Popular Posts

Wednesday, June 29, 2016

Laporan Manajemen dan Peralatan Bengkel Pertanian



LatarBelakang
Pada usaha tani dengan skala yang lebih besar, pentingnya bengkel semakin nyata. Alat dimiliki suatu perusahaan pertanian adalah untuk dapat digunakan dengan semestinya, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jika alat mengalami kerusakan maka jadwal kerja akan terganggu, yang pada giliran selanjutnya akan merugikan secara ekonomi.
Bengkel pertanian hanya diperuntukkan bagi perawatan dan pemeliharaan alat dan mesin-mesin pertanian, traktor, motor stationer dan juga untuk menangani konstruksi ringan yang rata-rata diperlukan bagi usaha pertanian secara mekanis.
Mekanisasi pertanian bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan peralatan dan teknologi secara optimum. Ketepatan dalam menangani beroperasinya mesin di lapangan, untuk itu diadakan praktikum guna peningkatan pengetahuan. Dalam perancangan alat atau mesin yang lebih modern dibutuhkanlah tempat serta alat yang layak dan tepat untuk merancang hingga membuat alat seutuhnya.Dalam suatu bengkel perlu pengelompokan alat perbengkelan untuk mempermudah pada saat digunakan sehingga perlu didata dan dikelompokan sesuai dengan fungsi sehingga tidak mempersulit pekerja pada saat digunakan dan juga akan mengefisienkan waktu kerja.
Pada bengkel pertanian perlu untuk melihat bagaimana keadaan bengkel tersebut, baik atau layak dikatakan sebagai bengkel yang memenuhi kriteria bengkel. Yang termaksud dalam kriteria bengkel yang baik ada beberapa kategori misalnya, harus memiliki penerangan yang cukup, akses energi listrik yang baik, serta jaringan pembumian listrik yang memadai untuk menjaga keselamatan kerja bagi para pekerja dan ini sangat penting dalam kegiatan bengkel. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga dapat digolongkan seperti pemilihan, penggunaan dan perawatan peralatan tangan (hand tools) dan peralatan listrik, pekerjaan kayu dan pertukangan.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dilakukanlah manajemenbengkel agar mahasiswa dapatmengetahui perbedaan dari manajemensi bengkel kecil, bengkel menengah, dan bengkel besar secara umum, sehingga perlu untuk dilakukan praktikum ini.
Tujuan dan kegunaan 
Tujuan dari praktikum Manajemen dan Peralatan Bengkel yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui manajemensi bengkel kecil, bengkel menengah, dan bengkel besar umum dan untuk mengetahui perbedaan manajemensi bengkel kecil, bengkel menengah, dan bengkel besar secara umum.
Adapun kegunaan diadakannya praktikum  manajemen dan peralatan bengkel ini yaitu agar mahasiswa mampu mengaplikasikan bentuk manajemensi bengkel pada bidang teknik pertanian.


