Makalah Penggunaan Pestisda Pada Tanaman Bawang Merah
Penggunaan
Pestisda Pada
Tanaman Bawang Merah
ABSTRAK
Bawang
merah merupakan tanaman umbi bernilai ekonomi tinggi ditinjau dari fungsinya sebagai
bumbu penyedap masakan, namum salah
satu permasalahan yang dihadapi
dalam budidayanya adalah hama dan
penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan. Dalam menangani hama dan penyakit tersebut sebagian besar petani masih
menjadikan pestisida sebagai pilihan utama.
Tujuan dari praktek lapang ini adalah untuk mengetahui cara aplikasi
pestisida di lapangan oleh petani bawang merah. Adapun metode yang digunakan
adalah observasi langsung dan wawancara dengan petani.Praktikum lapang ini dilaksanakan
di Desa Saruran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
I. PENDAHULUAN
Bawang Merah
(Allium ascalonicum L) merupakan komoditi hortikultura yang tergolong
sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak di butuhkan terutama sebagai
pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Selain
sebagai bumbu masak, bawang merah dapat juga digunakan sebagai obat tradisional
yang banyak bermanfaat untuk kesehatan (Rahayu dan Berlian, 2004).
Produktivitas
tanaman bawang merah rata-rata ditingkat petani masih rendah yaitu sebesar 7,17
ton/ha, sementara potensi hasil bawang merah bisa mencapai lebih dari 10 ton/ha
(Iriani et al., 2001). Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk
meningkatkan produksi bawang merah.
Pada awalnya
petani telah melakukan upaya pengendalian OPT secara fisik dan mekanik, namun
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dikembangkanlah
pengendalian hama yang dipandang lebih efektif yaitu dengan menggunakan
pestisida. Pestisida yang telah terdaftar di Ditjen Bina Sarana Produksi
Pertanian Departemen Pertanian terjadi peningkatan yang tajam, hal ini
didasarkan pada data merek dagang terdaftar dari 770 formulasi pada tahun 2000
menjadi 1.298 formulasi pada tahun 2005 (Ditjen Bina Sarana Pertanian, 2005).
Seluruh
jenis pestisida sintetis adalah bahan berbahaya dan beracun, namun peranannya
disamping dapat menyelamatkan produksi pertanian dari serangan hama dan
penyakit juga membawa dampak negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh
penggunaan pestisida perlu mendapatkan perhatian serius. Bukti-bukti semakin banyak
karena keracunan pestisida pada manusia, musuh alami, ternak, pencemaran tanah
dan air. Beberapa contoh kasus yang disebabkan oleh penggunaan pestisida
diantaranya adalah residu Organoklorin dan Hexachlorobenzene (HCB)
dalam ASI sebanyak 11,1 ppb di daerah Lembang dan 0,274 ppm di daerah
Pengalengan (Theresia 1987 dalam Riza dan Gayatri 1994), residu Profenofos dan
Deltametrin pada kubis di Malang (Pujon) terdeteksi 0,001 – 0,8 ppm dan
0,27 – 0,93 ppm (Heddy, 1994), pencemaran udara di atmosfir mencapai 620 kg
(Aspellin et al, 1992) dan pencemaran perairan oleh pestisida 75%
bersumber dari pertanian (Majesweski, 1995).
Salah satu
kendala dalam budidaya bawang merah di Indonesia ialah adanya serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang merugikan. Menurut Moekasan1
et al. (2012), ulat bawang (Spodoptera exigua) merupakan salah
satu OPT pada tanaman bawang merah yang menyerang sepanjang tahun, baik pada
musim kemarau maupun pada musim hujan. Jika tidak dikendalikan serangan hama
tersebut dapat menyebabkan kegagalan panen.
Titik berat
pengendalian hama S. exigua yang umum dilakukan oleh petani bawang merah
ialah dengan penggunaan insektisida yang umumnya dilakukan secara intensif,
dengan dosis yang tinggi, interval penyemprotan yang pendek, dan melakukan
pencampuran lebih dari dua jenis pestisida. Hal ini menyebabkan masalah OPT
menjadi semakin rumit, sehingga petani semakin tidak rasional dalam menggunakan
insektisida (Moekasan2, et al.
2012).
Berdasarkan hal di atas maka dilakukan
wawancara terhadap petani bawang di Desa
Susuran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga dapat diketahui perilaku petani
bawang mearah dalam menggunakan pestida
terhadap pengendalian hama ulat grayak daun.
II.
