Laporan Manajemen dan Peralatan Bengkel Pertanian
LatarBelakang
Pada usaha tani
dengan skala yang lebih besar, pentingnya bengkel semakin nyata. Alat dimiliki
suatu perusahaan pertanian adalah untuk dapat digunakan dengan semestinya,
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jika alat mengalami kerusakan maka
jadwal kerja akan terganggu, yang pada giliran selanjutnya akan merugikan
secara ekonomi.
Bengkel pertanian hanya diperuntukkan
bagi perawatan dan pemeliharaan alat dan mesin-mesin pertanian, traktor, motor
stationer dan juga untuk menangani konstruksi ringan yang rata-rata diperlukan
bagi usaha pertanian secara mekanis.
Mekanisasi pertanian bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan peralatan dan teknologi secara
optimum. Ketepatan dalam menangani beroperasinya mesin di lapangan, untuk itu
diadakan praktikum guna peningkatan pengetahuan.
Dalam perancangan alat atau mesin yang lebih modern dibutuhkanlah tempat serta
alat yang layak dan tepat untuk merancang hingga membuat alat seutuhnya.Dalam
suatu bengkel perlu pengelompokan alat perbengkelan untuk mempermudah pada saat
digunakan sehingga perlu didata dan dikelompokan sesuai dengan fungsi sehingga
tidak mempersulit pekerja pada saat digunakan dan juga akan mengefisienkan
waktu kerja.
Pada bengkel
pertanian perlu untuk melihat bagaimana keadaan bengkel tersebut, baik atau
layak dikatakan sebagai bengkel yang memenuhi kriteria bengkel. Yang termaksud
dalam kriteria bengkel yang baik ada beberapa kategori misalnya, harus memiliki
penerangan yang cukup, akses energi listrik yang baik, serta jaringan pembumian
listrik yang memadai untuk menjaga keselamatan kerja bagi para pekerja dan ini
sangat penting dalam kegiatan bengkel. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga
dapat digolongkan seperti pemilihan, penggunaan dan perawatan peralatan tangan
(hand tools) dan peralatan listrik,
pekerjaan kayu dan pertukangan.
Berdasarkan
pertimbangan diatas maka dilakukanlah manajemenbengkel
agar mahasiswa dapatmengetahui
perbedaan dari manajemensi bengkel kecil, bengkel menengah, dan bengkel besar
secara umum, sehingga perlu untuk dilakukan praktikum ini.
Tujuan
dan kegunaan
Tujuan
dari praktikum Manajemen dan Peralatan Bengkel yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui manajemensi bengkel kecil, bengkel menengah, dan bengkel besar umum
dan untuk mengetahui perbedaan manajemensi bengkel kecil, bengkel menengah, dan
bengkel besar secara umum.
Adapun
kegunaan diadakannya praktikum manajemen
dan peralatan bengkel ini yaitu agar mahasiswa mampu mengaplikasikan bentuk
manajemensi bengkel pada bidang teknik pertanian.
I.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
ManajemenBengkel
Manajemen adalah
proses atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau pemimpin atau manajer
di dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Secara operasional dapat
didefinisikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan, mengintegrasikan,
menyederhanakan dan mensinkronisasikan sumber daya manusia, material dan metode
(men, material, methodsatau 3M)
dengan mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen seperti, perencanaan,
pengorganisasian, penggiatan, pengawasan dan lain-lain agar tujuan organisasi
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk menjalankan fungsi-fungsi
manajemen diperlukan dukungan data dan informasi serta akan menghasilkan data
dan informasi pula (Ramadhina,
2015).
Manajemen adalah pengelolaan secara
umum, yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pergerakan (aktuating) dan pengawasan (controling). Fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Berjalannya fungsi manajemen tersebut
tergantung kepada kualitas sumberdaya manusianya. Semakin baik kualitas
sumberdaya manusiannya maka fungsi manajemennya akan berjalan dengan baik
karena dikelola oleh orang yang berkualitas (Jiliansyah, 2011)
Proses paling sederhana didalam manajemen
itu sendiri terdiri atas sub-sub Proses yang diurutkan dan dinamakan dengan
POAC (planning, organizing, actuating, dan controlling). Masing-masing sub-sub Proses didalam manajemen sangat
komplek, artinya masing-masing proses saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Contoh sederhana aplikasi ilmu manajemen adalah mengganti ban mobil
yang kempes di jalan raya oleh 4 (empat) penumpangnya, yaitu dengan
merencanakan dan mengorganisasikan siapa yang membongkar ban kempes, siapa yang
menyiapkan pendongkrakan, siapa yang melepaskan ban pengganti, dan siapa yang
mengatur kelancaran lalu lintas serta menjaga keamanan alat, selanjutnya
diaktualisasikan, dan terakhir dikontrol apakah semuanya berjalan sesuai dengan
rencana (Sulistiadji, 2006).
