Laporan Kerapatan Tanah Porositas Tanah
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tanah
merupakan sesuatu yang unik dan spesifik
untuk megenal dan mempelari perlu dibutuhkan pemilihan bagian-bagian agar lebih mudah dan
praktis. Salah satu bagian yang cukup penting adalah massa tanah atau biasa disebut
juga dengan Bulk Density. Massa tanah
atau biasa juga disebut berat tanah dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berat
jenis butiran tanah, berat isi yaitu berat suatu volume tanah dalam keadaan struktur
alamiah (Sutedjo, 2002).
Porositas
merupakan gabungan dari pori-pori tanah, baik pori tanah yang ditempati udara
atau yang ditempati air. Porositas tanah
sangat menentukan penggunaan tanah tersebut.
Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena
perakaran tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menvari bahan organik (Hanafiah, 2010).
Bulk
density (berat isi) adalah perbandingan
berat tanah kering dengan satuan volume tanah termasuk volume pori-poritanah,
umumnya dinyatakan dalam gram per cm3. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat tanah makin
tinggi bulk density, yang berarti makin
sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Tanah yang lebih padat mempunyai
Bulk density yang lebih besar dari tanah
yang sama tetapi kurang padat. Di dalam tanah
terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori-pori ini penting oleh karena
ruang-ruang ini diisi oleh air dan udara. Air dan udara (gas-gas) juga bergerak
melalui ruang pori-pori ini. Jadi, penyediaan air untuk pertumbuhan tanaman dan
jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan sangat erat dengan jumlah dan
ukuran pori-pori tanah. Beberapa sifat fisik yang sangat penting adalah Bulk Density, Particle Density, dan Porositas. Bahan organik memperkecil berat
isi tanah karena bahan organik jauh lebih ringan daripada bahan mineral
(Sutedjo, 2002).
Berdasarkan pernyataan tersebut maka
perlu diadakan percobaan untuk penetapan kerapatan massa dan nilai ruang
pori-pori pada tanah serta faktor-faktor yag mempengaruhi kerapatan isi dan
porositas pada tanah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari
pengamatan kerapatan isi dan porositas adalah untuk mengetahui bagaimana sampel
tanah utuh diambil dari lapangan, mengetahui bagaimana menghitung nilai total
ruang pori tanah dan mengetahui perbedaan antara tanah yang padat dan tanah
yang gembur. Kegunaan dari pengamatan kerapatan isi dan porositas agar kita dapat mengetahui tentang kerapatan
isi dan porositas serta mengetahui tentang
bagaimana hubungan porositas dengan pertumbuhan tanaman begitupula dengan kerapatan
isi.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Kerapatan isi (Bulk Density)
Bobotisitanah (Bulk Density) adalah ukuran pengepakan atau kompresi partikel-partikel tanah (pasir,
debu dan liat). Bobot isi tanah bervariasi yang bergantung pada keretakan partikel-partikel
tanah itu. Kerapatan massa ditentukan baik oleh banyaknya pori maupun oleh butiran
tanah padat. Jadi tanah yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan
volume rendah dan tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya (Foth, 1982).
Bulk
density penting bagi kebutuhan pupuk atau pada tiap hektar tanah yang dipengaruhi tanah perhektar. Kerapatan massa pada berbagai horizon pada tanah
lempung memperlihatkan bahwa horizon C (bahan induk) merupakan lapisan terpadat
mempunyai kerapatan massa 1,7 gram/cm3. Pembentukan struktur selama
perkembangan tanah menyebabkan horizon dibagian atas mempunyai kerapatan massa
lebih rendah dibandingkan bahan induk aslinya (Foth, 1989).
Bulk density
(beratisi) adalah perbandingan berat tanah kering dengan satuan volume
tanah termasuk volume pori-pori tanah, umumnya dinyatakan dalam gram per cm3.
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan
tanah.Makin padat tanah makin tinggi bulk
density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman.
Tanah yang lebih padat mempunyai bulk
density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Nilai bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan
padat tanah, pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral,
porositas, daya memegang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar (Hanafiah,
2010).
Tanah-tanah organik memiliki kerapatan massa yang sangat rendah dibanding
dengan tanah-tanah mineral. Variasi-variasi yang ada perlu diperhatikan
tergantung pada bahan organik dan kelembaban tanah. Berat isi menggambarkan
keadaan, struktur dan porositas tanah. Pengaruh sifat-sifat fisik tanah
tersebut dapat dinilai dari kaitan-kaitan pertumbuhan tanaman dengan berat isi
tanah (Buckmanet
al, 1982).