 
I.        TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ManajemenBengkel
Manajemen adalah proses atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau pemimpin atau manajer di dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Secara operasional dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan, mengintegrasikan, menyederhanakan dan mensinkronisasikan sumber daya manusia, material dan metode (men, material, methodsatau 3M) dengan mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen seperti, perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, pengawasan dan lain-lain agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen diperlukan dukungan data dan informasi serta akan menghasilkan data dan informasi pula (Ramadhina, 2015).
Manajemen adalah pengelolaan secara umum, yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pergerakan (aktuating) dan pengawasan (controling). Fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Berjalannya fungsi manajemen tersebut tergantung kepada kualitas sumberdaya manusianya. Semakin baik kualitas sumberdaya manusiannya maka fungsi manajemennya akan berjalan dengan baik karena dikelola oleh orang yang berkualitas (Jiliansyah, 2011)
Proses paling sederhana didalam manajemen itu sendiri terdiri atas sub-sub Proses yang diurutkan dan dinamakan dengan POAC (planning, organizing, actuating, dan controlling). Masing-masing sub-sub Proses didalam manajemen sangat komplek, artinya masing-masing proses saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Contoh sederhana aplikasi ilmu manajemen adalah mengganti ban mobil yang kempes di jalan raya oleh 4 (empat) penumpangnya, yaitu dengan merencanakan dan mengorganisasikan siapa yang membongkar ban kempes, siapa yang menyiapkan pendongkrakan, siapa yang melepaskan ban pengganti, dan siapa yang mengatur kelancaran lalu lintas serta menjaga keamanan alat, selanjutnya diaktualisasikan, dan terakhir dikontrol apakah semuanya berjalan sesuai dengan rencana (Sulistiadji, 2006).
2.2  PengertianBengkel
Pengertian bengkel secara umum yaitu tempat (bangunan atau ruangan) untuk pemeliharaan, perbaikan, dan modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan bengkel pertanian merupakan tempat untuk melakukan pembuatan, perbaikan, penyimpanan dan perawatan berbagai alat mesin pertanian. Di dalam bengkel harus terdapat alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam bengkel tersebut. Setiap pihak yang bersangkutan dengan kegiatan ini harus memahami masalah keselamatan dan kesehatan kerja (Depo, 2010).
Bengkel adalah tempat di mana seorang mekanik melakukan pekerjaan melayani jasa perbaikan dan perawatan mesin-mesin mekanik lainnya. Pengertian bengkel secara umum tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan atau pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan bengkel pertanian merupakan tempat untuk melakukan pembuatan, perbaikan, penyimpanan dan perawatan berbagai alat mesin pertanian (Edwar, 2015).
Pada suatu usaha tani, seberapapun ukuran usaha taninya, pastilah digunakan alsin pertanian. Untuk usaha tani yang paling sederhana misalnya, dengan alat yang dipakai adalah cangkul dan sabit, setidaknya akan diperlukan perkakas pengasah semisal batu gerinda atau kikir. Untuk usaha tani yang ukurannya lebih besar, dengan alsin yang lebih beragam dan lebih rumit, tentulah diperlukan perkakas yang lebih banyak. Jika alsin yang dimiliki perusahaan tidak terlalu banyak, biasanya lebih efisien dan ekonomis untuk menggantungkan perbaikan pada perusahaan bengkel komersial (Depo, 2010).
Menurut Mazan (2007),  bengkel memiliki 2 pengertian, yaitu secara luas dan secara sempit. Dalam artian luas bengkel pertanian memiliki fungsi :
1.   Sebagai tempat untuk mengembangkan daya cipta manusia sehingga dapatterwujud hasil karya yang berguna bagi kehidupan manusia. Dalam kegiatan ini dapat berupa tindakan perancangan atau modifikasi dari suatu hasil rancangan.
2.    Sebagai tempat pendidikan dan latihan bagi operator, teknisi, masinis dalam bidang pertanian.
3.    Sebagai tempat untuk pengujian alsintan yang akan diterapkan di suatu daerah.
Menurut Maharani (2013), berdasarkan fungsinya bengkel pertanian terbagi kedalam beberapa bagian sebagai berikut:
1.      Bengkel Kecil dan Sederhana (Small Scale) Jenis bengkel ini biasanya hanya digunakan untuk melakukan perawatan pada mesin pertanian dan peralatan yang sederhana.
2.      Bengkel Menengah (Medium Scale) Jenis bengkel ini, selain sebagai
tempat
perawatan mesin dan alat, biasanya digunakan untuk lapangan atau
field-workshop. Yaitu
sebagai pusat perawatan bagi distributor alat mesin pertanian untuk mendukung pelayanan penjualan.
3.      Bengkel Ukuran Besar (Large Scale) Jenis bengkel ini bersifat tetap atau permanen yaitu memiliki fasilitas-fasilitas seperti yang ada pada pabrik produksi skala besar. Fungsi dari bengkel ini sebagai base-workshop yang lebih besar dari pada bengkel medium scale, untuk menangani pekerjaan bongkaran atau bongkar pasang, memperbaiki dan mengganti suku cadang, untuk membuat beberapa bagian mesin dan alat pertanian yang rusak.
Perbengkelan pertanian sangat membutuhkan pengelompokan alat kerja, hal ini untuk mendukung semua proses kegiatan secara optimum. Pengelompokan alat didasarkan pada fungsi dari alat tersebut sehingga para pekerja bengkel tidak menggunakan alat diluar fungsi dari alat yang digunakan (Edwar, 2015).
2.3 PersyaratanManajemenBengkel yang Baik
Menurut Pratama (2015), dalam bengkel adapun persyaratan umum fisik yang harus dimiliki dalam bengkel adalah sebagai berikut:
1.      Luas, dihitung berdasarkan jumlah orang dan ditambah dengan luas jalan atau bidang gerak ± 100% dari luas seluruh bidang kerja
2.      Jenis lantai, dipersyaratkan yang sesuai dengan K3 baik untuk orang yang bekerja maupun untuk alat yang digunakan.
3.      Tinggi langit-langit, diperhitungkan dengan ukuran yang sebaiknya lebih tinggi, dan apabila udara dikondisikan dengan AC maka tinggi langit-langit harus disesuaikan dengan kemampuan AC yang tersedia.
4.      Ventilasi, diperhitungkan jendela, pintu, dan kisi-kisi. Tinggi jendela dari lantai dipertanyakan 1-1.5 m, dengan maksud cahaya masuk dapat optimal.
5.      Penerangan, dalam hal ini penerangan merupakan penerangan alamiah.
6.      Utilitas
Dalam merencanakan pembuatan suatu bengkel memiliki tujuan. Menurut Pratama (2014), untuk merencanakan pembuatan bengkel harus memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1.      Dapat menentukan budget yang diperlukan dalam pembuatan bengkel, baik untuk pembangunan bengkelnya maupun fasilitas atau peralatan yang dibutuhkan dalam bengkel yang akan dibuat.
2.      Dapat menentukan lokasi, sehingga dapat dibuat tata letak bengkel yang menunjang proses produksi secara optimal. Selain itu dapat juga menentukan tipe bangunan yang akan dibuat sesuai dengan bengkel tersebut.

