Makalah Identifikasi Asam Amino
Ada 20 jenis asam amino yang merupakan penyusun protein. Nama-nama asam amino ini disingkat dalam tiga kode huruf atau kode satu huruf. Asam amino dan kode itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini
Asam Amino
Semua asam amino yang ditemukan di
protein mempunyai ciri sama, gugus karboksil dan gugus amino diikat pada atom
karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada rantai
sampingnya, atau gugus R, yang bervariasi dalam struktur, ukuran muatan listrik
dan kelarutan di dalam air (Lehninger, 1982).
Ada 20 jenis asam amino yang merupakan penyusun protein. Nama-nama asam amino ini disingkat dalam tiga kode huruf
atau kode satu huruf. Asam amino dan
kode itu dapat
dilihat
dalam tabel berikut ini (Mandle, dkk., 2012) :
Tabel 1.
Asam Amino
Glisin
|
Gly
|
G
|
Tirosin
|
Try
|
Y
|
Alanin
|
Ala
|
A
|
Metionin
|
Mer
|
M
|
Serin
|
Ser
|
S
|
Triptofan
|
Trp
|
T
|
Treonin
|
Thr
|
T
|
Asparagin
|
Asn
|
A
|
Sistein
|
Cys
|
C
|
Glutamin
|
Gln
|
G
|
Valin
|
Val
|
V
|
Histidin
|
His
|
H
|
Isoleusin
|
Ile
|
I
|
Asam Aspartat
|
Asp
|
A
|
Leusin
|
Leu
|
L
|
Asam Glutamat
|
Glu
|
G
|
Prolin
|
Pro
|
P
|
Lisin
|
Lys
|
L
|
Penilalanin
|
Phe
|
P
|
Arginin
|
Arg
|
A
|
Ke-20 asam amino pada protein
sering kali dipandang sebagai asam amino baku, utama, atau normal, untuk
membedakan molekul-molekul ini dari jenis asam amino lain yang ada pada
organisme hidup, tetapi tidak terdapat di dalam protein (Lehninger, 1982).
Sifat kimia umum pada semua asam
amino yang disebabkan oleh adanya kelompok α-karboksil dan kelompok α-amino
dalam molekul tersebut. Semua asam amino, yang mengandung gugus α-amino bebas,
dalam reaksi dengan senyawa berupa ninhidrin dari warna ungu-biru, sementara
prolin dan hidroksiprolin, yang berisi kelompok amino, menghasilkan senyawa
berwarna kuning (Bankowski, 2013).
Cincin indol triptofan bereaksi
dengan asam glioksilat pada
pembentukan asam sulfat untuk membentuk
suatu produk yang berwarna merah-violoet. Asam glioksilat merupakan (komponen
pencemar) senyawa konsentrat asam asetat
yang dikenal secara komersil (Bankowski, 2013).
Identifikasi Protein
Menurut (Nursanti dan Yazid, 2006)
beberapa metode identifikasi protein terdapat yaitu:
Uji susunan elementer protein
Semua jenis protein tersusun atas
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). adapula protein yang
mengandung sedikit belarang (S) dan fosfor (P). Metode ini bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya unsur unsur penyusun protein.
Uji
kelarutan protein
Protein
bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya
larut protein berbeda di dalam air, asam,dan basa. Sebagian ada yang mudah
larut dan ada yang sukar larut.Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut
lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan
etanol absolut, maka proteun akan menggumpal. Hal ini disebabkan etanol menarik
mantel air yang melingkupi moleku-molekul protein. Metode ini bertujuan untuk
mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu.
Uji pengendapan protein dengan garam
Pengaruh penambahan garam terhadap
kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan
ionya dalam larutan.Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya,
semakin efektif garam dalam pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi
tinggi atau salting out.Tujuan dari
metode ini adalah mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan garam divalen
kosentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein.
Uji pengendapan protein dengan logam dan asam
organik
Sebagian besar protein dapat di
endapkan dengan penambahan asam-asam organik seperti asam sitrat,
trikloroasetat, dan asam sulfosalsilat. Penambahan asam menyebakan tebentuknya
garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami
denaturasi irreversibel dengan adanya logam berat seperti Cu2+, Hg2+,
atau Pb2+. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahu pengaruh
logam berat dan asam organik terhadap sifat kelarutan protein.
Uji biuret
Ion Cu2+ (dari pereaksi
biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan
peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
(violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih,
tetapi negatifterhadap asam amino bebebas atau dipeptida.Biuret adalah senyawa
denga 2 ikatan peptida yang tebentuk pada pemanasan dua molekul urea.Tujuannya
untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein.
Uji penentuan isoelektrin
Seperti pada asam amino bebas,
protein pun mempunyai isoelektrik yang berbeda-beda. Titik isoelektrik (TI) adalah
daerah pH tertentu diman protein tidak
mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatinya sama,
sehingga tidak bergerak bila diltrietakan di dalam medan listrik. Tujuannya
adalah untuk mengetahui titik isoeletrik (pH Isoeletrik) dari protein secara
kuantitatif.
Identifikasi Asam Amino
Menurut (Nursanti dan Yazid, 2006)
beberapa metode identifikasi Asam Amino yaitu:
1.
Uji Ninhirin
Semua asam amino atau peptida yang
mengandung asam α-amino bebas akan bereaksi dengan nidhirin membentuk senyawa
kompleks berwarna biru. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilan senyawa
yang berwarna kuning. Metode ini bertujuan untuk membuktikan adanya asam amino
bebas dalam protein.
2.
Uji Xantoprotein
Jika
protein mengandung cincin benzena di tambah asam nitrat pekat, maka akan
terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan.
Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnannya
berubah menjadi jingga. Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya asam amino
tirosin, triptofan dan fenilalanin.
Bacaan:
Bańkowski, Edward, dkk., 2013, Biochemistry
Workbook, Medical University of Białystok, Bialystok.
Fairchild,
Steve, dkk., 1995, Protein Structure Analylis and Prediction, TheMathematica
Journal, 5(4): 64-69.
Hidajati,
N., Mandila, S., P., 2013, Identifikasi Asam Amino Pada Cacing Sutra (Tubifex
sp.) yang di Ekstrak dengan Pelarut Asam Asetat dan Asam laktat, UNESA Journal
of Chemistry, 2(1): 103-108.
Katili,
A., S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kolagen, Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5): 19-29.
Lehninger,
1982, Dasar-Dasar Biokimia, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mandle,
A. K., Jain P., dan Shrivastava, S. K., 2012, Protein Structure Prediction
Using Support Vector Machine, International Journal on Soft Computing ( IJSC ),
3(1): 67–78.
Ngili
Y., 2009, Biokimia Metabolisme dan Bioenergitika, Graha Ilmu, Jakarta.
Nursanti,
L., Yazid, E., 2006, Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analis,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Orten,
J., M., Kleiner, I., S., 1962, Biochemistry, The C.V. Mosby Company, New York.
0 comments:
Post a Comment