Bulk Density suatu tanah penting untuk diketahui
karena Bulk Density menggambarkan keadaan
tekstur, struktur, dan porositas tanah, sehingga dapat mengetahui tanah mana
yang cocok untuk tanaman. Sesuai dengan hasil penelitian pada pertumbuhan tanaman
yang dinyatakan bahwa makin tinggi nilai Bulk
Density suatu lapisan tanah maka produksi tanaman makin menurun hal ini dikarenakan
tanah yang nilai Bulk Density-nya besar banyak
mengandung bahan mineral. Sedangkan tanah
yang mengandung nilai Bulk Density rendah
kaya akan bahan organik, sehingga makin rendah nilai Bulk Density suatu tanah maka makin baik untuk dijadikan tempat budidaya
tanaman(Hanafiah,2008).
Tekstur
tanah, yang memiliki tekstur berliat mempunyai bulk density yang kecil dan tanah yang bertekstur pasir
mempunyai nilai bulk density besar.
Semakin baik tekstur tanah (tekstur berliat) maka tanah tersebut baik digunakan
sebagai lahan pertanian. Ini dikarenakan air akan mudah meneruskan air dan
tanah akan mudah ditembus oleh akar tanaman (Saifuddin, 1988).
Nilai dari
berat volume Bulk Density dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya kandungan bahan organik tanah, porositas dan
kepadatan tanah. Untuk tanah berstruktur halus
mempunyai porositas tinggi dan berat tanah yang
lebih rendah dibandingkan tanah
berpasir. Bahan organik memperkecil berat volume tanah, karena bahan organik
jauh lebih ringan dari pada mineral dan bahan organik memperbesar porositas (Hakim, 1996).
Tanah-tanah
organik memiliki kerapatan massa yang sangat rendah dibanding dengan
tanah-tanah mineral. Variasi yang ada perlu diperhatikan tergantung pada bahan
organik dan kelembaban tanah. Berat isi menggambarkan keadaan, struktur dan
porositas tanah. Pengaruh sifat fisik tanah tersebut dapat dinilai dari kaitan
pertumbuhan tanaman dengan berat isi tanah. Bahan organik
memperkecil berat isi karena bahan organik jauh lebih ringan dari pada mineral, dan bahan organik
memperbesar porositas tanah (Buckmandan
Brandy, 1982).
Timbulnya proses pembentukan struktur di horizon-horizon bagian atas dari
bahan induk ini mengakibatkan Bulk
Density lebih rendah dari batuan induk itu sendiri. Tanah-tanah organik
memiliki nilai Bulk Density yang
rendah dibandingkan dengan tanah mineral. Tergantung dari sifat-sifat bahan
organik yang menyusun tanah organikitu, dan kandungan air pada saat pengambilan
contoh, maka biasanya Bulk Density itu
berkisar antara 0,2–0,6 gr/cm3. Bahan organik memperkecil berat isi
tanah karena bahan organik jauh lebih ringan daripada mineral. Berat isi
ditentukan oleh porositas dan padatan tanah. Tanah yang bertekstur halus
mempunyai berat isi yang lebih rendah daripada tanah berpasir (Foth,1994).
2.2 Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori
total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat
ditempati oleh air ddan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase
dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori
untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa. Porositas tanah tinggi jikakandungan bahan organiktanahtersebut tinggi(Hanafiah, 2008).
Lapisan-lapisan tanah terdapat
sejumlah ruang pori, dimana keberadaan ruang pori tersebut penting karena
masing-masing ruang terisi oleh udara dan air.
Dari sinilah perbedaan air dan udara bagi akar dan tanaman yang
selanjutnya dipakai sebagai bahan untuk proses pertumbuhan. Jumlah air yang bergerak di dalam pori-pori
tanah berkaitan erat dengan ukuran dan jumlah pori yang ada dalam tanah tersebut.
Besar ruang pori tanah bervariasi, dari satu horizon ke horizon lainnya, sama
halnya dengan sifat tanah yang lainnya dan keduanya dipengaruhi oleh tekstur
dan stuktur tanah (Hakim, 1996).
Porositas tanah
tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah dengan struktur granuler atau remah,
mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur
pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Porositas
dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Hal ini terjadi karena pada
lapisan tanah terdiri dari struktur yang remah, dan nilai porositas juga
tergantung pada tekstur yang terdiri dari beberapa kelas berdasarkan USDA. Hal
ini menunjukan bahwa porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik
tanah, struktur dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jikakandungan bahan organiktanahtersebut tinggi
begitupun pengaruhnya terhadap teksturtanah dan
struktur tanah. Penanaman secara
terus-menerus terutama pada tanah yang mula-mula tinggi bahan organiknya kerap
kali mengakibatkan pori-pori makro(Hardjowigeno, 2003).