METODOLOGI
Waktu
dan tempat praktek lapang dilaksanakan
pada Minggu, 24 April 2016 di Desa Susuran, Kecamatan
Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan adalah 5 tube, 5 amplop cokelat, alat tulis
menulis, insect net, sampel tanaman
bergejala penyakit dari lapangan, dan sampel serangga dari lapangan. Metode yang dilakukan adalah dengan metode observasi dan
wawancara terhadap petani bawang merah yang meliputi budidaya tanaman, hama dan
penyakit, pengendalian serta pestisida yang digunakan.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan dengan salah
seorang petani bawang merah yang bernama Saharuddin (47 tahun), diketahui bahwa beliau memiliki kebun bawang merah
seluas 0,5 Ha dengan sistem tanam monokultur. Bibit yang digunakan adalah berasal
dari swasta dengan kisaran harga Rp 15.000,-/kg sampai Rp 31.000,-/kg, tergantung dari musim dan juga varietas bawang merah yang akan ditanam. Untuk
mengolah kebunnya beliau mempekerjakan buruh harian. Untuk pupuk, beliau memberikan pupuk organik maupun
anorganik. Jenis pupuk anorganik yang dipakai adalah TSP, KCl, dan NPK. Jenis pupuk
organik yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam dan kotoran kambing),
diaplikasi saat awal pertanaman. Adapun penyakit yang menyerang pertanaman bawang merah petani yaitu bercak daun, namun
tingkat serangan yang ditimbulkan adalah ringan sedangkan
hama yang biasanya menyerang pertanaman bawang merah tersebut adalah ulat bawang dengan tingkat
serangan sedang karena pernah hampir membuat petani gagal panen.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman bawangnya, pada umumnya
petani di daerah tersebut mencampur beberapa jenis pestisida dan mengaplikasikannya
dengan interval 3 kali dalam seminggu dengan dosis yang tidak sesuai dengan
anjuran, bahkan dalam cuaca tertentu maka dilakukan aplikasi pestisida dilakukan
dengan frekuensi yang lebih banyak. Keadaan ini selain secara ekonomi tidak
efisien juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan
pekerja serta konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Laba (2010), bahwa
penggunaan pestisida yang berlebihan akan meningkatkan biaya pengendalian,
mempertinggi kematian organisme non target serta dapat menurunkan kualitas
lingkungan.
Rendahnya
korelasi antara pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida untuk
pengendalian hama dan penyakit menyebabkan bentukan sikap yang diambil lebih
banyak dipengaruhi oleh informasi yang diyakini kebenarannya secara turun
temurun yang diperoleh secara pribadi ataupun komunikasi antar petani. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sarwono (1992), bahwa perilaku tidak hanya ditentukan
oleh Attitude tetapi juga ditentukan oleh lingkungannya (Two Way
Streets atau Ecological Interdependencies).
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas
adalah :
1. Hama utama yang menyerang tanaman bawang merah di Desa Susuran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang adalah ulat bawang.
2. Penyakit yang sering menyerang tanaman bawang di Desa Susuran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang adalah bercak
daun.
3. Tingkat penggunaan pestisida oleh petani adalah tidak
sesuai anjuran.
DAFTAR PUSTAKA
Aspellin A.L., Grube A.H., Torla R.,
1992. Pesticides
industry sales and usage; 1990 and 1991. Market Estimate. Wasington.D.C.: U.S. Environment Protection Agency. 733-K-92-001.
Ditjen Bina
Sarana Produksi Pertanian, 2005. Jenis
pestisida yang terdaftar di Deptan
periode tahun 1997- 2005.
Direktorat Jenderal Bina Sarana
Pertanian. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Heddy
S. 1994. Budidaya kubis yang ramah lingkungan.
Gramedia .Jakarta
Iriani, E., Yulianto,
H. Anwar, S. Eman, S. Catur, B.S. dede,
Soelarno, S. Cahyati. 2001. Pengkajian
SUT Terpadu Berbasis Sayuran (Penerapan PHT Bawang Merah)
Laba, I Wayan. 2010. Analisis
Empiris Penggunaan Insektisida Menuju Pertanian Berkelanjutan. Naskah disarikan
dari bahan Orasi Profesor Riset di Bogor, Pengembangan Inovasi Pertanian volume
3: 120-137.
Majeweski 1995. Pesticides in the
admosphere; Distribution, Trends, and Governing Factor. P.cm. (Pesticides
in the Hidrology System : v.1) Chelsea. Michigan : ann Arbor Press. Inc. p.3-9.
Moekasan1, T.K., Basuki,
R.S., & L. Prabaningrum. 2012. Penerapan ambang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan pada budidaya bawang merah dalam upaya mengurangi
penggunaan pestisida. J.Hort. 22 (1) : 47-56.
Moekasan2,
Ir. Tonny K., Hasan Ir. Firdaus, MS., Setiawati Ir. Wiwin, MS. 2012. Penggunaan
Feromonoid Seks Spodoptera exigua Pada Tanaman Bawang Merah Sebagai
Upaya Perbaikan Ambang Pengendalian Berdasarkan Kelompok Telur Dan Intensitas
Serangan.
Riza dan
Gayatri, 1994. Residu pestisida dan alternatifnya. Jakarta: Pesticide
Action Network (PAN). Jakarta.
Rahayu,
E dan V.A. Nur Berlian. 2004. Bawang merah. Penebar swadaya. Jakarta.
Sarwono,
1992. Psikologi lingkungan. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment