Makalah Transpirasi Tumbuhan
Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain seperti ukuran daun, tebal tipisnya daun, tebal lapisan lilin, jumlah rambut daun, jumlah, bentuk dan lokasi stomata, termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju
Air merupakan salah satu faktor penentu bagi keberlangsungan
kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu
mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam
tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan
proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan
dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari
tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan
dinamakan transpirasi (Dwidjoseputro,
1994).
Transpirasi terjadi
pada tumbuhan dan memegang peranan penting dalam proses metabolisme serta
memberikan manfaat bagi tumbuhan. Transpirasi berlangsung melalui bagian
tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu jaringan epidermis pada
daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Sebenarnya seluruh
bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi biasanya yang
dibicarakan adalah hanya transpirasi yang melalui daun, karena hilangnya
molekul-molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun.
Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan daun, dan juga karena daun-daun itu
lebih terkena udara dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain
(Dwidjoseputro, 1994).Transpirasi itu suatu akibat yang tidak dapat dielakkan. Luasnya permukaan daun-daun yang ada di uadara itu suatu kondisi yang menyebabkan penguapan mesti terjadi; penguapan tak mungkin dicegahnya. Transpirasi pada tanaman itu lain daripada transpirasi pada manusia. Pada manusia transpirasi dilakukan oleh kelenjar-kelenjar kulit, dimana bukan saja air, melainkan juga zat-zat sampah turut serta dikeluarkan dari badan (Dwijoseputro, 1994).
Meskipun air merupakan
penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air yang diserap akan
dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk
proses metabolisme dan mengatur turgor sel.Hilangnya air dari tubuh tumbuhan
terjadi melalui proses transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru
yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Pula, transpirasi juga
bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan
temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari
yang memancar itu digunakan untuk penguapan air (Dwidjoseputro, 1994).
Sinar menyebabkan
membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar
berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas
(terutama sinar infra merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas,
dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu
batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian
memperbesar transpirasi Daun juga sering kali terbuka terhadap tingkat
penyinaran tinggi, yang melalui peningkatan suhu daun meningkatkan laju
potensial kekurangan air. Kebanyakan air yang hilang sebagai uap dari suatu
daun menguap ke permukaan dinding epidermis bagian dalam yang basah dan mesofil
yang berdekatan dengan rongga-rongga dibawah stomata, dan hilang ke udara
melalui pori stomata (Dwidjoseputro, 1994).
Kehilangan
air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air kedalam daun dari
berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk,
dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah
dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya (Dwidjoseputro, 1994).
Proses transpirasi dipengaruhi oleh
berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal
antara lain seperti ukuran daun, tebal tipisnya daun, tebal lapisan lilin,
jumlah rambut daun, jumlah, bentuk dan lokasi stomata, termasuk
pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme.
Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban
udara, angin dan kandungan air tanah. Selain itu juga
dipengaruhi oleh gradient potensial air antara tanah, jaringan dan atmosfer,
serta adanya zat-zat toksik di lingkungannya. Pembukaan
stomata dipengaruhi oleh CO2, cahaya, kelembaban,
suhu, angin, potensial air daun dan laju fotosintesis. Mekanisme control laju
kehilangan air dapat dilakukan dengan mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural
daun yang dapat menekan laju kehilangan air, termasuk di antaranya mengatur
konduktivitas stomata (Dwidjoseputro, 1994).
Kegiatan transpirasi
dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara
lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya
permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya
stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross.1992) dan faktor luar
antara lain:
1.
Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam
rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
2.
Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F
cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan
sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi
pembukaan stomata.
3.
Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan
yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap
buka-tutupnya stomata.
4.
Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin
menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan
neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu
daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
5.
Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju
absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat
dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam
daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi
sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh
akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung
untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih
lanjut.
Kecepatan
transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara
untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode
penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya
ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih
berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi.
Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan
cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah
diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya
transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Transpirasi
merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme adaptasi
terhadap kondisi lingkungannya, terutama terkait
dengan kontrol cairan tubuh, penyerapan dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan.
Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh
tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata,
selain melalui kutikula dan lentisel, Karena sifat kutikula yang impermeabel terhadap
air, transpirasi yang berlangsung melalui kutikula
relatif sangat kecil. Transpirasi
dapat merugikan tumbuhan bila lajunya terlalu cepat
yang menyebabkan jaringan kehilangan
air terlalu banyak selama musim panas dan kering (Suyitno, 2004)
Proses transpirasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain seperti ukuran
daun, tebal tipisnya daun, tebal lapisan lilin,
jumlah rambut daun, jumlah, bentuk dan lokasi stomata (Dwidjoseputro, 1994:92), termasuk pula umur jaringan,
keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme.
Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air
tanah (Dardjat dan Arbayah, 1996:64). Selain itu juga dipengaruhi oleh gradient
potensial air antara tanah, jaringan dan atmosfer,
serta adanya zat-zat toksik di lingkungannya. Menurut Goldworthy dan Fisher (1992:61-63), pembukaan stomata
dipengaruhi oleh CO2, cahaya, kelembaban,
suhu, angin, potensial air daun dan laju fotosintesis. Mekanisme control laju
kehilangan air dapat dilakukan dengan mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang dapat menekan laju
kehilangan air, termasuk di antaranya mengatur
konduktivitas stomata.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi
Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Salisbury, dan
Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.
Suyitno. 2004. Respons Konduktivitas Stomata dan Laju Transpirasi Rumput Blembem
(Ischaemum ciliare, Retzius) di Sekitar Sumber Emisi Gas Kawah
Sikidang. Makalah Seminar Nasional. Univeritas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta
Soedirokoesoemo, Wibisono.
1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Erlangga,
Jakarta.
0 comments:
Post a Comment