Adapun hal–hal yang mempengaruhi porositas adalah
iklim, kelembaban dan struktur tanah. Iklim, suhu, kelembaban, sifat
mengembang dan mengerut sangat mempengaruhi porositas. Misalnya saja
wilayah yang beriklim hujan tropis maka tingkat curah hujan pada tanah tersebut
akan tinggi pada saat tanah tersebut basah maka tanah tersebut akan mengalami
pengembangan dan pori tanah pada saat tersebut akan banyak terisi oleh air juga
akan mempengaruhi kelembaban tanah tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada
porositasnya. Sebaliknya pada musim kemarau atau kering tanah akan mengerut dan
pori tanah akan semakin besar tetapi kebanyakan akan diisi oleh udara, sehingga
nantinya akan berpengaruh terhadap porositas tanah tersebut (Pairunan, 1997).
Bila suatu
tanah dengan porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita
menanam tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan merusak.
Dalam keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang
di tanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan
mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan mempengaruhi
perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila
tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam
kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman. Cara mudah dan
sederhana mengetahui porositas tanah adalah dengan menggunakan botol air
kemasan bekas yang di potong tengahnya dan di lubangi bagian bawahnya. Kemudian
kita masukkan tanah yang akan kita tes dan masukkan air kedalamnya. Bila air
cepat menyerap dalam tanah sehingga keluar dari bagian dasar botol maka tanah
tersebut memilki porositas tinggi, begitu juga sebaliknya (Nurhayati, 1996).
2.3. Pengolahan Tanah untuk
Pertanian
Menurut
Soetriono, (2006) pengolahan tanah adalah setiap kegiatan mekanik yang
dilakukan terhadap tanah dengan tujuan untuk memudahkan penanaman, menciptakan
keadaan tanah yang gembur bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman
sekaligus merupakan upaya pemberantasan gulma. Dalam kaitannya dengan
konservasi tanah dan air, pengolahan tanah hendaknya dilakukan seperlunya saja.
Untuk tanah yang berlereng curam pengolahan tanah sebaiknya diminimumkan,
bahkan ditiadakan. Kegiatan pengolahan tanah biasa atau konvensional (dengan
cara mencangkul atau membajak tanah dua kali dan diikuti dengan menghaluskan
bongkahan tanah satu atau dua kali sebelum bertanam) lebih banyak bertujuan
untuk memberantas gulma. Jika gulma dapat diatasi misalnya dengan penggunaan
mulsa atau penggunaan herbisida, maka pengolahan tanah dapat dikurangi atau
malah ditiadakan. Keunggulan dari tanaman tahunan adalah bahwa hampir semuanya
tanaman ini tidak memerlukan pengolahan tanah. Hal ini dimungkinkan karena
setelah tajuknya berkembang menaungi permukaan tanah pertumbuhan gulma akan
sangat berkurang. Olah tanah konservasi adalah suatu sistem pengolahan tanah
dengan tetap mempertahankan setidaknya 30% sisa tanaman menutup permukaan
tanah. Olah tanah konservasi dilakukan dengan cara:
1. Pengolahan tanah dalam bentuk larikan memotong lereng atau
dengan mencangkul sepanjang larikan untuk memudahkan penanaman.
2. Tanpa olah tanah adalah sistem di
mana permukaan tanah hanya dibersihkan dari gulma baik secara manual maupun
dengan menggunakan herbisida. Sesudah pembersihan, tanaman langsung ditugalkan.
Jika penugalan sulit dilakukan, dapat digunakan cangkul untuk memudahkan penanaman.
2.4 Tanah yang Padat dan Tanah
yang Gembur
Menurut Sutedjo, (2002), ada beberapa jenis tanah
yang merupakan tanah yang dapat diolah. Salah satunya adalah tanah yang gembur
adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di
hutan hujan tropis yang lebat. Gembur dikenal sebagai sisa-sisa tumbuhan dan
hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, berada dalam
keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman. Secara kimia, tanah yang gembur
didefinisikan sebagai suatu kompleks organik makromolekular yang mengandung
banyak kandungan seperti fenol, asam karboksilat, dan alifatik hidroksida.
