Laporan Agroklimatologi Pertanian
Laporan Agroklimatologi
PENGENALAN ALAT
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang
masing-masing berarti kemiringan (slope) yg di arahkan ke Lintang tempat
sedangkan Logos sendiri berarti Ilmu. Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu
yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai
tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas
manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data yang banyak
sehingga
memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik.
memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik.
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses
pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis-jenis dan sifat-sifat iklim bisa
menentukkan jenis-jenis tanaman yg tumbuh pada suatu daerah serta produksinya.
Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan.
Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya
pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya
perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau
dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam
dan masa panen. Untuk daerah tropis seperti indonesia, hujan merupakan faktor
pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain
hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu,
angin, kelembaban dan sinar matahari.
Stasiun
meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan pengamatan secara
terus–menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan (atmosfer) serta pengamatan
tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek pertanian lainnya. Dalam
persetujuan internasional, suatu stasiun meteorologi paling sedikit mengamati
keadaan iklim selama 10 tahun berturut – turut hingga akan mendapatkan gambaran
umum tentang rerata keadaan iklimnya, batas–batas ekstrim dan juga pola
siklusnya (Purnama, 2014).
Peralatan yang
digunakan dalam pengamatan cuaca sangat banyak jumlah dan jenisnya.
Peralatan–peralatan tersebut terdiri atas alat pengukur curah hujan, pengukur
kelembaban udara, pengukur suhu udara, pengukur suhu tanah, pengukur hujan,
pengukur panjang penyinaran matahari, pengukur kecepatan angin, dan pengukur
evaporasi (Fitriana, 2013).
Maka dari itu kami melakukan kegiata kegiatan praktikum agar
mengetahui cara penggunaan alat, prosedur kerja alat dan fungsi alat.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini yaitu agar mengetahui tentang
stasiun klimatologi beserta faktor-faktor yang mempengauhi iklim dan beberapa
alat-alat stasiun klimatologi beserta fungsinya.
Adapun kegunaannya yaitu sebagai bahan ajaran untuk
menambah pengetahuan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.2
BMKG
( Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika)
Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika adalah instansi pelayanan dan penyediaan informasi di
bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika. Berdasarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 46 dan Nomor 48 Tahun 2002 struktur organisasinya
diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan
Meteorologi, dan Geofísika (BMG). Kegiatan Badan Meteorologi dan Geofísika
awalnya hanya pada pengamatan cuaca atau hujan saja. Namun kemudian meningkat
dan mencakup berbagai kegiatan, seperti pengamatan medan magnet, seismatik dan
meteorologi untuk berbagai macam keperluan (Renstra BMKG, 2010).
Pada tahun 2008, nama
Badan Meteorologi dan Geofísika (BMG) berubah menjadi Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofísika atau disingkat BMKG dan perubahan nama tersebut ditetapkan
melalui Peraturan Presiden Nomor: 61 tahun 2008 dan perubahan nama ini tidak
merubah tugas pokok dan fungsi BMKG selama ini yaitu memberikan pelayanan
informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofísika. Perubahan
nama dari BMG menjadi BMKG mempertegas kewenangan di bidang klimatologi serta
geofísika. Dengan berubahnya status Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofísika (BMKG) menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), Kepala Badan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden (Renstra BMKG, 2010).
Dalam melaksanakan
tugasnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi
(BMKG, 2014):
Perumusan kebijakan nasional dan
kebijakan umum di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
1. Perumusan
kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
2. Koordinasi
kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
3. Pelaksanaan,
pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan informasi di
bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
4. Pelayanan
data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
5. Penyampaian
informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan
perubahan iklim;
6. Penyampaian
informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
7. Pelaksanaan
kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
8. Pelaksanaan
penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
9. Pelaksanaan,
pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi
di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
10. Koordinasi
dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
11. Pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintahan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
12. Pelaksanaan
pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
13. Pelaksanaan
manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
14. Pembinaan
dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan BMKG;
15. Pengelolaan
barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BMKG;
16. Pengawasan
atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
17. Penyampaian
laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika.
1.2
Agroklimatologi
Bagi Pertanian
Klimatologi pertanian
atau agroklimatologi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hubungan antara keadaan cuaca dan problema-problema khusus kegiatan
pertanian, terutama membahas tentang pengaruh perubahan cuaca dalam jangka
pendek. Pengamatan dan penelaahan ditekankan pada data unsur cuaca mikro yakni
keadaan dari lapisan atmosfer permukaan bumi kira-kira setinggi tanaman atau
obyek pertanian tertentu yang bersangkutan. Selain itu dalam hubungan yang
lebih luas, klimatologi pertanian mencakup pula lama musim pertanian, hubungan
antara laju pertumbuhan tanaman atau hasil panen pertanian dengan faktor atau
unsur-unsur cuaca dari pengamatan jangka panjang (Kartasapoetra, 1988).
Iklim selalu berubah
menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk pola
atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan maupun siklus beberapa
tahun . Selain perubahan yang berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan
pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala
lokal. Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan
dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur-unsur iklim yang sering dipakai
adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya didasarkan
atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan.
Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim
sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang
berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam
bidang-bidang tersebut (Hidayati, 2001).
Cuaca merupakan
peristiwa fisik yang berlangsung di atmosfer pada tempat tertentu dalam jangka
waktu yang pendek. Cuaca merupakan gejala alami yang sangat penting bagi
kehidupan manusia salah satunya yaitu pada bidang pertanian. Hubungan antara
cuaca dengan bidang pertanian antara lain yaitu dapat mempengaruhi sifat-sifat
kimia dan fisika tanah, dapat mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya,
serta cuaca juga dapat mempengaruhi kualitas produksi tanaman yang dipanen
(Moertini dan Dhaneswara, 2004).
1.3
Hubungan
Alat Stasiun Klimatologi Terhadap Pertanian
Secara tradisional
peranan klimatologi adalah untuk mengumpulkan hasil pengamatan dari
unsur-unsur pembentuk iklim selama bertahun-tahun lalu menganalisa unsur-unsur
tersebut sehingga didapatkan pengertian tentang proses-proses yang mengontrol
iklim. Meskipun pengamatan-pengamatan tersebut kebanyakan dilakukan
di permukaan bumi, sehingga hanya menjelaskan sebagian saja dari proses iklim,
hasil yang didapat merupakan informasi yang sangat berguna. Informasi
ini jika ditambah dengan pengertian tentang proses iklim dapat digunakan oleh
para ahli untuk menjawab berbagai persoalan praktis pada tahun-tahun berikutnya
(Prawirowardoyo, 1996).
Curah hujan atau
presipitasi adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh hingga
permukaan bumi. Banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat di bumi dapat
diketahui dengan mengukur besarnya curah hujan tersebut menggunakan alat
penakar hujan. Ada pula beberapa sebutan untuk alat penakar hujan yaitu sering
disebut fluviometer ataupun ombrometer (Sudiira,
1999).
