Popular Posts

Saturday, October 29, 2016

Laporan Praktikum Kesegaran Susu (III)

2.3 Enzim Schardinger
            Enzim Schardinger atau xantin oksidase termasuk golongan oksidase, yaitu kelompok enzim yang juga dapat melepaskan hidrogen dari substrat dengan menggunakan oksigen sebagai akseptornya. Metilen biru digunakan sebagai akseptor hidrogen. Xantin oksidase tersebar luas di dalam tubuh dan terdapat di dalam susu, usus halus, ginjal serta hati. Susu sapi juga mengandung xantin oksidase, yang dapat mengoksidasi xanthine. Enzim ini juga mempunyai sifat dapat mengoksidasi aldehid (Tim Dosen, 2015).

2.4 Formaldehid
            Formaldehid (CH2O) merupakan campuran organik yang dikenal dengan nama aldehida, membeku pada suhu di bawah 92 °C, dan mendidih pada suhu       300 °C. Formaldehid dihasilkan dengan membakar bahan yang mengadung karbon. Formaldehid dalam atmosfer bumi dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat dalam bentuk gas, larutan, dan padatan. Formaldehid merupakan cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, dan bau menusuk, dan jika disimpan di tempat dingin dapat menjadi keruh. Formaldehid dengan katalis basa mengakibatkan formaldehid menghasilkan asam format dan metanol (Artha, 2007).
            Formaldehid dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri sehingga digunakan sebagai disinfektan dan bahan pengawet. Formalin sebagai infektan dimanfaatkan untuk pembersih lantai dan pakaian. Formalin dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi dan pengawetan bangkai. Formaldehid berbahaya bila terhirup, mengenai kulit maupun tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernapasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker. Jika terpapar terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung. Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh mengalami metabolism yang kompleks. Formaldehid juga dapat menyebabkan terjadinya mutasi sel pada jaringan tubuh manusia dan hewan (Artha, 2007).

2.5 Metilen Biru         
            Metilen biru (Mb) merupakan salah satu pewarna polutan yang bersifat karsinogenik dan toksik. Zat warna ini juga dapat menimbulkan beberapa efek seperti iritasi saluran pencernaan jika tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup  dapat menyebabkan hipertensi pada dosis 20 mg/L, dan akan menyebabkan warna  kebiruan yang sukar hilang jika terkena kulit pada dosis 80 mg/L. Senyawa ini juga cukup stabil sehingga sangat sulit untuk terdegradasi di alam dan pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat membahayakan lingkungan karena dapat menaikkan COD (Chemical Oxygen Demand). Jumlah metilen biru yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan hanya sebesar 0,5 mg/L. Metilen biru juga digunakan dalam mikrobiologi, operasi, diagnosis, dan sebagai indikator dalam fotooksidasi polutan organic. Zat warna ini sering digunakan karena harganya yang ekonomis dan mudah diperoleh (Malini dan Putri, 2014). 

kandungan gula yang tinggi. Biasanya dikemas dengan kaleng atau sachet (Wardana, 2012).  

0 comments:

Post a Comment