016

Makalah Banjir

Banjir umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diatas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut hingga meluap. Pengundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area)  juga menyebabkan penigkatan banjir karena pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasistas pengaliran. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatkan debit banjir. Pada daerah pemukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir (BAKORNAS PB, 2007).
Curah hujan dan penutupan lahan atau penggunaan lahan merupakan suatu hal yang berubah-ubah (fleksibel). Sedangkan faktor lain seperti kelerengan, jenis tanah ,ketinggian dan lain-lain yang merupakan bagian dari biofisik daerah aliran sungai adalah suatu hal tetap dalam kurun waktu yang sangat lama. Hal ini memberi pemahaman dasar kontribusi terjadinya banjir sangat dipengaruhi oleh faktor curah hujan dan penutupan lahan atau peggunaan lahan.
Besaran (bobot) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya banjir seperti yang dikemukakan diatas, dapat dilihat pada Tabel
Tabel Bobot faktor-faktor penyebab banjir
Pendapat
Bobot Parameter Banjir (%)
Curah
penutupan
Kemiringan
elevasi
Jenis
Buffer
Hujan
Lahan
Lereng
Tanah
Sungai
Suherlan (2001)
30
10
20
30
10
-
Primayuda (2006)
-
10
25
-
10
5
Purnama (2008)
15
15
20
10
20
10
Martha
30
10
25
-
-
5
(2011)
Sigit, dkk (2011)
-
30
50
-
20
-
Haryani,dkk (2011)
40
30
10
-
20
-
Modifikasi Haryani, dkk(2011)
33,33
26,66
20
6,67
13,33
-
Suhardiman (2012)
30
20
20
10
20
-
Miharja
27
27
27
-
-
-
(2013)

Untuk Primayuda (2006) menambahkan faktor bentuk lahan yang menyebabkan banjir sebesar 25%. Purnama (2008) menambahkan faktor Kelas Drainase yang menyebabkan banjir sebesar 10%. Martha (2011) menambahkan faktor kelas darainase sebesar 10% dan bentuk lahan sebesar 20% sebagai penyebab banjir. Sedangkan untuk Miharja (2013) menambahkan faktor potensi genangan air dan data kejadian banjir sebagai penyebab terjadinya banjir masing-masing sebesar 9,5%.
1.      Jenis banjir
Dilihat dari aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat diklasifikasikan atas 4 jenis menurut Dirjen Penataan Ruang (2003), yaitu:
a.       Banjir yang disebabkan oleh hujan yang lama, dengan intensitas rendah (hujan siklonik atau frontal) selama beberapa hari. Dengan kapasitas penyimpangan air yang dimiliki oleh masing-masing Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang akhirnya terlampaui, maka air hujan yang terjadi akan menjadi limpasan yang selanjutnya akan mengalir ke sungai-sungai terdekat dan meluap menggenangi areal dataran rendah di kiri kanan sungai. Jenis banjir ini yang paling sering terjadi di Indonesia.
b.      Banjir karena salju yang mengalir, terjadi karena mengalirnya tumpukan salju dan kenaikan suhu udara yang cepat di atas lapisan salju. Aliran salju ini akan mengalir dengan cepat bila disertai dengan hujan.
c.    Banjir Bandang (flash flood), disebabkan oleh tipe hujan konvensional dengan intensitas yang tinggi dan terjadi pada tempat-tempat dengan topografi yang curam di bagian hulu sungai. Aliran air banjir dengan kecepatan tinggi akan memiliki daya rusak yang besar, dan akan lebih berbahaya bila disertai dengan longsoran, yang dapat mempertinggi daya rusak terhadap yang dilaluinya.
d.   Banjir yang disebebkan oleh pasang surut atau air balik (back water) pada muara sungai atau pada pertemuan dua sungai. kondisi ini akan menimbulkan dampak besar, bila secara bersamaan terjadi hujan besar di daerah hulu sungai yang mengakibatkan meluapnya air sungai di bagian hilirnya, serta disertai badai yang terjadi di lautan atau pantai.

2. Tipologi kawasan rawan banjir
Tipologi kawasan rawan banjir merupakan pengelompokkan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir, sesuai dengan karakteristik penyebab banjir. Adapaun topologi kawasan budidaya rawan bencana banjir menurut Dirjen Penataan Ruang (2003) dalam (Martha, 2011) dibagi menjadi 4 kawasan, yaitu:
a.       Daerah pesisir pantai
Daerah pesisir pantai merupakan daerah yang rawan banjir. Hal tersebut dikarenakan daerah pesisir merupakan dataran rendah yang elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang rat-rata (mean level/MSL) dan tempat bermuaranya sungai.
b.      Daerah dataran banjir
Daerah dataran banjir adalah daerah dataran rendah di sisi sungai yang memiliki elevasi yang sangat landai dan relatif datar. Aliran air menuju sungai yang lambat akibat dataran banjir ini, mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir baik oleh luapan air sungai karena hujan lokal. Bencana banjir umumnya terjadi terutama pada daerah yang dilalui sungai biasa dengan debit banjir yang besar.
c.       Daerah sempadan sungai
Daerah ini merupakan daerah rawan banjir, namun daerah ini sering dimanfaatkan sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha. Akibatnya, apabila terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa dan harta benda.
d.      Daerah cekungan

Daerah Cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik didataran rendah maupun dataran tinggi (hulu sungai). daearah cekungan dapat menjadi daerah rawan banjir, bila penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai sistem drainase yang kurang memadai.
1.      Proses Terjadinya Banjir
Proses terjadinya banjir diawali dengan terjadinya hujan. Hujan yang jatuh dihutan terjadi penahanan runn-off dihutan, semakin lebat penutupan vegetasi maka run-off semakin kecil. Hujan juga jatuh di daerah hutan yang sudah gundul. Sehingga run-off besar dan juga mengakibatkan erosi lahan, run-off membawa air dan sedimentasi hasil dari erosi yang terjadi sebelumnya. Jika terjadi terus menerus dalam waktu yang lama, maka akan banjir pada dearah rurol (Kodoatie & Syarief, 2010).

Peningkatan debit di sungai karena curah hujan yang tinggi, run-off yang besar dan terjadi pendangkalan sungai oleh sedimentasi sehingga pengurangan daya tampung sungai. Sehingga akan terjadi banjir pada daearah sempadan sungai. Ditambah kurangnya wilayah resapan air karena pemukiman dan industri hal ini mengebabkan banjir pada daerah dataran banjir serta terjadinya pasang surut akan menyebabkan pula banjir pada daerah pesisir pantai (Kodoatie & Syarief, 2010).

0 comments:

Post a Comment