Popular Posts

Saturday, May 13, 2017

Makalah Jajanan Sehat

Menurut Nainggolan (2011) sebaiknya pilihlah makanan jajanan yang sehat, yaitu makanan jajanan yang segar, bersih dan aman dari cemaran bahan kimia dan fisik. Makanan jajanan segar adalah makanan yang telah diolah (digoreng, direbus, dikukus) atau makanan yang baru saja dimasak (masih panas

Makanan Jajanan Sehat
Salah satu tujuan makan adalah supaya tubuh kita sehat, namun disisi lain makan juga dapat menjadi salah satu sumber penyakit. Oleh karena itu menurut Riris Nainggolan (2011) sebaiknya pilihlah makanan jajanan yang sehat, yaitu makanan jajanan yang segar, bersih dan aman dari cemaran bahan kimia dan fisik.
a.  Makanan Jajanan Segar
Makanan jajanan segar adalah makanan yang telah diolah (digoreng, direbus, dikukus) atau makanan yang baru saja dimasak (masih panas). Jika sudah dingin atau disimpan, maka pilihlah yang tidak berlendir, tidak berbau asam, tidak berjamur dan rasanya masih wajar. Untuk buah-buahan segar adalah buah yang kulitnya masih segar atau tidak keriput, tidak busuk atau lembek. Untuk makanan kalengan atau makanan dalam botol, kemasan yang tidak penyok, bentuknya masih utuh, tutupnya masih disegel atau belum rusak, tidak bocor, tidak kembung, serta tanggal penggunaannya masih berlaku atau belum kadaluarsa (Supraptini, 2011).
b.    Makanan Jajanan Bersih
Makanan yang sehat selain keadaannya segar juga harus bersih, tidak dihinggapi lalat, tidak dicemari oleh debu dan bahan-bahan pengotor lainnya. Makanan yang bersih mempunyai ciri-ciri: 
1)    Bagian luarnya terlihat bersih, tidak terlihat ada kotoran yang menempel. 
2)    Makanan tersebut disajikan dalam piring atau wadah tempat makanan yang tidak berdebu. 
3)    Tidak terdapat rambut atau isi stepler. 
4)    Disajikan dalam keadaan tertutup atau dibungkus dengan plastik, kertas tidak bertinta, daun pisang atau daun lainnya. 
5)    Makanan dimasak, disimpan atau disajikan di tempat yang jauh dari tempat pembuangan sampah, got, dan tepi jalan yang banyak dilalui kenderaan.
6)    Makanan dimasak dengan peralatan yang bersih dengan menggunakan air bersih, tidak berbau atau keruh
1.    Bahan Makanan Tambahan (BMT)
Bahan tambahan makanan (BTM) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat (Falamy, 2014).
Zat adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu atau bahan yang ditambahkan pada makanan ataupun minuman pada waktu proses ataupembuatannya dan terdapat pada hasil akhirnya (Falamy, 2014).
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang dengan sengaja ditambahkan kedalam bahan makanan dasar atau campuran bahan dengan tujuan mengubah sifat-sifat dari makanan tersebut. Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksudkan dengan adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dandicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu termasuk kedalamnya aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, anti gumpal, pemucat, dan pengental (Falamy, 2014).
Berdasarkan uji laboratorium, pada otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat (Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Supraptini, 2011).
Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia (Supraptini, 2011).
2.    Faktor yang Berpengaruh terhadap sanitasi makanan
a.    Sumber bahan makanan, harus memenuhi persyaratan sanitasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan pencemaran misalnya, hasil pertanian harus bebas dari pencemaran pupuk dan pestisida.
b.    Pengangkutan bahan makanan. Sarana pengangkutan harus memiliki alat penutup dan pendingin misalnya, pengangkuan daging dan ikan harus dengan menggunakan alat pendingin.
c.    Penyimpanan bahan makanan. Tempat penyimpanan harus bebas dari binatang misalnya tikus, dan serangga, suhu udara tidak lemba, memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup, dsb.
d.    Pemasaran makanan. Tempat penjalan harus memenuhi persyaratan sanitasi antara lain: kebersihan, sirkulasi udara dan memiliki alat pendingin seperti swalayan.
e.    Pengolahan makanan berkaitan dengan kebersihan dapur dan alat-alat perlengkapan masak.
f.     Penyimpanan makanan yang telah diolah disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan sanitasi dalam lemari atau pendingin
Bacaan :
Pamela, Thanos dkk. 2014. Identifikasi Keberadaan Salmonella sp. pada Jajanan Kue Lapis di Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Romanda F. 2016. Hubungan Personal Hygiene dengan keberadaan E. Coli pada Makanan di Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Buffer Area Bandara Adi Soemarmo Surakarta. Universitas Muhammadiah Surakatra. Surakarta.
Supraptini dkk. 2011. Kualitas bahan Makanan Jajanan yang Dijual di Pasar Tradisioanal di Bebrapa Kota di Indonesia. Jurnal Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat.

Srianta dan Elisa Rinihapsari. 2013. Deteksi Salmonella pada Nasi Goreng yang Disediakan oleh Restoran Kereta Api Kelas Ekoomi. Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya.


Trisnaini, Inoy. 2012. Analisis Bahaya Titik Kendali Kritis Proses Pengolahan Bola-bola Daging di Instalasi Gizi Rumah Sakit. Universitas Sriwijaya. Palemang.

0 comments:

Post a Comment