Popular Posts

Tuesday, May 9, 2017

Makalah Identifikasi Asam Amino

 Ada 20 jenis asam amino yang merupakan penyusun protein. Nama-nama asam amino ini disingkat dalam tiga kode huruf atau kode satu hurufAsam amino dan kode itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini

Asam Amino
Semua asam amino yang ditemukan di protein mempunyai ciri sama, gugus karboksil dan gugus amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada rantai sampingnya, atau gugus R, yang bervariasi dalam struktur, ukuran muatan listrik dan kelarutan di dalam air (Lehninger, 1982).
Ada 20 jenis asam amino yang merupakan penyusun protein. Nama-nama asam amino ini disingkat dalam tiga kode huruf atau kode satu huruf. Asam amino dan kode itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini (Mandle, dkk., 2012) :
Tabel 1. Asam Amino
Glisin
Gly
G
Tirosin
Try
Y
Alanin
Ala
A
Metionin
Mer
M
Serin
Ser
S
Triptofan
Trp
T
Treonin
Thr
T
Asparagin
Asn
A
Sistein
Cys
C
Glutamin
Gln
G
Valin
Val
V
Histidin
His
H
Isoleusin
Ile
I
Asam Aspartat
Asp
A
Leusin
Leu
L
Asam Glutamat
Glu
G
Prolin
Pro
P
Lisin
Lys
L
Penilalanin
Phe
P
Arginin
Arg
A

Ke-20 asam amino pada protein sering kali dipandang sebagai asam amino baku, utama, atau normal, untuk membedakan molekul-molekul ini dari jenis asam amino lain yang ada pada organisme hidup, tetapi tidak terdapat di dalam protein (Lehninger, 1982).
Sifat kimia umum pada semua asam amino yang disebabkan oleh adanya kelompok α-karboksil dan kelompok α-amino dalam molekul tersebut. Semua asam amino, yang mengandung gugus α-amino bebas, dalam reaksi dengan senyawa berupa ninhidrin dari warna ungu-biru, sementara prolin dan hidroksiprolin, yang berisi kelompok amino, menghasilkan senyawa berwarna kuning (Bankowski, 2013).
Cincin indol triptofan bereaksi dengan asam glioksilat  pada pembentukan  asam sulfat untuk membentuk suatu produk yang berwarna merah-violoet. Asam glioksilat merupakan (komponen pencemar)  senyawa konsentrat asam asetat yang dikenal secara komersil (Bankowski, 2013).

Identifikasi Protein
Menurut (Nursanti dan Yazid, 2006) beberapa metode identifikasi protein terdapat yaitu:
Uji susunan elementer protein
Semua jenis protein tersusun atas karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). adapula protein yang mengandung sedikit belarang (S) dan fosfor (P). Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya unsur unsur penyusun protein.
Uji kelarutan protein
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam,dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut.Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan etanol absolut, maka proteun akan menggumpal. Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi moleku-molekul protein. Metode ini bertujuan untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu.
Uji pengendapan protein dengan garam
Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionya dalam larutan.Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi atau salting out.Tujuan dari metode ini adalah mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan garam divalen kosentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein.
Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik
Sebagian besar protein dapat di endapkan dengan penambahan asam-asam organik seperti asam sitrat, trikloroasetat, dan asam sulfosalsilat. Penambahan asam menyebakan tebentuknya garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami denaturasi irreversibel dengan adanya logam berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahu pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat kelarutan protein.
Uji biuret
Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatifterhadap asam amino bebebas atau dipeptida.Biuret adalah senyawa denga 2 ikatan peptida yang tebentuk pada pemanasan dua molekul urea.Tujuannya untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein.
Uji penentuan isoelektrin
Seperti pada asam amino bebas, protein pun mempunyai isoelektrik yang berbeda-beda. Titik isoelektrik (TI) adalah daerah pH  tertentu diman protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatinya sama, sehingga tidak bergerak bila diltrietakan di dalam medan listrik. Tujuannya adalah untuk mengetahui titik isoeletrik (pH Isoeletrik) dari protein secara kuantitatif.

Identifikasi Asam Amino
Menurut (Nursanti dan Yazid, 2006) beberapa metode identifikasi Asam Amino yaitu:
1.             Uji Ninhirin
Semua asam amino atau peptida yang mengandung asam α-amino bebas akan bereaksi dengan nidhirin membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilan senyawa yang berwarna kuning. Metode ini bertujuan untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein.
2.             Uji Xantoprotein
Jika protein mengandung cincin benzena di tambah asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnannya berubah menjadi jingga. Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin.
Bacaan:

Bańkowski, Edward, dkk., 2013, Biochemistry Workbook, Medical University of Białystok, Bialystok.

Fairchild, Steve, dkk., 1995, Protein Structure Analylis and Prediction, TheMathematica Journal, 5(4): 64-69.

Hidajati, N., Mandila, S., P., 2013, Identifikasi Asam Amino Pada Cacing Sutra (Tubifex sp.) yang di Ekstrak dengan Pelarut Asam Asetat dan Asam laktat, UNESA Journal of Chemistry, 2(1): 103-108.

Katili, A., S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kolagen, Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5): 19-29.

Lehninger, 1982, Dasar-Dasar Biokimia, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mandle, A. K., Jain P., dan Shrivastava, S. K., 2012, Protein Structure Prediction Using Support Vector Machine, International Journal on Soft Computing ( IJSC ), 3(1): 67–78.

Ngili Y., 2009, Biokimia Metabolisme dan Bioenergitika, Graha Ilmu, Jakarta.

Nursanti, L., Yazid, E., 2006, Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analis, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Orten, J., M., Kleiner, I., S., 1962, Biochemistry, The C.V. Mosby Company, New York.




0 comments:

Post a Comment