Prakiraan cuaca baik
harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak dimanfaatkan
dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh BMG,
mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan
pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan
pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat.
Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat
tanam di suatu wilayah. Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi
tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya
(Setiawan, 2003).
1.4
Syarat
Penempatan Stasiun
Stasiun Observasi
Meteorologi/Klimatologi dibangun untuk pengukuran satu atau beberapa elemen
meteorologi. Menurut Bayong Tjasyono (2004), stasiun observasi meteorologi
dapat diklasifikasikan menjadi:
1.
Stasiun sinoptik darat dan laut yang
dapat dibagi lagi menjadi stasiun observasi permukaan dan stasiun observasi
udara atas, misalnya pilot balon, radiosonde, radiowind, atau rawinsonde.
2.
Stasiun klimatologi terdiri dari stasiun
hujan atau stasiun untuk tujuan khusus. Stasiun ini diakukan oleh observer
volunteer yang observasinya dilakukan harian.
Stasiun klimatologi
merupakan suatu tempat, dimana di dalamnya mengadakan pengamatan yang continue terhadap keadaan lingkungan,
baik itu berhubungan dengan iklim maupun dengan cuaca. Untuk mendapatkan hasil
pengamatan yang akurat, maka dibutuhkan beberapa persyaratan tertentu. Yang
pertama adalah penempatan lokasi stasiun klimatologi harus mewakili keadaan suatu lahan atau
wilayah yang luas. Yang kedua adalah masing-masing alat harus dapat memberikan
hasil atau data yang tepat dan akurat, tidak mudah rusak, mudah penggunaannya
dan perawatannya, serta yang terakhir atau yang ketiga adalah pengamatan harus
dapat dipercaya, terlatih, dan terampil (Handoko, 1994).
Syarat tanam peralatan
klimatologi yaitu mewakili keadaan iklim seluas mingkin kawasan wilayah yang
diinginkan. Stasiun dibuat pada sebidang lahan datar dengan ditanami rumput
seragam setinggi sekitas 5 cm. Stasiun harus bebas dari penghalang. Stasiun
harus diberi pagar kokoh. Ukuran luas stasiun beragam, mulai dari 2 m x 2 m
hingga 50 m x 50 m. Mengetahui koordinat dan tinggi dari muka laut stasiun
tersebut (Khaeruddin, 2010).
1.5
Alat-alat
Klimatologi
Menurut Hendayana
(2011), berikut nama dan fungsi alat deteksi unsur‐unsur
cuaca dan iklim:
1.
Penakar Hujan
1.1
Penakar Hujan Otomatis Type Hellmann
Alat ini berfungsi
untuk mengukur intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya hujan, dipasang
dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai ke corong penakar dan luas
penampang corong 200
cm2. Pada alat ini terdapat sebuah
silinder jam sebagai tempat pemasangan pias, sehingga akan dapat
diketahui curah hujan maksimum dan minimum serta waktu terjadinya.
Prinsip kerja alat ini yaitu air hujan masuk
melalui corong kemudian akan terkumpul dalam tabung.
Dalam tabung ini terdapat pelampung yang dihubungkan dengan tangkai pena,
sehingga air yang masuk kedalam tabung akan menekan pelampung, maka pelampung
akan naik dan tangkai pena turut bergerak ke atas.
Gerakan pena tersebut akan mencatat pada pias yang dipasang pada silinder jam,
jika gerakan pena mencapai skala 10 mm pada pias maka secara otomatis air akan
turun melalui pipa siphon dan jatuh kedalam bejana plastik. Air dalam tabung
terkuras habis sehingga tangkai pena turut bergerak turun sampai pena menunjuk
skala nol, jika hujan masih turun pena akan naik lagi, demikian
seterusnya. Waktu pengamatan: pengamatan dilakukan selama 24 jam dan
penggantian pias dilakukan pada jam 07.00 WS.
1.2
Penakar Hujan Otomatis Type Typping
Bucket
Berfungsi untuk
mengukur jumlah curah hujan pada periode waktu tertentu, dipasang dengan
ketinggian 140 cm dari permukaan tanah dan luas penampang corong 400 cm2.
Alat ini terdiri dari sensor yang berupa bucket (semacam timbangan) dan
dihubungkan dengan menggunakan kabel ke recorder/pencatat yang ditempatkan
dalam ruangan observasi, kerja alat ini memerlukan arus AC yang diubah menjadi
DC 7,5– 9,0 Volt. Prinsip kerja alat ini yaitu air yang masuk melalui
corong akan jatuh kedalam alat semacam timbangan, dimana satu jungkitan pada
alat ini akan direspon oleh recorder sehingga akan terbentuk lukisan satu anak
tangga pada pias dan angka counter bertambah satu. Perubahan satu angka counter
menunjukkan lukisan satu anak tangga pada pias dan satu jungkitan pada sensor
nilainya akan setara dengan 0,5 mm curah hujan.
1.3
Penakar Hujan Manual Type Observatorium
Berfungsi untuk
mengukur jumlah curah hujan. Alat ini dipasang di atas tonggak kayu yang
dibeton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai mulut corong
penaka r, luas penampang corong yaitu 100 cm2 dengan kapasitas
menampung curah hujan ± 5 liter, dan di tengah corong penakar dipasang kran.
Jumlah curah hujan yang tertampung akan dituangkan melalui kran dan ditakar
dengan gelas ukur yang berskala sampai dengan 20 mm. Waktu pengamatan:
pengamatan dilakukan jam 07.00 WS dengan membuka kran dan menampung air hujan
dalam gelas penakar kemudian dibaca skala yang menunjukkan jumlah curah hujan
yang terjadi selama 24 jam.
2.
Thermometer Tanah
Berfungsi
untuk mengukur suhu tanah dengan kedalaman yang berbeda, yaitu: 0 cm
(permukaan tanah), 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Thermometer ini
menggunakan cairan air raksa dan diletakkan di tanah yang permukaan tanahnya
berumput pendek, dan tanah gundul. Untuk thermometer
dengan kedalaman 0 cm, 2 cm, 5
cm, 10 cm, dan 20 cm dipasang dengan sudut kemiringan
60º dan dipasang pada penahan besi untuk memudahkan pembacaan. Untuk
thermometer dengan kedalaman 50 cm dan 100 cm digunakan thermometer
berselubung/ tabung logam tembaga/kuningan. Bagian bawah bola thermometer diisi
dengan parafin/lilin, hal ini dimaksudkan untuk memperlambat perubahan suhu
ketika diangkat saat pengamatan/ pembacaan. Waktu pengamatan: pengamatan I, II,
III (Jam 07.30, 13.30, 17.30 WS)
3.
Thermometer Minimum Rumput
Berfungsi untuk
mengukur suhu terendah/ minimum rumput pada suatu periode
pengamatan. Cairan yang digunakan pada thermometer ini adalah
alkohol. Pada pipa kapiler berisikan indeks (batang kaca kecil).
