Makalah Dekontaminasi
Makalah Dekontaminasi
Dekontaminasi mengacu
pada penghancuran atau penghapusan mikroorganisme dari instrumen, bahan,
permukaan tubuh, dll. Banyak substansi dan prosedur telah dikembangkan untuk
mencapai tujuan ini. Hal ini ditekankan pada seluruh pihak yang bersentuhan
langsung maupun tidak langsung dengan mikroorganisme. Paramedis, teknisi
laboratorium, ilmuwan/peneliti yang berkecimpung dalam bidang ini hendaknya
dapat memahami modus tindakan, tingkat aktivitas dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi efektivitas prosedur dan substansi yang dimaksud.
http://faculty.ivytech.edu/~twmurphy/txt_202/disinfect.html
Umumnya,
dekontaminasi melibatkan subtansi fisik dan / atau kimia. Substansi fisik
meliputi pemberian suhu yang tinggi, radiasi, filtrasi atau kavitasi gelombang
suara. Substansi kimia merupakan zat-zat yang dapat memberikan reaksi langsung
pada mikroorganisme dengan mengubah beberapa komponen molekul penting dari sel.
Mikroorganisme tidak seluruhnya dapat dipengaruhi oleh dekontaminasi fisik dan kimia. Kerentanan terhadap efek dari subtansi fisik dan kimia tergantung pada jenis mikroorganisme dan pada tahap apa dalam siklus hidup dari mikroorganisme tersebut terpapar substansi pendekontaminan. Pemahaman jenis mikroorganisme sangat diperlukan dalam pemilihan dan penerapan material dan prosedur yang digunakan untuk mendekontaminasi mikroorganisme tersebut.
1. Endospora
bakteri merupakan mikroorganisme yang paling resisten dari agen-agen
pendekontaminan. Banyak bakteri yang ditemukan di dalam tanah mampu membentuk
struktur ini. Mikroorganisme inidapat dengan mudah masuk ke dalam membran
mukosa yang terbuka atau terdapat selama
prosedur bedah. Perlu material dan prosedur yang sedemikian rupa untuk menghancurkan
mikroorganisme ini.
2. Mikroorganisme
dengan resistensi moderat misalnya, kista protista, spora jamur seksual, serta
beberapa virus yang memiliki kapsul ( virus enterik polio, Hepatitis A dan
Hepatitis E), Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus dan anggota
dari genus Pseudomonas.
3. Mikroorganisme
yang paling rentan terhadap agen-agen pendekontaminan termasuk sel vegetatif
sebagian besar mikroba, virus (termasuk virus yang bertanggung jawab untuk AIDS
dan Hepatitis B), dan spora jamur aseksual.
A. Terdapat
beberapa istilah yang digunakan dalam pengendalian pertumbuhan mikroba.
1. Sterilisasi
mengacu padakehancuranlengkap ataupenghapusansemua
organismeyang terdapatdi dalam atau berada pada suatu zatyangdisterilkan.
Tidak adaderajatsterilisasi: suatu
bendaatau zatyangbaiksterilatau tidak. Prosedur
sterilisasimelibatkan penggunaanpanas, radiasiatau bahan
kimia, atau penghapusanfisiksel.
2. Desinfeksi
adalah menghancurkan atau meniadakan pertumbuhan mikroorganisme patogen pada
benda mati atau instrumen dengan menggunakan campuran zat kimia atau pengaruh
fisika.
3. Sanitasi
mengacu pada setiap proses mekanis (penggosokan, penyiraman) yang mengurangi
kehadiran mikroorganisme pada permukaan benda.
4. Substansi
mikrobisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membasmi mikroorganisme
tertentu:
a. Fungisida
: bahan kimia yang digunakan untuk membasmi jamur.
b. Bakterisida
: bahan kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri.
c. Sporosida
: bahan kimia yang digunakan untuk membasmi endospora.
d. Virisida
: bahan kimia yang digunakan untuk membasmi virus.
5. Substansi
mikrobiostatik merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme tertentu :
a. Bakteriostatik
: bahan kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
b. Fungistatik
: bahan kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan fungi.
6. Antiseptik
mengacu pada senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan
kulit dan membran mukosa. Dalam penerapannya dilaksanakan sesuai dengan
teknik-teknik aseptik.
7. Aseptik
mengacu pada suatu metode dan prosedur-prosedur yang mensyaratkan suatu
lingkungan bebas dari segala kontaminan yang bersifat patogen.
Ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi efektivitas substansi antimikroba. Ketika mencoba untuk
mensterilkan, disinfeksi atau membersihkan permukaan dan dalam penerapan teknik
aseptik, faktor-faktor ini harus dipertimbangkan.
A.
Waktu paparan. Jumlah waktu yang
digunakan mikroorganisme yang terkena pendekontaminan ( fisik atau kimia ) akan
sangat mempengaruhi berapa banyak mikroorganisme yang mati. Waktu paparan yang
singkat sering membunuh organisme yang paling rentan dan dengan demikian menyisakan
organisme yang lebih tahan . Hal ini dapat
menjadi kontra produktif bahwa organisme
yang resisten terhadap waktyu paparan yang singkat tersebut akan muncul untuk
mendominasi populasi seluruh mikroorganisme dan dengan cepat menggantikan
organisme yang mati oleh paparan singkat .
B.
Jumlah populasi mikroorganisme. Jumlah
mikroorganisme harus juga dipertimbangkan. Bahan yang sangat terkontaminasi akan
memerlukan waktu dekontaminasi yang lebih lama untuk meniadakan semua bentuk
mikroorganisme.
C.
Jenis mikroorganisme. Mikroorganisme
yang berbeda akan memiliki kerentanan yang berbeda terhadap substansi
antimikroba.
D.
Suhu, pH, dan Osmolaritas (konsentrasi
zat terlarut). Beberapa agen antimikroba kehilangan efektivitasnya dalam
kondisi lingkungan tertentu dan menjadi lebih efektif dalam kondisi lingkungan
yang lain. Secara umum, suhu yang tinggi dapat memperngaruhi keefektifan agen
antimikroba. tidak terdapat pernyataan yang dikemukakan tentang hubungan
keefektifan antimikroba dalam kondisi pH
dan osmolaritas yang berbeda. beberapa agen antimikroba menjadi lebih efektif
dalam kondisi pH yang rendah dibanding agen antimikroba yang lain.
E.
Konsentrasi agen antimikroba. Agen
antimikroba akan lebih efektif bila berada pada batas konsentrasi tertentu.
F.
Milieu (terdapatnya zat lain (protein,
pelarut) yang ada pada lingkungan ketika melakukan desinfeksi.Tingginya kadar
protein akan mengganggu efektivitas zat kimiaatau mengurangi efektifitas agen antimikroba fisik .
0 comments:
Post a Comment