Laporan Praktikum Kesegaran Susu (II)
Susu yang baik adalah yang menunjukkan hasil negatif. Alkohol yang digunakan adalah jenis etil alkohol. Uji pH dilakukan dengan pH meter atau pH universal. Susu yang masih segar pH bersekitar 6,6-6,7. Semakin asam susu menunjukkan kualitas susu tersebut semakin menurun. Adapun uji karbonat dilakukan untuk mengetahui adanya pemalsuan produk susu. Susu segar umumnya memberi respon negatif pada uji ini. Uji karbonat dikatakan positif jika muncul gumpalan berwarna merah ketika komoditi susu ditetesi dengan 2 tetes netral red dan alkohol 96 % (Wardana, 2012).
Susu adalah cairan yang berasal dari
hasil pemerahan sapi perah yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau
ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu sebagai salah
satu sumber pangan yang baik karena mengandung banyak nutrisi (Harjanti, dkk.,
2016).
Pada
umumnya yang disebut susu adalah susu sapi, yang berasal dari jenis sapi perah
FH (Friesian Holstein) yang berwarna putih totol hitam atau hitam totol
putih. Beberapa jenis sapi perah, khususnya dari Bos Taurus misalnya Jersey
dan Guernsey mampu memproduksi susu dengan
kadar lemak mendekati 5 %. Gula dalam susu disebut laktosa yang kadarnya
sekitar 5-8 %. Laktosa memiliki daya kemanisan sangat rendah, yaitu hanya 16 %
(Wardana, 2012).
Mineral
yang banyak terdapat dalam susu adalah kalsium dan posfor. Kedua mineral
tersebut penting bagi pertumbuhan tulang. susu merupakan sumber mineral yang
penting. Mineral lain seperti klorida, kalsium, magnesium dan natrium terlarut
dalam air. Sebagian kalsium posfat dan protein tidak berada dalam larutan
murni, tetapi dalam bentuk dispersi koloid (kalsium posfat kaseinat) yang
menyebabkan susu terkesan berwarna putih opaque.
Vitamin yang tinggi terdapat dalam susu adalah niasin dan riboflavin. Akibat
tingginya kandungan riboflavin sehingga susu tanpak berwarna kehijau-hijauan,
jika terkena sinar matahari langsung maka riboflavin dalam susu cepat rusak
(Wardana, 2012).
Ada beberapa jenis produk susu
dipasaran, yaitu susu segar, susu pasteurisasi, susu sterilisasi, dan susu
kental manis. Susu segar merupakan jenis susu yang baru saja diperah dari
peternakan dan akan lebih baik jika sebelum dikonsumsi, direbus dulu hingga
mendidih. Susu pasteurisasi merupakan jenis susu yang paling sering ditemui. Susu
pasteurisasi biasanya dikemas dalam gelas plastik 200 mL yang dipasarkan dalam kondisi
dingin. Susu sterilisasi merupakan jenis susu yang biasa dikemas dengan kemasan
tetrapack, yaitu kardus yang di
bagian dalamnya terdapat lapisan alumunium foil. Susu jenis ini tidak harus
disimpan dalam suhu dingin. Susu kental manis, yaitu susu yang kental dan
memiliki kandungan gula yang tinggi. Biasanya dikemas dengan kaleng atau sachet (Wardana, 2012).
2.2 Mutu Susu
Susu
merupakan bahan makanan yang istimewa karena kelezatan dan komposisinya yang
seimbang. Susu juga mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh seperti
protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Nilai gizinya yang tinggi menyebabkan
susu menjadi media yang sangat cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme, sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu atau bila tidak
ditangani dengan benar menjadi tidak layak dikonsumsi. Susu juga bahan makanan
yang mempunyai sifat mudah rusak, dapat mengalami perubahan rasa, bau, warna,
dan rupa sehingga perlu dilakukan penanganan untuk mencegah penurunan kualitasnya
(Zakaria, dkk., 2013).
Mikroorganisme dapat mengakibatkan
kerusakan susu, menimbulkan penyakit (terutama penyakit saluran pencernaan)
bahkan keracunan bagi manusia Mikroorganisme yang dapat mencemari susu terbagi
menjadi dua golongan, yaitu mikroorganisme patogen dan mikroorganisme pembusuk.
Keadaan lingkungan yang kurang bersih dapat mempermudah terjadinya pencemaran.
Tingginya tingkat pencemaran pada saat proses pemerahan dimungkinkan karena
adanya mikroorganisme patogen yang cukup besar (Cahyono, dkk., 2013).
Mikroorganisme yang sering terdapat
pada susu sapi adalah dari famili Lactobacteriaceae (Streptococcus
lactis), famili Enterobacteriaceae (Escherichia coli) dan Staphylococcus.
Mutu mikrobiologis pada suatu bahan pangan ditentukan oleh jumlah
mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan tersebut. Mutu mikrobiologis
pada bahan pangan ini akan menentukan daya simpan dari produksi tersebut
ditinjau dari kerusakan oleh mikroorganisme dan keamanan bahan pangan dari
mikroorganime ditentukan oleh jumlah spesies patogenik (Cahyono, dkk., 2013)
Susu yang dijual sangat sedikit yang
benar-benar segar, yaitu langsung dari ambing sapi perah. Hal ini karena adanya
pencemaran atau kontaminasi oleh berbagai bakteri patogen. Susu yang akan
dijual sebelumnya dipanaskan secukupnya sehingga seluruh bakteri patogen yang
mungkin terdapat di dalamnya dapat dimusnahkan. Proses pemanasan disebut pasteurisasi
(Wardana, 2012).