Thermometer ini dipasang dengan posisi horizontal di permukaan tanah berumput
pendek dan dijepit pada tempat khusus yang terbuat dari alumunium yang 4 bagian
atasnya dihalangi semacam atap supaya tidak terkena langsung sinar
matahari. Prinsip kerja thermometer ini, yaitu jika suhu turun,
alkohol akan menyusut dan permukaan alkohol akan menarik indeks ke
arah skala lebih kecil, sebaliknya jika suhu naik, permukaan alkohol akan naik
sedangkan indeks tetap tertinggal menunjukkan skala yang terendah yang dicapai
suhu udara. Waktu pengamatan : dilakukan pada jam 07.00
WS. Setelah dilakukan pengamatan/ pembacaan skala, posisi indeks harus
dikembalikan ke posisi suhu pada waktu itu.
4.
Campbell Stokes
Berfungsi untuk
mengukur lamanya penyinaran matahari. Alat ini berupa bola kaca
masif dengan garis tengah/diameter 10-5 cm, berfungsi sebagai lensa
cembung (konvex) yang dapat mengumpulkan sinar matahari ke suatu titik api
(fokus), dan alat ini dipasang di tempat terbuka diatas pondasi
beton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Lamanya penyinaran
matahari dicatat dengan jalan memfokuskan sinar matahari tepat mengenai kertas
pias yang khusus dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada pias akan terlihat
bagian yang terbakar, panjang jejak/bekas bakaran menunjukkan lamanya
penyinaran matahari. Pada kertas pias terdapat skala jam, sehingga dapat
dijumlahkan berapa lamanya matahari bersinar terang/cerah. Piasakan mulai terbakar bila sinar matahari
lebih besar dari 0.3 cal/cm2 atau 209,34 WM2.
Pias Campbell Stokes
ada 3 macam, yaitu :
1.
Pias lengkung panjang dipasang antara
tanggal 11 Oktober–28/29 Februari.
2.
Pias lengkung pendek dipasang
antara tanggal 11 April–31 Agustus.
3.
Pias lurus dipasang antar tanggal 1
Maret–10 April dan 1 September–10 Oktober.
5.
Aktinograf Bimetal
Berfungsi untuk
mengukur radiasi matahari dalam waktu satu hari, dipasang pada tempat terbuka diatas pondasi beton setinggi
120 cm. Perbedaan selisih nilai pemuaian kedua lempengan tersebut dipakai
sebagai dasar pengukuran dan perbedaan ini akan mengakibatkan beda pemuaian
pada kedua lempengan tersebut, sehingga menimbulkan gerak pada pena dan akan
melukis pada kertas pias yang dipasang pada silinder jam. Pias
dipasang pada jam 07.00 dan diangkat jam 18.00 WS. Besarnya total
radiasi matahari dapat diketahui dengan menghitung luas lukisan pada kertas
pias dengan menggunakan alat yang disebut Planimeter.
6.
Gun Bellani Integrator
Fungsi alat ini sama
dengan alat aktinograf yaitu untuk mengukur total radiasi matahari selama satu
hari sejak matahari terbit hinga terbenam. Alat ini tidak secara
langsung mengukur radiasi matahari, tetapi melalui suatu proses penguapan zat
cair terlebih dahulu. Jumlah zat cair yang diuapkan berbanding lurus
dengan total radiasi matahari yang diterima. Alat Gun
Bellani ini terdiri dari bagian sensor berbentuk bulat hitam yang
berisikan air dan dihubungkan dengan tabung buret yang berskala dalam satuan
milimeter. Radiasi yang diterima oleh sensor mengakibatkan sensor menjadi panas
sehingga zat cair yang ada dalam sensor menguap, kemudian uap air ini akan
mengkondensasi dibagian bawah tabung buret. Pengamatan dilakukan dengan membaca
jumlah air yang terkondensasi pada tabung buret, kemudian alat dibalik sehingga
posisi bola hitam berada dibagian bawah dan air akan masuk ke dalam sensor.
Selanjutnya alat dibalik kembali, sensor ada dibagian atas dan zat cair tetap
berada dalam bola hitam. Sedikit Zat cair yang tumpah kedalam tabung
buret dibaca sebagai skala awal kemudian alat diletakkan kembali kedalam
silinder pelindung. Besarnya penambahan volume air yang terkondensasi dapat
diketahui dengan cara, yaitu: Jumlah pembacaan hari ini dikurangi dengan skala
awal hari sebelumnya, Waktu pengamatan dilakukan setiap pagi jam 07.00 WS.
7.
Barometer Air Raksa
Fungsi alat ini untuk
mengukur tekanan udara, alat ini dipasang dalam ruangan yang mempunyai suhu
yang sama (homogen) dan harus terhindar dari sinar matahari
langsung, umumnya letak bejana barometer ± 1 meter di atas
permukaan lantai ruangan, dan digantung pada dinding tembok ruangan.
8.
Open Pan Evaporimeter
Berfungsi untuk
mengukur evaporasi/penguapan pada periode waktu
tertentu. Alat ini berupa sebuah panci bundar besar
terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti karat dengan garis
tengah/diameter 122 cm dan tinggi 25.4 cm. Panci ini ditempatkan diatas tanah
berumput pendek dan tanah gundul, dimana alat tersebut diletakkan diatas
pondasi terbuat dari kayu yang bagian atas kayu dicat warna putih
gunanya untuk mengurangi penyerapan radiasi. Waktu pengamatan: pengamatan I,
II, III (Jam 07.30, 13.30, 17.30 WS).
9.
Lysimeter
Berfungsi untuk
mengukur jumlah evapotranspirasi pada sebidang tanah bervegetasi secara
langsung. Alat ini berupa sebuah bejana penampang berukuran 1 m x 1 m yang
dibagian atasnya ditanami vegetasi (rumput atau tanaman lain). Waktu pengamatan
: dilakukan pada jam 17.00 WS.
10.
Wind Vane Anemometer
Berfungsi untuk
mengukur arah dan kecepatan angin. Alat ini dipasang pada pipa besi dengan
ketinggian 10 meter, dimana alat ini terdiri dari sensor dan alat penunjuk yang
dihubungkan melalui kabel. Waktu pengamatan: pengamatan I, II, III (Jam
07.00,14.00,18.00 WS).
11.
Cup Counter Anemometer
Berfungsi untuk
mengukur kecepatan angin rata-rata selama periode tertentu. Alat ini terdiri
dari 3 buah mangkok yang akan berputar bila tertiup angin , pada bagian bawah
mangkok terdapat angka counter yang mencatat perputaran mangkok tersebut, dan
alat ini dipasang diatas tiang pipa besi setinggi ( ½ m, 2 m, 10 m) dari
permukaan tanah.
12.