Ciri-cirinya biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah
atas sehingga tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan regim suhu,
kelembapan dan aerasi. Tanah yang gembur bersifat koloidal seperti liat tetapi
amorfous, luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat dengan kapasitas
tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g. serta mempunyai
kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K, humus juga
merupakan sumber energi jasad mikro serta memberikan warna gelap pada tanah.
Adapun jenis tanah yang padat yaitu jenis tanah yang tidak dapat diolah dalam
lahan pertanian, hal tersebut adalah dampak dari penggunaan pupuk dan
pestisida.
III.
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan
kerapatan isi dan porositas dilaksanakan di……………...
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang perlu
dipersiapkan yaitu ring sampel, pisau, penyemprot, penggaris, cawan petri,
plastik, penimbang, oven, balok-balok, linggis, alat tulis menulis dan buku
penuntun. Sedangkan bahan-bahanyang perlu diperhatikan yaitu sampel tanah utuh
dan air.
3.3 Prosedur Kerja
Ada beberapa langkah yang harus di
perhatikan dalam pengamatan kerapatan isi dan porositas yaitu:
1.
Sebelum melakukan
pengambilan sampel tanah utuh sebaiknya membersihkan tanah dari rumput dan
bebatuan
2.
Meletakkan ring sampel pertama
pada tanah yang telah di bersihkan
3.
Menyemprotkan air pada
tanah yang akan
di ambil agar
memudahkan dalam proses pengambilan
tanah utuh
4.
Menekan ring sampel ke
dalam tanah dengan menggunakan balok atau papan, menusahakan agar rign tidak
goyang
5.
Jika ring sampel
pertama telah masuk ke dalam tanah, memasukkan ring sampel kedua tepat
diatas ring sampel pertama dan tekan ke dalam tanah menggunakan balok
6.
Setelah setengah bagian
dari ring sampel keduamasuk kedalam tanah, menggali di sekitar tanah tersebut dengan
menggunakan linggis atau parang dengan hati-hati agar ring sampel tidak goyang
7.
Mengangkat sampel tanah
yang ada dalam ring sampel pertama dengan memotong bagian bawahnya menggunakan
pisau. Kemudian memisahkan ring sampel pertama dan ring sampel kedua, lalu
meratakan pinggiran tanah pada ring
8.
Menggunakan pisau untuk
membersihkan tanah-tanah yang menempel pada permukaan luar ring sampel
9.
Kemudian memasukkan ring
sampel kedalam plastik lalu dibawa ke laboratorium untuk mengukur kerapatan isi
dan porositasnya
10. Pada
saat di laboratorium, memasukkan sampel tanah utuh kedalam cawan petri kemudian
mengukur beratnya.
11. Memasukkan
sampel tanah utuh beserta ring sampel dan cawan ke dalam oven selama 24 jam
12. Mengeluarkan
sampel tanah utuh dari oven kemudian mendinginkan sejenak lalu menimbang
kembali beratnya. Mencatat hasil penimbangan pada lembar data
13. Menghitung
nilai kerapatan isi (ρb) dengan rumus :
ρb = Mko
/ Vt
dengan
:
· Mko
: massa kering tanah kering oven
· Vt
: volume tanah utuh (cm3)
· ρb:
kerapatan isi (g cm-3)
14. Menghitung
nilai porositas dengan rumus :
f
= 1 – (ρb / ρs)
dengan :
· ρb:
kerapatan isi (g cm-3)
· ρs:
2,65 g cm-3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
Berdasarkan
praktikum kerapatan isi dan porositas maka dapat diperoleh hasil, sebagai
berikut :
Tabel 7 .Hasil
Perhitungan Kerapatan Isi dan Pori Tanah dengan Kepadatan Berbeda.
Data
|
Ring
1
|
Ring
2
|
Berat ring (g)
|
84,2 g
|
84,4 g
|
Diameter dalam ring (mm)
|
4,5 g
|
4,5 g
|
Tinggi ring (mm)
|
5 cm
|
5 cm
|
Berat tanah + air + ring (g)
|
190 g
|
199,6 g
|
Berat tanah + ring (berat setelah diovenkan) (g)
|
161,6 g
|
167,8 g
|
Kerapatan isi (g m-3)
|
0,48 g m-3
|
0,46 g m-3
|
Total pori (f) (m3m-3)
|
0,81 m3m-3
|
0,82 m3m-3
|
Keberadaan pori makro (‘banyak’/’sedikit’)
Berat tanah (g)
|
Sedikit
38,4 g
|
Sedikit
37
|
1.2
Pembahasan
Dari hasil pengamatan
dan perhitungan terhadap nilai kerapatan isi dan porositas tanah, diperoleh
hasil bahwa berat ring I adalah 84,2 gram dan berat ring II adalah 84,4 gram.
