Makalah Banjir
Banjir umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diatas normal,
sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah
serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak
mampu menampung akumulasi air hujan tersebut hingga meluap. Pengundulan hutan
di daerah tangkapan air hujan (catchment
area) juga menyebabkan penigkatan
banjir karena pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi
sehingga melampaui kapasistas pengaliran. Disamping itu berkurangnya daerah
resapan air juga berkontribusi atas meningkatkan debit banjir. Pada daerah
pemukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air
kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi
sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung kedalam
sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir
(BAKORNAS PB, 2007).
Curah hujan dan penutupan
lahan atau penggunaan lahan merupakan suatu hal yang berubah-ubah (fleksibel). Sedangkan faktor lain
seperti kelerengan, jenis tanah ,ketinggian dan lain-lain yang merupakan bagian
dari biofisik daerah aliran sungai adalah suatu hal tetap dalam kurun waktu
yang sangat lama. Hal ini memberi pemahaman dasar kontribusi terjadinya banjir
sangat dipengaruhi oleh faktor curah hujan dan penutupan lahan atau peggunaan
lahan.
Besaran (bobot) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
banjir seperti yang dikemukakan diatas, dapat dilihat pada Tabel
Tabel Bobot faktor-faktor penyebab banjir
Pendapat
|
Bobot Parameter Banjir (%)
|
|||||
Curah
|
penutupan
|
Kemiringan
|
elevasi
|
Jenis
|
Buffer
|
|
Hujan
|
Lahan
|
Lereng
|
Tanah
|
Sungai
|
||
Suherlan (2001)
|
30
|
10
|
20
|
30
|
10
|
-
|
Primayuda (2006)
|
-
|
10
|
25
|
-
|
10
|
5
|
Purnama (2008)
|
15
|
15
|
20
|
10
|
20
|
10
|
Martha
|
30
|
10
|
25
|
-
|
-
|
5
|
(2011)
|
||||||
Sigit, dkk (2011)
|
-
|
30
|
50
|
-
|
20
|
-
|
Haryani,dkk (2011)
|
40
|
30
|
10
|
-
|
20
|
-
|
Modifikasi Haryani, dkk(2011)
|
33,33
|
26,66
|
20
|
6,67
|
13,33
|
-
|
Suhardiman (2012)
|
30
|
20
|
20
|
10
|
20
|
-
|
Miharja
|
27
|
27
|
27
|
-
|
-
|
-
|
(2013)
|
Untuk Primayuda (2006) menambahkan faktor bentuk lahan
yang menyebabkan banjir sebesar 25%. Purnama (2008) menambahkan faktor Kelas
Drainase yang menyebabkan banjir sebesar 10%. Martha (2011) menambahkan faktor
kelas darainase sebesar 10% dan bentuk lahan sebesar 20% sebagai penyebab
banjir. Sedangkan untuk Miharja (2013) menambahkan faktor potensi genangan air
dan data kejadian banjir sebagai penyebab terjadinya banjir masing-masing
sebesar 9,5%.
1. Jenis banjir
Dilihat dari aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada
dapat diklasifikasikan atas 4 jenis menurut Dirjen Penataan Ruang (2003),
yaitu:
a.
Banjir yang disebabkan
oleh hujan yang lama, dengan intensitas rendah (hujan siklonik atau frontal)
selama beberapa hari. Dengan kapasitas penyimpangan air yang dimiliki oleh
masing-masing Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang akhirnya terlampaui, maka air
hujan yang terjadi akan menjadi limpasan yang selanjutnya akan mengalir ke
sungai-sungai terdekat dan meluap menggenangi areal dataran rendah di kiri
kanan sungai. Jenis banjir ini yang paling sering terjadi di Indonesia.
b.
Banjir karena salju yang
mengalir, terjadi karena mengalirnya tumpukan salju dan kenaikan suhu udara
yang cepat di atas lapisan salju. Aliran salju ini akan mengalir dengan cepat
bila disertai dengan hujan.
c.