Sangkar Meteorologi
Sangkar meteorologi ini
berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur cuaca tertentu, agar tehindar dari
sinar matahari langsung dan pengaruh lingkungan. Sangkar ini terbuat dari kayu
jati yang dicat warna putih, bentuknya segi 4, dengan setiap dinding diberi
jalusi berlapis dua, dan juga atapnya terbuat dari papan kayu , semua itu
maksudnya agar didalam sangkar ada sirkulasi udara.
13.
Psychrometer Standard
Psychrometer standard
ini ditempatkan didalam sangkar meteorologi dengan ketinggian berbeda seperti
sangkar meteorologi, yaitu terdiri dari: Thermometer Bola Basah dan Bola
Kering. Themometer bola basah dan bola kering ini berfungsi untuk menentukan
kelembaban udara, suhu udara, dan titik embun embun. Alat ini terdiri dari 2
buah thermometer air raksa yang dipasang berdampingan secara vertikal. Bola
dari salah satu thermometer dibungkus dengan kain kasa/ muslin yang tergantung
pada bejana kecil berisi air murni, sehingga bola thermometer selalu basah dan
disebut sebagai bola basah, sedangkan yang lain tidak dibungkus disebut sebagai
bola kering.
14.
Thermometer Maksimum
Alat ini berfungsi
untuk mengukur suhu udara maksimum. Cairan yang digunakan pada thermometer
maksimum ini adalah air raksa, adanya penyempitan pada pipa kapiler yang
berdekatan dengan reservoir merupakan ciri thermometer maksimum. Thermometer
ini dipasang dengan kemiringan 2º secara horizontal di dalam sangkar meteorologi.
15.
Thermometer Minimum
Berfungsi untuk
mengukur suhu terendah/ minimum pada suatu periode pengamatan. Cairan yang
digunakan pada thermometer ini adalah alkohol. Pada pipa kapiler berisikan
indeks (batang kaca kecil). Thermometer ini dipasang secara horizontal di dalam
sangkar meteorogi.
16.
Piche Evaporimeter
Berfungsi untuk
mengukur banyaknya penguapan dari permukaan basah (kertas filter). Alat ini
terdiri dari tabung gelas yang berskala 0 sampai 30 cc dengan pembagian skala
0.1 cc, pada salah satu ujung tabung yang terbuka diberi jepitan logam dan
tabung gelas ini diisi air destilasi, antara tabung gelas dan jepitan logam
disisipkan kertas filter dengan diameter 3 cm.
17.
Kessner Evaporigraph
Yaitu alat untuk
mengukur evaporasi/ penguapan selama 24 jam. Alat ini mencatat sendiri secara
terus menerus penguapan yang terjadi setiap saat, sehingga dapat diperoleh
jumlah penguapan dalam waktu tertentu, juga dapat diketahui nilai maksimum dan
minimum serta waktu terjadinya. Alat ini penempatannya digabung dengan Piche
Evaporimeter pada sangkar meteorologi ketinggian 120 cm. Penggantian pias
dilakukan setiap jam 07.00 WS.
18.
Lightning Counter
Berfungsi untuk
mencatat frekuensi dan waktu terjadinya kilat secara otomatis. Alat ini terdiri
dari sensor berupa 4 buah bentangan kawat tembaga yang masing–masing kawat
panjangnya ± 10 meter, dan dipasang pada 2 buah tiang kayu, kemudian oleh
sebuah kawat dihubungkan ke recorder/pencatat yang ada dalam ruang observasi.
Waktu pengamatan: dilakukan selama 24 jam dan penggantian pias dilakukan setiap
satu minggu.
19.
Menara Cuaca (Towering
Climatology)
Berfungsi sebagai tempat alat - alat
untuk mengukur profil iklim mikro pada ketinggian 4 m, 7 m, dan 10 m dari
permukaan tanah. Pada masing-masing ketinggian terdapat sangkar meteorologi dan
cup counter anemometer. Dalam masing-masing sangkar, juga dilengkapi dengan
alat-alat yaitu thermometer bola basah, bola kering, maksimum, minimum, dan
piche evaporimeter . Waktu pengamatan : dilakukan saat pengamatan AgM 1- a dan
AgM 1-b.
20.
Automatic Weather Station (AWS)
Fungsi alat AWS ini
untuk mengukur dan mencatat unsur cuaca secara otomatis. AWS ini dilengkapi
dengan alat sensor , unsur- unsur cuaca akan terdeteksi oleh sensor dan terekam
selama 24 jam, dan unsur-unsur cuaca tersebut akan terekam setiap 10 menit pada
alat Lodger, kemudian data dari Lodger tersebut dipindahkan dan di edit ke PC
Computer program AWS. Data yang sudah tercatat pada PC Computer program AWS
diarsipkan kemudian dikirim ke BMG Jakarta. Alat ini dapat mengamati dan mencatat
unsur - unsur cuaca, yaitu Suhu udara, Suhu tanah dengan kedalaman 10 cm dan 20
cm, kelembaban udara, titik embun, tekanan udara, arah dan kecepatan angin,
curah hujan, dan radiasi matahari. Waktu pengamatan: dilakukan selama 24 jam.
21.
Telemetered Meteorological Observation
Station (TMOS)
Fungsi alat TMOS ini
untuk mengukur dan mencatat unsur cuaca dan dikirim langsung secara otomatis ke
pusat prakiraan cuaca BMG Jakarta secara real time. Alat ini dapat mengamati
dan mencatat unsur-unsur cuaca, yaitu Suhu udara, Tekanan udara, Kelembaban
udara, Arah dan kecepatan angin, Curah hujan, dan Radiasi matahari.
BAB III
METODOLOGI
1.1
Waktu dan Tempat
Praktikun
laboratorium Agroklimatologi mengenai pengenalan alat klimatologi dilakukan ……………...
1.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum lapang Agroklimatologi yaitu Automatic Weather
System (AWS), Campbell Stokes, Penakar
Hujan tipe OBS (Observatorium), Penakar Hujan tipe Hellman, Termometer Tanah
Vegetasi, Termometer Tanah Non Vegetasi, Cup Counter Anemometer, Wind Vane
Anemometer, Sangkar Meteorologi, Termometer Bola Basah, Termometer Bola Kering,
Termometer Maksimum, Termometer Minimum, Piche Evaporimeter, Psykrometer
Standar, dan Panci Evaporimeter.
Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu alat tulis menulis, LCD, dan kamera.
1.3
Metode Praktikum
Adapun metode
praktikum yang dilakukan antara lain :
a.
Menyiapkan alat dan bahan,
b.
Praktikan diperkenalkan alat-alat
pengukur unsur iklim dalam pertanian serta dijelaskan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan alat tersebut,
c.
Praktikan mengamati alat-alat
pengukur unsur iklim,
d.
Praktikan mencatat nama dan
kegunaan alat-alat pengukur unsur iklim serta mencatat prinsip kerja alat, cara
pemasangan alat dan cara pengamatan alat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1.1 Automatic Weather Station (AWS)
Gambar 1. Automatic Weather System
4.1.1.2 Bagian-bagian Alat
Secara umum AWS dibagi
menjadi beberapa bagian utama, yaitu
1.