Pemanasan pada suhu pasteurisasi
dimaksudkan untuk membunuh sebagian kuman patogenik yang ada dalam susu dengan
seminimum mungkin kehilangan gizinya dan mempertahankan semaksimal mungkin
sifat fisik dan cita rasa susu segar. Metode pasteurisasi yang umum dilakukan
pada susu ada dua cara, yaitu metode Low Temperature Long Time (LTLT) merupakan
pasteurisasi pada suhu rendah 62,8 oC selama 30 menit. Metode lainnya adalah High
Temperature Short Time (HTST) merupakan pemanasan pada suhu tinggi 71,7 oC selama 15 detik (Abubakar, dkk.,
2001).
Pasteurisasi memusnahkan bakteri
patogen, tetapi bakteri non patogen yang utamanya bakteri pembusuk masih hidup.
Susu pasteurisasi bukan merupakan susu awet. Susu pasteurisasi digabungkan
dengan metode pendinginan untuk memperpanjang daya simpannya. Susu pasteurisasi
disimpan pada suhu maksimal 10 oC. Suhu yang lebih dingin akan lebih
baik karena mikroba tidak dapat tumbuh dan berkembang (Wardana, 2012).
Pendinginan susu bertujuan untuk
menahan agar mikroba perusak susu jangan sampai berkembang sehingga susu tidak
mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif singkat pada suhu rendah. Suhu di
bawah 5 °C lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan aktivitas enzimatisnya
dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu ruangan (Harjanti, dkk., 2016).
Penghitungan total mikroorganisme
dalam bahan pangan penting untuk mengetahui tingkat kesegaran dan kualitas
sanitasi susu pasteurisasi selama penyimpanan. Jumlah kandungan mikroorganisme
pada susu segar merupakan salah satu faktor yang menentukan kisaran waktu
antara susu saat pasteurisasi dan diterima konsumen. Kandungan mikroorganisme
patogenik maksimum yang boleh ada pada bahan pangan yang siap dikonsumsi tidak
boleh lebih dari 105 koloni (Abubakar, dkk., 2001).
Jumlah bakteri yang tinggi pada susu
pasteurisasi dapat disebabkan oleh proses pasteurisasi yang tidak benar, sanitasi
yang jelek atau penyimpanan pada suhu yang terlalu tinggi setelah pasteurisasi.
Pasteurisasi hanya mematikan 95-99 % bakteri yang ada.
Hidupnya mikroorganisme pada susu yang dipasteurisasi bergantung pada suhu penyimpanan,
jumlah, dan tipe mikroorganime yang tahan pasteurisasi (Abubakar, dkk., 2001).
Kualitas susu sangat diperhatikan dalam
industri pengolahan susu. Pengujian kualitas susu menjadi aspek vital dalam
memperoleh bahan baku komoditi susu yang memiliki kualitas yang sesuai dengan
standar keperluan pengolahan. Pengujian yang dilakukan, antara lain pengujian
cepat dengan milkoscan, uji organoleptik, uji keasaman, uji alkohol, uji
metilen biru, uji berat jenis, uji pH, uji karbonat, dan uji penambahan tepung
(Wardana, 2012).
Prinsip kerja uji milkoscan berdasar
bahwa lemak, protein, dan laktosa memiliki kemampuan menyerap sinar inframerah
dengan panjang gelombang tertentu. Ketika susu dilewati sinar inframerah, maka
sebagian sinar inframerah akan diserap oleh komponen-komponen gizi susu. Setiap
komponen akan menyerap sinar inframerah dengan panjang gelombangnya
masing-masing. Jumlah sinar yang diserap dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan jumlah komponen-komponen gizi susu. Milkoscan dilengkapi filter
optik supaya dapat dipastikan bahwa sinar yang dipancarkan menuju sampel susu
hanyalah sinar inframerah dengan panjang gelombang tertentu. Mengatasi terjadinya
kesalahan presepsi pembacaan, maka dilakukan pengaturan faktor interkoreksi Faktor
ini dapat diprogram langsung oleh alat milkoscan (Wardana, 2012).
Uji organoleptik merupakan pengujian yang terdiri dari rasa,
aroma, dan warna. Rasa dan aroma dapat bersinergi membentuk citarasa. Citarasa
susu sapi dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi citarasa
susu antara lain penyerapan bau, bahan pakan ternak, kondisi ternak, pengaruh sinar
matahari, dan penambahan bahan asing. Adapun uji reduktase atau uji metilen biru dilakukan dengan meneteskan
metilen biru ke dalam susu yang diuji. Pada saat diteteskan, warna susu
biasanya menjadi biru. Susu kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C. Semakin cepat
warna biru memudar, kualitas susu semakin buruk. Susu yang segar memerlukan waktu
lebih dari 30 menit untuk memudar dari warna biru (Wardana, 2012).
Uji alkohol untuk komoditi susu
dilakukan dengan 2 tahap yaitu dengan menggunakan alkohol 75 % dan alkohol 72
%. Pengujian dengan alkohol 72 % hanya dilakukan jika pengujian pada tahap
pertama menunjukkan hasil positif. Hasil positif jika pada saat ditambah
alkohol susu mengalami penggumpalan. Susu yang baik adalah yang menunjukkan
hasil negatif. Alkohol yang digunakan adalah jenis etil alkohol. Uji pH
dilakukan dengan pH meter atau pH universal. Susu yang masih segar pH bersekitar
6,6-6,7. Semakin asam susu menunjukkan kualitas susu tersebut semakin menurun.
Adapun uji karbonat dilakukan untuk mengetahui adanya pemalsuan produk susu.
Susu segar umumnya memberi respon negatif pada uji ini. Uji karbonat dikatakan positif
jika muncul gumpalan berwarna merah ketika komoditi susu ditetesi dengan 2
tetes netral red dan alkohol 96 %
(Wardana, 2012).
0 comments:
Post a Comment