Laporan Praktikum Kesegaran Susu (III)
2.3 Enzim
Schardinger
Enzim
Schardinger atau xantin oksidase termasuk golongan oksidase, yaitu kelompok
enzim yang juga dapat melepaskan hidrogen dari substrat dengan menggunakan
oksigen sebagai akseptornya. Metilen biru digunakan sebagai akseptor hidrogen.
Xantin oksidase tersebar luas di dalam tubuh dan terdapat di dalam susu, usus
halus, ginjal serta hati. Susu sapi juga mengandung xantin oksidase, yang dapat
mengoksidasi xanthine. Enzim ini juga mempunyai sifat dapat mengoksidasi
aldehid (Tim Dosen, 2015).
2.4
Formaldehid
Formaldehid (CH2O)
merupakan campuran organik yang dikenal dengan nama aldehida, membeku pada suhu
di bawah 92 °C, dan mendidih pada suhu 300 °C. Formaldehid dihasilkan dengan
membakar bahan yang mengadung karbon. Formaldehid dalam atmosfer bumi
dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan
hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat dalam bentuk gas,
larutan, dan padatan. Formaldehid merupakan cairan jernih, tidak berwarna atau
hampir tidak berwarna, dan bau menusuk, dan jika disimpan di tempat dingin
dapat menjadi keruh. Formaldehid dengan katalis basa mengakibatkan formaldehid
menghasilkan asam format dan metanol (Artha, 2007).
Formaldehid dapat digunakan untuk
membasmi sebagian besar bakteri sehingga digunakan sebagai disinfektan dan
bahan pengawet. Formalin sebagai infektan dimanfaatkan untuk pembersih lantai
dan pakaian. Formalin dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi dan pengawetan
bangkai. Formaldehid berbahaya bila terhirup, mengenai kulit maupun tertelan.
Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada
saluran pernapasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker. Jika terpapar
terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung.
Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh mengalami metabolism yang kompleks.
Formaldehid juga dapat menyebabkan terjadinya mutasi sel pada jaringan tubuh
manusia dan hewan (Artha, 2007).
2.5 Metilen Biru
Metilen
biru (Mb) merupakan salah satu pewarna polutan yang bersifat karsinogenik dan
toksik. Zat warna ini juga dapat menimbulkan beberapa efek seperti iritasi
saluran pencernaan jika tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup dapat menyebabkan hipertensi pada dosis 20
mg/L, dan akan menyebabkan warna kebiruan
yang sukar hilang jika terkena kulit pada dosis 80 mg/L. Senyawa ini juga cukup
stabil sehingga sangat sulit untuk terdegradasi di alam dan pada konsentrasi
yang sangat tinggi dapat membahayakan lingkungan karena dapat menaikkan COD (Chemical Oxygen Demand). Jumlah metilen
biru yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan hanya sebesar 0,5 mg/L.
Metilen biru juga digunakan dalam mikrobiologi, operasi, diagnosis, dan sebagai
indikator dalam fotooksidasi polutan organic. Zat warna ini sering digunakan
karena harganya yang ekonomis dan mudah diperoleh (Malini dan Putri,
2014).
kandungan
gula yang tinggi. Biasanya dikemas dengan kaleng atau sachet (Wardana, 2012).
0 comments:
Post a Comment