Sensor
·
Wind speed
·
Wind direction
·
Humidity
·
Temperature
·
Solar radiation
·
Air Pressure
·
Rain gauge
2.
Data Logger
3.
Komputer (sistem perekam dan sistem
monitor)
4.
Display (optional)
5.
Tiang untuk dudukan sensor dan data
logger
6.
Penangkal petir
4.1.1.3
Prinsip Kerja Alat
AWS (Automatic Weather Stations) merupakan suatu
peralatan atau sistem terpadu yang di disain untuk pengumpulan data cuaca
secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini
umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU
(Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya.
Sensor-sensor
yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin,
kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU
(Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power, yang
berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di
transmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer.
4.1.1.4
Pemasangan Alat di Lapangan
1.
Memasang tripod atau kaki penyangga AWS
dan mengatur ketinggian tripod serta mengarahkan solar panel ke arah Selatan
2.
Memasang sensor-sensor, serta
pengkabelannya
3.
Memasang baterai atau power supply dan
menghubungkannya dengan solar panel
4.
Menghubungkan AWS dengan Komputer untuk
melakukan kalibrasi sensor angin
4.1.1.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Hal-hal
yang perlu dipersiapkan untuk proses pengambilan data adalah sebagai berikut :
1.
Kabel konektor antara Logger
AWS dengan Komputer.
2.
Komputer atau Laptop yang
sudah di install program MAWS terminal untuk proses pengambilan data.
Masing-masing
parameter sensor dapat ditampilkan melalui LED
Display yang menunjukkan hasil rekaman secara nyata.
4.1.1.6 Kebaikan dan Kelemahan Alat
AWS
memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan pencatatan manual konvensional.
Secara umum:
1.
AWS lebih konsisten dalam
pengukuran mereka
2.
AWS menyediakan data pada
frekuensi secara signifikan lebih besar (beberapa menyediakan data setiap
menit)
3.
AWS menyediakan data dalam
segala cuaca, siang dan malam, 365 hari per tahun
4.
AWS dapat dipasang di daerah
yang jarang penduduknya
Namun, AWS menderita sejumlah kelemahan. Ini adalah:
1.
Beberapa elemen yang sulit
untuk mengotomatisasi (awan misalnya)
2.
AWS membutuhkan investasi
modal besar
3.
AWS kurang fleksibel
daripada pengamat manusia
4.1.2.1 Termometer Tanah
Gambar 2. Termometer Tanah
Non-Vegetasi (Kiri), Vegetasi (Kanan)
4.1.2.2 Bagian-bagian Alat
Satu set
termometer tanah terdiri atas:
1. Enam
buah termometer tanah (termometer yang didisain khusus untuk menngukur suhu
tanah)
2. Lima
buah besi penyangga (untuk termometer pada kedalaman 0 – 20 cm)
3. Dua
buah pipa pelindung dan parafin wax (untuk thermometer pada kedalaman 50 – 100
cm)
4.1.2.3 Prinsip Kerja Alat
Prinsip
kerja termometer tanah hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan
panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara.
Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar
daripada udara.
4.1.2.4
Pemasangan Alat di Lapangan
Suhu
biasanya diamati pada kedalaman 5, 10, 20, 50, dan 100 cm. Untuk keperluan ini
telah dibuat termometer sesuai dengan
kedalamannya. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah yang tertutup oleh
rumput maupun tanah yang terbuka. Pengukuran biasanya dilakukan dalam areal
stasiun pengamatan.
4.1.2.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Satuan pengamatan
dari thermometer tanah yaitu derajat celcius ˚C. pengambilan data dilakukan
setiap hari. Dalam sehari pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali pada waktu yang
berbeda yakni pukul 07.00 pagi, pukul 13.00 dan pukul 18.00.
4.1.3.1 Evaporimeter Panci Terbuka
Gambar 3. Evaporimeter Panci Terbuka
4.1.3.2 Bagian-bagian Alat
Panci
evaporasi terdiri dari 4 bagian yaitu:
1. Panci
dari stainlees dengan diameter 122 cm dan tinggi 25.4 cm.
2. Hook
Gauge (Alat pengukur tinggi permukaan air dalam panci)
3. Still
Well (Tempat Hook Gauge dan sekaligus pencegah terjadinya gelombang saat
pengukuran)
4. Floating
Thermometer/termometer apung (thermometer maksimum dan minimum air).
4.1.3.3
Prinsip Kerja Alat
Mengukur air secara langsung dalam
satuan millimeter. Pengukuran dapat menggunakan Hook Gauge yang berfungsi untuk
mengukur hilangnya air pada panci oleh terjadinya penguapan.
4.1.3.4
Pemasangan Alat di Lapangan
Mula-mula
ujung kail (hook) diatur dengan skrup pemutar tepat menyentuh permukaan air,
kemudian tinggi air dapat dibaca pada penera (sampai ketelitian 0,02 mm). Pada
sore hari berikutnya, ujung kail diatur kembali sampai menyentuh permukaan air.
4.1.3.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Satuan yang
digunakan adalah derajat celcius (˚C), dan pengambilan data dilakukan pada
pagi, siang dan sore hari yakni pukul 07.00 pagi, pukul 13.00 WS, dan pukul
18.00 WS.
4.1.3.6 Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihan
alat ini antara lain ketelitian alatnya tinggi, dapat mengukur besarnya
evaporasi setiap hari, dapat mengukur besarnya evaporasi walaupun hujan. Namun
kekurangannya, kesalahan yang besar dari pengukuran evaporasi terletak pada
tinggi air dalam panci, muka air selamanya dikembalikan pada tinggi semula
yaitu 5 cm.
4.1.4.1 Sangkar Cuaca
Gambar 4. Sangkar Cuaca
4.1.4.2 Bagian-bagian Alat
Bagian-bagian
sangkar cuaca yaitu:
1. Beton
2. Permukaan Lantai Sangkar
3. Pintu Sangkar 2 (dua) daun, bagian muka dan belakang
4. Papan penutup ruang sangkar (tebal 2 cm) berlubang 5 (lima)
@=2,5 cm
Alat
pengukur kelembaban udara dimasukkan ke dalam Sangkar Cuaca yang di dalamnya
antara lain berisi :
• Temperatur maksimum minimum
• Termometer basah kering
• Barograf
• Termohigrograf
• Swing thermometer
• Evaporimeter jenis Piche atau jenis Keshner
4.1.4.3
Prinsip Kerja Alat
Sangkar
cuaca digunakan dengan maksud agar pengukuran suhu tidak terkena langsung sinar
matahari tetapi sirkulasi udara masih lancar, sehingga sangkar cuaca dibuat
sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan pengukuran
4.1.4.4
Pemasangan Alat di Lapangan
Sangkar
meteorologi umumnya dipasang di dalam taman alat-alat meteorology. Peletakkan
tidak boleh mendekat pohon berjarak 5m (45o). Sangkar Meteorologi
dibuat dari kayu yang baik ( jati/ Ulin) sehingga tahan terhadap perubahan cuaca.
Sangkar dicat putih supaya tidak banyak menyerap radiasi panas matahari.
Sangkar dipasang dengan lantainya berada pada ketinggian 120 cm diatas tanah
berumput pendek, sedangkan letaknya paling dekat dua kali ( sebaiknya empat
kali) tinggi benda yang berada di sekitarnya.
Sangkar
harus dipasang kuat, berpondasi beton, sehingga tidak dapat bergerak atau
bergoyang jika angin kencang. Selain itu agar sangkar tidak mudah dimakan
rayap.
Sangkar
mempunyai dua buah pintu dan dua jendela yang berlubang-lubang/kisi.
Lubang/kisi ini memungkinkan adanya aliran udara. Temperatur dan kelembaban
udara didalam sangkar mendekati/hampir sama dengan temperatur dan kelembaban
udara diluar.
Sangkar
dipasang dengan pintu membuka/menghadap Utara-Selatan, sehingga alat-alat yang
terdapat didalamnya tidak terkena radiasi matahari langsung sepanjang tahun.
jika matahari berada pada belahan bumi selatan pintu sebelah utara yang dibuka
untuk observasi atau sebaliknya.
4.1.4.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Satuan pengamatan
pada sangkar meteorology yaitu derajat celcius dan pengambilan data dilakukan
setiap hari atau Pengamatan sekali dalam 24 jam.
4.1.4.6 Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihan
alat ini adalah melindungi alat yang ada dalam sangkar dari cahaya matahari
langsung, dan dari hujan dan debu. Kelemahan pada alat ini yaitu kemampuan
terbatas pada kecepatan angin 3-5m / detik.
4.1.5.1 Campbell Stokes
Gambar 5. Campbell Stokes
4.1.5.2 Bagian-bagian Alat
Adapun
beberapa bagian-bagian yang terdapat pada Campbell-stokes, yaitu :
1.
Lensa bola kaca pejal, r =
7,3 cm
2.
Busur pemegang bola kaca
pejal
3.
Sekrup pengunci kedudukan
lensa
4.
Sekrup pengatur kemiringan
5.
Mangkuk tempat kertas pias
4.1.5.3 Prinsip Kerja Alat
Sinar yang
datang difokuskan pada bola kristal yang dibawahnya ada kertas pias, jika sinar
terfokus akan membuat/menimbulkan geresan hitam pada kertas hitam. Goresan ini
yang digunakan yang digunakan untuk mengukur intensitas sinar matahari, ini
dilakukan setiap hari.
4.1.5.4 Pemasangan Alat di Lapangan
1.
Mangkuk tempat pemasangna
kertas pias harus menunjukkan arah timur barat.
2.
Bagian bawah alat harus
datar (diatur dengan leveling).
3.
Lensa bola bersama dengan
kertas pias dimiringkan sesuai dengan letak lintang tempat pengamatan.
4.1.5.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
1.
Kertas pias dipasang dan
diganti tiap sore hari pada pukul 18.00.
2.
Kertas pias yang digunakan
ada tiga macam, yaitu bentuk lurus, bengkok panjang dan bengkok pendek.
3.
Jadwal penggunaan masing-masing
bentuk kertas pias tergantung letak pengamatan dan kedudukan matahari terhadap
tempat tersebut.
4.
Pengukuran panjang
penyinaran aktual dilakukan dengan ketelitian 0,1 jam dengan ketentuan sebagai
berikut :
·
Noda langsung bundar
dihitung ½ panjang garis tengah noda.
·
Noda berbentuk titik, setiap
dua atau tiga kali dihitung 0,1 jam .
·
Noda berbentuk garis
berlubang, dihitung dikurangi 0,1 jam setiap pemusatan.
·
Noda berbentuk garis tidak
berlangsung, tidak pada dikoreksi.
4.1.5.6 Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihannya
adalah biasanya alat ini dipasang di atas pilar beton yang ditanam sehingga
posisinya tidak berubah dan alatnya tidak bergetar. Kelemahannya, panjang garis
pembakaran / waktu terjadinya pengukuran tergantung pada kepekaan pias dan
kejernihan bola kaca.
4.1.6.1 Penakar Hujan Tipe Hellman
Gambar 6. Penakar Hujan Tipe Hellman
4.1.6.2 Bagian-bagian Alat
Adapun
beberapa bagian-bagian yagn terdapat pada penakar hujan jenis hellman, yaitu:
1. Bibir
atau mulut corong
2. Lebar
corong
3. Tempat
kunci atau gembok
4. Tangki
pelampung
5. Silinder
jam tempat meletakkan pias
6. Tangki
pena
7. Tabung
tempat pelampung
8. Pelampung
9. Pintu
penakar hujan
10. Alat
penyimpan data
11. Alat
pengatur tinggi rendah selang gelas (siphon)
12. selang
gelas
13. Tempat
kunci atau gembok
14. Panci
pengumpul air hujan bervolume
4.1.6.3 Prinsip Kerja Alat
Jika hujan
turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat
pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau
naik keatas.Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya
selalu mengikuti tangkai pelampung Gerakkan pena dicatat pada pias yang
ditakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga
per.
Jika air
dalam tabung hampir penuh (dapat dilihat pada lengkungan selang gelas),pena akan
mencapai tempat teratas pada pias.Setelah air mencapai atau melewati puncak
lengkungan selang gelas,maka berdasarkan sistem siphon otomatis (sistem selang
air),air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung. Bersamaan
dengan keluarnya air, tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada
pias merupakan garis lurus vertikal.
4.1.6.4 Pemasangan Alat di Lapangan
Instalasi
alat penakar hujan jenis hellman ini sama dengan alat penakar hujan
lainnya.Alat ini juga harus memperhatikan beberapa hal secara umumnya,antara
lain:
1. Tempat
terbuka,bebas dari hambatan seperti bangunan,pepohonan dan lainlain. Jarak
ideal sebuah alat penakar hujan dari penghambat adalah 2x ketinggian
penghambat.
2. Efek
angin,Sebaiknya disekeliling alat dipasangkan penahan angin agar data yang
didapat lbih akurat.Penahan angin harus diletakkan mengelilingi alat tetapi
tidak boleh telalu dekat dan ketinggiannya tidak boleh terlalu tinggi dari
alat.
3. Ketinggian
alat,Biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan/atau Negara bersangkutan.BMG
menetapkan ketinggian alat penakar hujan adalah 120 cm diatas permukaan tanah
berumput tipis.
4 .Cat,sebaiknya
menggunakan warna putih/chrome untuk mengurangi efek penguapan.
5. Pelindung
alat/pagar,apabila alat dianggap perlu untuk dikelilingi pagar,maka ketinggian
pagar tidak boleh melebihi tinggi alat(biasanya cukup 1 m). Pada umumnya
pemasangan penakar hujan janis hellman disesuaikan dengan pola lapangan
alat-alat. Penakar hujan dipasang atau disekrup diatas sebuah pondasi yang
terdiri dari lapisan papan,lapisan beton dan lapisan batu sungai.
4.1.6.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengamatan
curah hujan dengan penakar hujan jenis hellman dilakukan setiap hari pada
jam-jam tertentu dan dalam periode tertentu,meskipun cuaca dalam keadaan cerah
atau pada musim kemarau.
4.1.6.6 Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihan
dari penakar ini yaitu pengamatannya lebih efisien karena grafik akan terbentuk
secara otomatis dengan perubahan volume air di dalam tabung penampung. Selain
itu juga kelemahan pada ketelitian alat yang mencapai 2 mm sehingga data yang
dihasilkan kurang valid dibandingkan hellman.
4.1.7.1 Penakar Hujan Tipe Observatorium
Gambar 7. Penakar Hujan Tipe Observatorium
4.1.7.2 Bagian-bagian Alat
Adapun beberapa bagian pada penakar hujan tipe
observatorium, yaitu:
1.
Mulut penakar seluas 100 cm²
2.
Corong sempit
3.
Tabung penampung dengan
kapasitas setara 300-500 mm CH
4.1.7.3 Prinsip Kerja Alat
Air hujan
masuk kemulut penangkar kemudian melalui corong sempit masuk ketabung
penampung. Membuka kran untuk mengambil airnya, dilakukan 3 X (pukul: 07.00,
13.00, 18.00 WITA).
4.1.7.4 Pemasangan Alat di Lapangan
1. Alat
di tempatkan dilapangan terbuka dengan jarak terhadap pohon atau bangunan
terdekat sekurang-kurangnya sama dengan tinggi pohon atau bangunan tersebut.
2. Permukaan
mulut corong harus benar-benar horizontal dan di pasang pada ketinggian 120 cm
dari permukaan tanah.
4.1.7.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengamatan
dilakukan setiap pukul 07.00 pagi.
1. Data
curah hujan harian didapat dengan jalan dibuka dan airnya ditampung dalam gelas
penakar yang bersatuann mm tinggi air.
2. Ketelitian
pengamatan sampai 0,2 mm.
3. Hujan
kurang dari 0,5 mm dianggap tidak ada meskipun tetap dicatat.
4. Jika
gelas penakar penuh, pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur volume air yang
tertampung dengan gelas ukur biasa. Karena luas penampang pengukuran curah hujan
100 cm² sehingga setiap volume 10 cm² berarti sama dengan 1 mm tinggi permukaan
air.
4.1.7.6 Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihan
alat ini yaitu pemakaiannya mudah dan praktis, selain itu, ketelitian alat
cukup kecil sehingga memungkinkan untuk memperoleh data hasil pengukuran yang
lebih valid. Kekurangan peralatan ini yaitu memerlukan pengamatan berulang
untuk mendapatkan data hasil karena diamati harian.
4.1.8.1 Anemometer Tipe Cup Counter
Gambar 8. Anemometer
(dari kiri ke kanan) 1000cm, 200cm, dan 50cm
4.1.8.2 Bagian-bagian Alat
Adapun
beberapa bagian-bagian yang terdapat pada anemometer tipe cup counter, yaitu:
1.
Mangkok anemo
2.
Pencatat jarak
3.
Tiang penyangga
4.1.8.3 Prinsip Kerja Alat
Dengan
adanya baling-baling dan mangkok yang berputar jika adanya angin, kecepatan
sudut putar mangkok terhadap sumbu vertikal dan kecepatan sudut putar
baling-baling pada sumbu horizontal sebanding dengan laju angin dan dengan
desain sistem mangkok dan baling-baling. Dengan mengukur banyaknya
baling-baling berputar melalui alat mekanik dapat diketahui kecepatan anginnya.
4.1.8.4 Pemasangan Alat di Lapangan
1. Alat
dipasang pada tiang/menara dengan
ketinggian 0,5 m, 2 m, atau 10 m sesuai dengan masing-masing penggunaan.
2. Pemasangan
harus pada tempat yang terbuka, jarak benda terdekat paling sedkit 10 kali
tinggi benda tersebut.
4.1.8.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
1. Tiap
pagi hari pukul 07.00 dibaca angka pada alat pencatat.
2. Rerata
kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari II dengan
pembacaan I (jarak tempuh angin) dibagi dengan waktu antara bedapengamatan
tersebut (periode satu hari : 24 jam).
3. Satuan
pengamatan adalah km/jam.
4.1.8.6 Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihannya
adalah hasil pengukurannya dapat mewakili angin sampai ketinggian 10m dari
tanah jika tidak penghalang. Namun kekurangan dari alat ini adalah
penempatannya yang di atap bangunan akan menghasilkan pengukuran yang kurang
akurat.
4.1.9.1 Gunn Bellani
Gambar 9. Tempat Peletakkan Gunn Bellani
4.1.9.2 Bagian-bagian Alat
Adapun
beberapa bagian-bagian yang terdapat pada gunn bellani, yaitu:
1. Bola
timah hitam yang
dilapisi oleh zat hidroskopis yang
berfungsi untuk mennyerap sinar
matahari
2.
Bola kaca
3.
Air murni
4.
Pipa kaca
berskala
4.1.9.3 Prinsip Kerja Alat
` Sinar matahari pada pagi
hari pertama kali tiba pada permukaan kuba kaca, kemudian diteruskan
lewat ruang hampa dalam bentuk panas dan tiba pada permukaan berwarna hitam. Warna
hitam pada tembaga dimaksudkan agar semua radiasi tiba dipermukaan bola tembaga
dan dirubah dalam bentuk energi kalor. Sehingga keadaan suhu dalam tabung
bertambah. Suhu yang tinggi itu digunakan untuk menguapkan ait dalam bola
hitam. Makin tinggi intensitas radiasi matahari makain banyak pula air yang
menguap, uap ini selanjutnya akan masuk kedalam tabung buret. Sehingga uap air
tadi dirubah dalam bentuk cair.
4.1.9.4 Pemasangan Alat di Lapangan
Gunn
bellani ini dipasang pada sebuah tabung
yang ditanam di dalam tanah. Juga yang
nampak dari luar hanya bola kacanya karena ada pennyangga bola kaca yang posisisnya sejajar dengan per mukaan tanah
sehingga sinar matahari dapat jatuh
dengan tepat pada alat.sehingga
pipa kaca dari alat ini tersem
bunyi dalam tabung di dalam tanah.
4.1.9.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengukuran
dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari, Pukul: 07.00 WI / 00.00
GMT.
Cara pengolahan data yaitu jumlah pembacaan hari ini
dikurangi dengan skala awal hari sebelumnya.
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum
klimatologi, dikenalkan stasiun meteorologi dan alat-alat yang digunakan.