2.4  Tata letak bengkel
Tata letak bengkel adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan di bengkel, sehingga bengkel tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan-persyaratan untuk beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang sangat luas, yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu bengkel yang layak operasi diperlukan penempatan peralatan yang tersusun rapih yang berdasar kepada poses dan langkah-langkah penggunaan atau aktivitas dalam bengkel yang diharapkan, begitu pula dengan daerah kerja (work stations) harus memiliki luas yang memungkinkan pekerja atau operator dapat bergerak bebas, aman dan nyaman, disamping lalu lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai ke tempat kerja dengan mudah dann lancar (Tim penyusun, 2016).
Manajemen bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang              tertib. Administrasi ini harus mencatat semua sumber daya yang menjadi                    aset bengkel. Menurut Daryanto (2007),  kartu-kartu yang diperlukan administrasi adalah sebagai berikut:
1        Kartu pemakaian bengkel
2        Kartu laporan kerusakan
3        Bon pinjam atau pengembalian alat
4        Daftar alokasi tugas
5        Daftar kondisi peralatan menurut keadaan
6        Buku inventaris alat/ mesin
7        Buku penerimaan barang
8        Buku pengeluaran/ pemakaian bahan


  Daftar Pustaka


Daryanto. 2007. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bengkel. Jakarta. Rineka Cipta.
Depo. PenggolonganAlatPerkakasBengkel.www.dokument.tipes.com. diakses pada
Edwar. 2015. Alat-alat Perbengkelan dan Inventarisasi. www.dokument.tipes.com  di akses pada
Jiliansyah Yoki, dan Muchtar Ahmad. 2011. Manajemen Bengkel Mesin Kapal Perikanan di Kota. Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2011, hlm 33-43 Vol 39 No.1 ISSN 0126-6265.
Maharani, Dewi Maya. 2013. Perbengkelan. Universitas Jendral Soedirman, Purwekerto.
Maran, Zevy D. 2007. Peralatan Bengkel Otomotif. CV Andi Ofset : Yogyakarrta.
Pratama, BayuAdi. 2015. PerencanaanBengkel. unm.ac.id.Diakses pada
Sulistiadji, Koes. 2006. Naskah Buku Teknologi Mekanisasi Pengolaan UPJA (Manajemen Bengkel). UPJA: Jakarta.
Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Perbengkelan Pertanian. Tim Universitas.

0 comments:

Post a Comment