Popular Posts

Monday, May 2, 2016

Makalah Penggunaan Pestisda Pada Tanaman Bawang Merah

Penggunaan Pestisda Pada Tanaman Bawang Merah 


ABSTRAK
Bawang merah merupakan tanaman umbi bernilai ekonomi tinggi ditinjau dari fungsinya sebagai bumbu penyedap masakan, namum salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidayanya adalah hama dan penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan. Dalam menangani hama dan penyakit tersebut sebagian besar petani masih menjadikan pestisida sebagai pilihan utama. Tujuan dari praktek lapang ini adalah untuk mengetahui cara aplikasi pestisida di lapangan oleh petani bawang merah. Adapun metode yang digunakan adalah observasi langsung dan wawancara dengan petani.Praktikum lapang ini dilaksanakan di Desa Saruran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
Kata Kunci: padi, bawang merah, hama, penyakit, pestisida

I.          PENDAHULUAN
Bawang Merah (Allium ascalonicum L) merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak di butuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Selain sebagai bumbu masak, bawang merah dapat juga digunakan sebagai obat tradisional yang banyak bermanfaat untuk kesehatan (Rahayu dan Berlian, 2004).
Produktivitas tanaman bawang merah rata-rata ditingkat petani masih rendah yaitu sebesar 7,17 ton/ha, sementara potensi hasil bawang merah bisa mencapai lebih dari 10 ton/ha (Iriani et al., 2001). Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan produksi bawang merah.
Pada awalnya petani telah melakukan upaya pengendalian OPT secara fisik dan mekanik, namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dikembangkanlah pengendalian hama yang dipandang lebih efektif yaitu dengan menggunakan pestisida. Pestisida yang telah terdaftar di Ditjen Bina Sarana Produksi Pertanian Departemen Pertanian terjadi peningkatan yang tajam, hal ini didasarkan pada data merek dagang terdaftar dari 770 formulasi pada tahun 2000 menjadi 1.298 formulasi pada tahun 2005 (Ditjen Bina Sarana Pertanian, 2005).
Seluruh jenis pestisida sintetis adalah bahan berbahaya dan beracun, namun peranannya disamping dapat menyelamatkan produksi pertanian dari serangan hama dan penyakit juga membawa dampak negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida perlu mendapatkan perhatian serius. Bukti-bukti semakin banyak karena keracunan pestisida pada manusia, musuh alami, ternak, pencemaran tanah dan air. Beberapa contoh kasus yang disebabkan oleh penggunaan pestisida diantaranya adalah residu Organoklorin dan Hexachlorobenzene (HCB) dalam ASI sebanyak 11,1 ppb di daerah Lembang dan 0,274 ppm di daerah Pengalengan (Theresia 1987 dalam Riza dan Gayatri 1994), residu Profenofos dan Deltametrin pada kubis di Malang (Pujon) terdeteksi 0,001 – 0,8 ppm dan 0,27 – 0,93 ppm (Heddy, 1994), pencemaran udara di atmosfir mencapai 620 kg (Aspellin et al, 1992) dan pencemaran perairan oleh pestisida 75% bersumber dari pertanian (Majesweski, 1995).
Salah satu kendala dalam budidaya bawang merah di Indonesia ialah adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang merugikan. Menurut Moekasan1 et al. (2012), ulat bawang (Spodoptera exigua) merupakan salah satu OPT pada tanaman bawang merah yang menyerang sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan. Jika tidak dikendalikan serangan hama tersebut dapat menyebabkan kegagalan panen.
Titik berat pengendalian hama S. exigua yang umum dilakukan oleh petani bawang merah ialah dengan penggunaan insektisida yang umumnya dilakukan secara intensif, dengan dosis yang tinggi, interval penyemprotan yang pendek, dan melakukan pencampuran lebih dari dua jenis pestisida. Hal ini menyebabkan masalah OPT menjadi semakin rumit, sehingga petani semakin tidak rasional dalam menggunakan insektisida (Moekasan2, et al. 2012).
Berdasarkan hal di atas maka dilakukan wawancara terhadap petani bawang di Desa Susuran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga dapat diketahui perilaku petani bawang mearah dalam menggunakan pestida terhadap pengendalian hama ulat grayak daun.

II.        METODOLOGI
Waktu dan tempat praktek lapang  dilaksanakan pada Minggu, 24 April 2016 di Desa Susuran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun  alat dan bahan yang dibutuhkan adalah 5 tube, 5 amplop cokelat, alat tulis menulis, insect net, sampel tanaman bergejala penyakit dari lapangan, dan sampel serangga dari lapangan. Metode yang dilakukan adalah dengan metode observasi dan wawancara terhadap petani bawang merah yang meliputi budidaya tanaman, hama dan penyakit, pengendalian serta pestisida yang digunakan.

IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah seorang petani bawang merah yang bernama Saharuddin (47 tahun), diketahui bahwa beliau memiliki kebun bawang merah seluas 0,5 Ha dengan sistem tanam monokultur. Bibit yang digunakan adalah berasal dari swasta dengan kisaran harga Rp 15.000,-/kg sampai Rp 31.000,-/kg, tergantung dari musim dan juga varietas bawang merah yang akan ditanam. Untuk mengolah kebunnya beliau mempekerjakan buruh harian. Untuk pupuk, beliau memberikan pupuk organik maupun anorganik. Jenis pupuk anorganik yang dipakai adalah TSP, KCl, dan NPK. Jenis pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam dan kotoran kambing), diaplikasi saat awal pertanaman. Adapun penyakit yang menyerang pertanaman bawang merah petani yaitu bercak daun, namun tingkat serangan yang ditimbulkan adalah ringan sedangkan hama yang biasanya menyerang pertanaman bawang merah tersebut adalah ulat bawang dengan tingkat serangan sedang karena pernah hampir membuat petani gagal panen.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman bawangnya, pada umumnya petani di daerah tersebut mencampur beberapa jenis pestisida dan mengaplikasikannya dengan interval 3 kali dalam seminggu dengan dosis yang tidak sesuai dengan anjuran, bahkan dalam cuaca tertentu maka dilakukan aplikasi pestisida dilakukan dengan frekuensi yang lebih banyak. Keadaan ini selain secara ekonomi tidak efisien juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan pekerja serta konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Laba (2010), bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan akan meningkatkan biaya pengendalian, mempertinggi kematian organisme non target serta dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Rendahnya korelasi antara pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit menyebabkan bentukan sikap yang diambil lebih banyak dipengaruhi oleh informasi yang diyakini kebenarannya secara turun temurun yang diperoleh secara pribadi ataupun komunikasi antar petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1992), bahwa perilaku tidak hanya ditentukan oleh Attitude tetapi juga ditentukan oleh lingkungannya (Two Way Streets atau Ecological Interdependencies).

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas adalah :
1.      Hama utama yang menyerang tanaman bawang merah di Desa Susuran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang adalah ulat bawang.
2.      Penyakit yang sering menyerang tanaman bawang di Desa Susuran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang adalah  bercak daun.
3.      Tingkat penggunaan pestisida oleh petani adalah tidak sesuai anjuran.



DAFTAR PUSTAKA
Aspellin A.L., Grube A.H., Torla R., 1992.   Pesticides industry sales and usage;   1990 and 1991. Market Estimate.            Wasington.D.C.: U.S. Environment   Protection Agency. 733-K-92-001.
Ditjen Bina Sarana Produksi Pertanian,          2005. Jenis pestisida yang terdaftar   di Deptan periode tahun 1997-            2005. Direktorat Jenderal Bina           Sarana Pertanian. Departemen            Pertanian. Jakarta.
Heddy S. 1994. Budidaya kubis yang ramah lingkungan. Gramedia .Jakarta
Iriani, E., Yulianto, H. Anwar, S. Eman, S.   Catur, B.S. dede, Soelarno, S.            Cahyati. 2001. Pengkajian SUT            Terpadu Berbasis Sayuran      (Penerapan PHT Bawang Merah)
Laba, I Wayan. 2010. Analisis Empiris Penggunaan Insektisida Menuju Pertanian Berkelanjutan. Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset di Bogor, Pengembangan Inovasi Pertanian volume 3: 120-137.
Majeweski 1995. Pesticides in the admosphere; Distribution, Trends, and Governing Factor. P.cm. (Pesticides in the Hidrology System : v.1) Chelsea. Michigan : ann Arbor Press. Inc. p.3-9.
Moekasan1, T.K., Basuki, R.S., & L. Prabaningrum. 2012. Penerapan ambang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan pada budidaya bawang merah dalam upaya mengurangi penggunaan pestisida. J.Hort. 22 (1) : 47-56.
Moekasan2, Ir. Tonny K., Hasan Ir. Firdaus, MS., Setiawati Ir. Wiwin, MS. 2012. Penggunaan Feromonoid Seks Spodoptera exigua Pada Tanaman Bawang Merah Sebagai Upaya Perbaikan Ambang Pengendalian Berdasarkan Kelompok Telur Dan Intensitas Serangan.
Riza dan Gayatri, 1994. Residu pestisida dan alternatifnya. Jakarta: Pesticide Action Network (PAN). Jakarta.
Rahayu, E dan V.A. Nur Berlian. 2004. Bawang merah. Penebar swadaya. Jakarta.
Sarwono, 1992. Psikologi lingkungan. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.

0 comments:

Post a Comment