Peralatan yang diamati berupa alat-alat klimatolog.diantaranya yaitu camplbell
stokes. Pengamatan lamanya Penyinaran Matahari menggunakan alat yang dinamakan
Sun Shine Recorder type Cambell Stokes. Alat ini berupa bola kaca dan
dibawahnya tepat di titik api dipasangi kertas yang sudah ada skala jamnya.
Pada waktu ada sinar Matahari titik api akan memanasi kertas tadi hingga
membuat jejak gosong yang memanjang. Jejak gosong tersebut menunjukan lama
penyinaran Matahari atau jumlah-waktu sinar Matahari sampai ke permukaan karena
tidak terhalang oleh partikel/benda lain seperti awan dsb.
Alat untuk mengukur
suhu adalah Termometer Maksimum dan Minimum adalah alat untuk mengukur suhu
maksimum dan minimum dalam jangka waktu tertentu. Termometer dipasang dengan
alat penunjuk skala yang terletak diatas permukaan air raksa. Termometer jenis
ini pertama kali diperkenalkan oleh James Six Bellani yang kemudian lebih
dikenal dengan termometer maksimum-minimum six bellani. Termometer Maksimum
Minimum bekerja dengan adanya katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu
naik, air raksa didorong ke atas melalui katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu
turun, air raksa tertahan pada katup dan tidak dapat kembali ke bohlam membuat
air raksa tetap di dalam tabung. Pembaca kemudian dapat membaca temperatur
maksimum selama waktu yang telah ditentukan. Untuk mengembalikan fungsinya,
termometer harus diayun dengan keras.
Alat
unttuk mengukur kelembaban Psychrometer terdiri dari 2 buah Thermometer air
raksa yaitu Thermometer bola kering dan Thermometer bola basah. Thermometer
bola basah adalah thermometer yang bola air raksanya dibalut dengan kain basah.
Penguapan yang terjadi pada kain basah tersebut mengakibatkan turunya suhu.
Perbedaan suhu yang ditunjukan thermometer bola kering dan basah dengan bantuan
tabel diperoleh harga kelembaban udara dan suhu titik embun.
Alat untuk mengukur kecepatan angina adalah Anemometer adalah sebuah
perangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin, dan merupakan salah
satu instrumen yang digunakan dalam sebuah stasiun cuaca. Istilah ini berasal
dari kata Yunani anemos, yang berarti angin. Anemometer pertama adalah alat
pengukur jurusan angin yang ditemukan oleh oleh Leon Battista Alberti.
Anemometer dapat dibagi menjadi dua kelas: yang mengukur angin dari kecepatan,
dan orang-orang yang mengukur dari tekanan angin, tetapi karena ada hubungan
erat antara tekanan dan kecepatan, yang dirancang untuk satu alat pengukur
jurusan angin akan memberikan informasi tentang keduanya.
Kemudian untuk mengetahui penguapan dalam
klimatologi digunakan alat yaitu Open
Pan Evaporimeter, Berfungsi untuk mengukur evaporasi/penguapan pada
periode waktu tertentu. Alat ini berupa sebuah panci bundar besar terbuat dari
besi yang dilapisi bahan anti karat dengan garis tengah/diameter 122 cm dan
tinggi 25.4 cm. Panci ini ditempatkan diatas tanah berumput pendek dan tanah
gundul, dimana alat tersebut diletakkan diatas pondasi terbuat dari kayu
yang bagian atas kayu dicat warna putih gunanya untuk mengurangi penyerapan
radiasi.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum
yang telah diuraikan dapat disimpulkan bawha:
1. Pada
Praktikum stasiun klimatologi pengamatan utama yang dilakukan
meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam
dan tinggi dasar awan, banglash horizontal, durasi penyinaran matahari dan suhu
tanah .
2. Radiasi
adalah suatu istilah yang berlaku untuk banyak proses yang melibatkan pindahan
tenaga oleh gejala gelombang elektomagnetik.
3. Suhu adalah besaran yang menyatakan
derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu
adalah termometer.
4. kelembaban
relatif dari suatu campuran udara-air didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsialuap
air dalam campuran terhadap tekanan
uap jenuh air pada temperatur tersebut.
5. Angin
merupakan udara yang bergerak secara horizontal dari suatu daerah bertekanan
tinggi ke daerah bertekanan rendah. Udara yang bergerak secara vertikal
biasanya tidak disebut angin melainkan gerakan udara sedangkan udara bergerak
berputar disebut turbulensi.
6. Evaporasi
adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan
pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk,
meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan,
menurunkan aktivitas air aw.
5.2 Saran
Sebaiknya
praktikum agroklimatologi ketika praktikum maksimal 3 alat bisa diperlihatkan secara
langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Bayong,
T.H.K. 2004. Iklim dan lingkungan. PT Cendikia Jaya Utama: Bandung
BMKG. 2014.
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Profil/. Diakses pada hari Senin, 22 Februari 2016 pukul 9:33 PM.
Fitriana, Fatmawati. 2013. Pengenalan
Alat-alat Meteorologi. http://www.academia.edu/9295005/Laporan_Resmi_Dasar2_Klimatologi_-_Acara_I-V_2013.
Diakses pada
Handoko,.
(1994). Simulasi Matematis Radiasi
Matahari di Indonesia. LFN-LIPI: Bandung.
Hendayana,
Dandan, SP. Mengenal Nama dan Fungsi Alat‐alat Pemantau
Cuaca dan Iklim.
https://dhkangmas.files.wordpress.com/2011/06/mengenal- nama-dan-alat-deteksi-cuaca-dan-iklim.pdf. Diakses pada
Hidayati, Rini.
2001. Masalah Perubahan Iklim di
Indonesia Beberapa Contoh Kasus.
Program Pasca Sarjana / S-3, Institut Pertanian Bogor.
Kartasapoetra,
A. G., 1988. Klimatologi Pengaruh Iklim
Terhadap Tanah dan Tanaman. Bina
Aksara: Jakarta.
Khaeruddin, 2010.
Lokasi Stasiun Klimatologi Kelas 1 Maros.
Masagena Press: Makassar.
Moertini, V.S
dan Dhaneswara, G. 2004. Jaringan Saraf
Tiruan Propagasi Balik Untuk Klasifikasi
Data. Jurusan Ilmu Komputer. Universitas Katolik Parahyangan.
Rencana
Strategis BMKG. 2010. http://data.bmkg.go.id/share/Dokumen/renstra- bmkg-bab1_4-2010.pdf. Diakses pada
Prawirowardoyo,
1996. Pengukuran klimatologi.
Masagena Press: Makassar.
Purnama, Sandy. 2014. Laporan
Agroklimatologi. http://sandypurnama.
blogspot.co.id/2014/06/laporan-klimatologi-hanya-untuk-bahan.html. Diakses
Sudiira,
1999. Kebutuhan pokok stasiun
klimatologi. Masagena Press, Makassar
Setiawan, A. C.
2003. Otomatisasi Stasiun Cuaca Untuk
Menunjang Kegiatan Pertanian.
http : // www.bmg.ac.id. Diakses pada
0 comments:
Post a Comment