Banjir Bandang (flash flood), disebabkan oleh tipe hujan
konvensional dengan intensitas yang tinggi dan terjadi pada tempat-tempat
dengan topografi yang curam di bagian hulu sungai. Aliran air banjir dengan
kecepatan tinggi akan memiliki daya rusak yang besar, dan akan lebih berbahaya
bila disertai dengan longsoran, yang dapat mempertinggi daya rusak terhadap
yang dilaluinya.
d.
Banjir yang disebebkan
oleh pasang surut atau air balik (back
water) pada muara sungai atau pada pertemuan dua sungai. kondisi ini akan
menimbulkan dampak besar, bila secara bersamaan terjadi hujan besar di daerah
hulu sungai yang mengakibatkan meluapnya air sungai di bagian hilirnya, serta
disertai badai yang terjadi di lautan atau pantai.
2. Tipologi kawasan rawan banjir
Tipologi kawasan rawan banjir merupakan pengelompokkan
kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir, sesuai
dengan karakteristik penyebab banjir. Adapaun topologi kawasan budidaya rawan
bencana banjir menurut Dirjen Penataan Ruang (2003) dalam (Martha, 2011) dibagi menjadi 4 kawasan, yaitu:
a.
Daerah pesisir pantai
Daerah pesisir pantai
merupakan daerah yang rawan banjir. Hal tersebut dikarenakan daerah pesisir
merupakan dataran rendah yang elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau sama
dengan elevasi air laut pasang rat-rata (mean
level/MSL) dan tempat bermuaranya sungai.
b.
Daerah dataran banjir
Daerah dataran banjir
adalah daerah dataran rendah di sisi sungai yang memiliki elevasi yang sangat
landai dan relatif datar. Aliran air menuju sungai yang lambat akibat dataran
banjir ini, mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir baik oleh
luapan air sungai karena hujan lokal. Bencana banjir umumnya terjadi terutama
pada daerah yang dilalui sungai biasa dengan debit banjir yang besar.
c.
Daerah sempadan sungai
Daerah ini merupakan
daerah rawan banjir, namun daerah ini sering dimanfaatkan sebagai tempat hunian
dan kegiatan usaha. Akibatnya, apabila terjadi banjir akan menimbulkan dampak
bencana yang membahayakan jiwa dan harta benda.
d.
Daerah cekungan
Daerah Cekungan
merupakan daerah yang relatif cukup luas baik didataran rendah maupun dataran
tinggi (hulu sungai). daearah cekungan dapat menjadi daerah rawan banjir, bila
penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai sistem drainase yang
kurang memadai.
1.
Proses Terjadinya Banjir
Proses terjadinya banjir diawali dengan terjadinya hujan.
Hujan yang jatuh dihutan terjadi penahanan runn-off
dihutan, semakin lebat penutupan vegetasi maka run-off semakin kecil. Hujan juga jatuh di daerah hutan yang sudah
gundul. Sehingga run-off besar dan juga mengakibatkan erosi lahan, run-off
membawa air dan sedimentasi hasil dari erosi yang terjadi sebelumnya. Jika
terjadi terus menerus dalam waktu yang lama, maka akan banjir pada dearah rurol
(Kodoatie & Syarief, 2010).
Peningkatan debit di sungai karena curah hujan yang
tinggi, run-off yang besar dan
terjadi pendangkalan sungai oleh sedimentasi sehingga pengurangan daya tampung
sungai. Sehingga akan terjadi banjir pada daearah sempadan sungai. Ditambah
kurangnya wilayah resapan air karena pemukiman dan industri hal ini mengebabkan
banjir pada daerah dataran banjir serta terjadinya pasang surut akan
menyebabkan pula banjir pada daerah pesisir pantai (Kodoatie & Syarief,
2010).
0 comments:
Post a Comment