Ring yang diukur merupakan ring yang telah dipisahkan dari lapisan tanah. Diameter
dalam ring I adalah 4,5 cm dan diameter dalam ring II adalah 4,5 cm. Diameter
dalam ring diukur pada bagian tengah ring dengan menggunakan mistar. Tinggi
ring I adalah 5 cm dan tinggi ring II adalah 5 cm. Pengukuran tinggi ring ini
juga menggunakan mistar. Berat tanah + air + ring I adalah 190 gram dan Berat
tanah + air + ring II adalah 199,6 gram. Berat tanah + ring I adalah 161,6 gram
dan berat + ring II adalah 167,8 gram.
Berdasarkan dari praktikum diperoleh hasil bahwa nilai kerapatan isi pada ring I
adalah 0,48 g cm-3 dan
kerapatan isi pada ring II adalah 0,46 g cm-3, sedangkan keberadaan
pori makro ring I dan ring II adalah sedikit. Berat tanah ring I adalah 38,4
gram dan berat tanah ring II adalah 37 gram. dan Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
kandungan bahan organik yang tergantung tersebut cukup tinggi, hal ini
mengindikasikan bahwa tanah ini cukup subur.
Kerapatan
isi dan porositas (total
pori) tanah memiliki hubungan satu sama lain. Dari hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai kerapatan isi berbanding terbalik dengan nilai total pori. Secara tidak langsung kerapatan
isi tersebut sangat mempengaruhi total pori tanah, selain itu total pori tersebut
karena juga dipengaruhi keadaan mineralnya. Tanah-tanah tersebut banyak
mengandung mineral-mineral kecil seperti mineral kwarsa, feldspat dan silikat
koloida yang merupakan komponen tanah sekitar angka tersebut (Hardjowigeno,
2003).
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasrkan
hasil pengamatan dari kerapatan isi dan total pori dapat disimpulkan bahwa pada
lapisan ini memiliki kerapatan isi pada ring I sebesar 0,48
g cm-3 dan ring II adalah
sebesar 0,46 g cm-3 sedangkan
total pori ring I adalah 0,81 m3m-3 dan ring II
adalah 0,82 m3m-3.
Dengan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada lapisan ini memiliki
kandungan bahan organik yang cukup
tinggi.
5.2 Saran
Adapun
saranya adalah sebaiknya tanah yang memiliki kerapatan isi rendah dapat
dijadikan sebagai lahan pertanian karena mengandung bahan organik yang tinggi, sehingga
aerasi dalam tanah menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buckmandan Brandy. 1982. IlmuTanah. Jakarta: Bharata karya aksara.
Foth,Henry. 1982. Dasar-DasarIlmu Tanah.Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Foth,
Henry.1989.Dasar-DasarIlmu
Tanah. Yogyakarta:
GadjahMada University Press.
Foth, Henry.1994. Dasar-DasarIlmu
Tanah. Yogyakarta:GadjahMada University Press.
Hanafiah,K.A.
2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Jakarta: PT. Rajagrafindo
Hanafiah, Kemas Ali.2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta:PT.Rajagra
Findo
Persada
Hakim, 1996. Dasar-DasarIlmu Tanah.Lampung: PenerbitUniversitas Lampung.
Hardjowigeno,
H.
Sarwono.2003.Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Nurhayati. 1996.Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta: DuniaPustaka Jaya.
Pairunan,A.K, JL.Nanere, Arifin.
S.R.Samosir, R.Tangkai Sari, J.R.Lalopouo, B.Ibrahim, H.Asmadi. 1997.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandan :
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur.
Saifuddin, S. 1988. Kimia Fisika Pertanian. Bandung : CV.
Buana.
Soetriono,
dkk. 2006. PengantarIlmuPertanian. Malang: Bayumedia Publishing
Sutedjo, Mul Mulyani.2002.Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: PT.Rineka
Cipta
LAMPIRAN
Kerapatan Isi (BD)
Ring I =
Ring II =
= 0,48 gr/cm3 = 0,46 gr/cm3
Total Pori
f = 1 –
(
b/
s)
Ring I f = 1 – (0,48/2,65) Ring II f = 1 – (0,46/2,65)
= 1 – (0,18) = 1- (0,17)
= 0,81gr/cm3 = 0,82 gr/cm3
0 comments:
Post a Comment