2.2
PengertianBengkel
Pengertian
bengkel secara umum yaitu tempat (bangunan atau ruangan) untuk pemeliharaan,
perbaikan, dan modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat pembuatan bagian mesin
dan perakitan alsin. Sedangkan bengkel pertanian merupakan tempat untuk
melakukan pembuatan, perbaikan, penyimpanan dan perawatan berbagai alat mesin
pertanian. Di dalam bengkel harus terdapat alat-alat dan bahan-bahan yang
menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam bengkel tersebut. Setiap
pihak yang bersangkutan dengan kegiatan ini harus memahami masalah keselamatan
dan kesehatan kerja (Depo, 2010).
Bengkel adalah
tempat di mana seorang mekanik melakukan pekerjaan melayani jasa perbaikan dan
perawatan mesin-mesin mekanik lainnya. Pengertian bengkel secara umum tempat
(bangunan atau ruangan) untuk perawatan atau pemeliharaan, perbaikan, modifikasi
alat dan mesin (alsin), tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin.
Sedangkan bengkel pertanian merupakan tempat untuk melakukan pembuatan,
perbaikan, penyimpanan dan perawatan berbagai alat mesin pertanian (Edwar,
2015).
Pada suatu usaha
tani, seberapapun ukuran usaha taninya, pastilah digunakan alsin pertanian.
Untuk usaha tani yang paling sederhana misalnya, dengan alat yang dipakai
adalah cangkul dan sabit, setidaknya akan diperlukan perkakas pengasah semisal
batu gerinda atau kikir. Untuk usaha tani yang ukurannya lebih besar, dengan
alsin yang lebih beragam dan lebih rumit, tentulah diperlukan perkakas yang
lebih banyak. Jika alsin yang dimiliki perusahaan tidak terlalu banyak,
biasanya lebih efisien dan ekonomis untuk menggantungkan perbaikan pada
perusahaan bengkel komersial (Depo, 2010).
Menurut Mazan
(2007), bengkel memiliki 2 pengertian,
yaitu secara luas dan secara sempit. Dalam artian luas bengkel pertanian
memiliki fungsi :
1. Sebagai
tempat untuk mengembangkan daya cipta manusia sehingga dapatterwujud hasil
karya yang berguna bagi kehidupan manusia. Dalam kegiatan ini dapat berupa
tindakan perancangan atau modifikasi dari suatu hasil rancangan.
2. Sebagai
tempat pendidikan dan latihan bagi operator, teknisi, masinis dalam bidang pertanian.
3. Sebagai
tempat untuk pengujian alsintan yang akan diterapkan di suatu daerah.
Menurut Maharani (2013), berdasarkan fungsinya bengkel pertanian terbagi kedalam beberapa bagian sebagai berikut:
1.
Bengkel Kecil dan Sederhana (Small Scale) Jenis bengkel ini biasanya hanya digunakan untuk melakukan perawatan
pada mesin pertanian dan peralatan
yang sederhana.
2. Bengkel Menengah (Medium Scale) Jenis bengkel ini,
selain sebagai
tempat perawatan mesin dan alat, biasanya digunakan untuk lapangan atau
field-workshop. Yaitu sebagai pusat perawatan bagi distributor alat mesin pertanian untuk mendukung pelayanan penjualan.
tempat perawatan mesin dan alat, biasanya digunakan untuk lapangan atau
field-workshop. Yaitu sebagai pusat perawatan bagi distributor alat mesin pertanian untuk mendukung pelayanan penjualan.
3. Bengkel Ukuran Besar (Large Scale) Jenis bengkel ini bersifat tetap atau permanen yaitu memiliki fasilitas-fasilitas seperti
yang ada pada pabrik produksi skala besar.
Fungsi dari bengkel ini sebagai base-workshop yang
lebih besar dari pada bengkel medium scale,
untuk menangani pekerjaan bongkaran atau bongkar pasang,
memperbaiki dan mengganti suku cadang,
untuk membuat beberapa bagian mesin dan alat pertanian
yang rusak.
Perbengkelan
pertanian sangat membutuhkan pengelompokan alat kerja, hal ini untuk mendukung
semua proses kegiatan secara optimum. Pengelompokan alat didasarkan pada fungsi
dari alat tersebut sehingga para pekerja bengkel tidak menggunakan alat diluar
fungsi dari alat yang digunakan (Edwar, 2015).
2.3 PersyaratanManajemenBengkel
yang Baik
Menurut
Pratama (2015), dalam bengkel adapun persyaratan umum
fisik yang harus dimiliki dalam bengkel adalah
sebagai berikut:
1.
Luas, dihitung
berdasarkan jumlah orang dan ditambah dengan luas jalan
atau bidang gerak ±
100% dari luas
seluruh bidang kerja
2.
Jenis
lantai, dipersyaratkan yang sesuai
dengan K3 baik untuk orang yang bekerja maupun untuk alat yang
digunakan.
3.
Tinggi
langit-langit, diperhitungkan
dengan ukuran yang sebaiknya lebih tinggi, dan
apabila udara dikondisikan dengan
AC maka
tinggi langit-langit harus
disesuaikan dengan kemampuan AC yang tersedia.
4.
Ventilasi,
diperhitungkan jendela,
pintu, dan kisi-kisi.
Tinggi
jendela dari lantai dipertanyakan
1-1.5 m, dengan maksud
cahaya masuk dapat
optimal.
5.
Penerangan,
dalam
hal ini penerangan
merupakan penerangan alamiah.
6.
Utilitas
Dalam
merencanakan pembuatan suatu bengkel memiliki
tujuan. Menurut Pratama (2014), untuk merencanakan pembuatan bengkel harus memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
1.
Dapat
menentukan budget yang diperlukan
dalam pembuatan bengkel,
baik
untuk pembangunan bengkelnya
maupun fasilitas atau
peralatan yang dibutuhkan
dalam bengkel yang akan dibuat.
2.
Dapat
menentukan lokasi, sehingga dapat dibuat tata
letak bengkel yang menunjang proses produksi secara optimal. Selain itu dapat juga
menentukan tipe bangunan yang akan dibuat
sesuai dengan bengkel
tersebut.
2.4
Tata
letak bengkel
Tata letak
bengkel adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan di bengkel,
sehingga bengkel tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan-persyaratan untuk
beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang sangat
luas, yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu bengkel yang layak operasi diperlukan
penempatan peralatan yang tersusun rapih yang berdasar kepada poses dan
langkah-langkah penggunaan atau aktivitas dalam bengkel yang diharapkan, begitu
pula dengan daerah kerja (work stations)
harus memiliki luas yang memungkinkan pekerja atau operator dapat bergerak bebas,
aman dan nyaman, disamping lalu lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai
ke tempat kerja dengan mudah dann lancar (Tim penyusun, 2016).
Manajemen
bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang tertib. Administrasi ini harus
mencatat semua sumber daya yang menjadi aset bengkel. Menurut
Daryanto (2007), kartu-kartu yang
diperlukan administrasi adalah sebagai berikut:
1
Kartu pemakaian bengkel
2
Kartu laporan kerusakan
3
Bon pinjam atau
pengembalian alat
4
Daftar alokasi tugas
5
Daftar kondisi
peralatan menurut keadaan
6
Buku inventaris alat/
mesin
7
Buku penerimaan barang
8
Buku pengeluaran/
pemakaian bahan
Daftar Pustaka
Daryanto.
2007. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bengkel. Jakarta. Rineka Cipta.
Depo. PenggolonganAlatPerkakasBengkel.www.dokument.tipes.com. diakses pada
Edwar. 2015. Alat-alat
Perbengkelan dan Inventarisasi. www.dokument.tipes.com di akses pada
Jiliansyah Yoki, dan Muchtar
Ahmad. 2011. Manajemen Bengkel Mesin
Kapal Perikanan di Kota. Berkala
Perikanan Terubuk, Februari 2011, hlm 33-43 Vol 39 No.1 ISSN 0126-6265.
Maharani, Dewi Maya. 2013. Perbengkelan.
Universitas Jendral Soedirman, Purwekerto.
Maran, Zevy D. 2007. Peralatan
Bengkel Otomotif. CV Andi Ofset : Yogyakarrta.
Pratama, BayuAdi. 2015. PerencanaanBengkel. unm.ac.id.Diakses pada
Sulistiadji, Koes. 2006. Naskah Buku Teknologi Mekanisasi Pengolaan
UPJA (Manajemen Bengkel). UPJA: Jakarta.
Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Perbengkelan Pertanian.
Tim Universitas.
0 comments:
Post a Comment