Popular Posts

Thursday, December 29, 2016

Makalah Kekurangan Energi Kronik /KEK

Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kekurangan energi kronik (KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan resiko BBLR. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup maka akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit.
Remaja putri sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan untuk menderita kurang gizi karena remaja putri cenderung melakukan diet pengurangan berat badan karena ingin langsing, sehingga mengakibatkan wanita memasuki kehamilannya dengan kondisi kurang gizi. Keadaan ini akan diperberat apabila hamil pada usia muda (<20 tahun), karena ibu muda tersebut membutuhkan gizi lebih banyak untuk keperluan pertumbuhan diri sendiri dan janin yang dikandungnya, sehingga beresiko melahirkan dengan berat badan lahir rendah (13).
Pentingnya status gizi ibu perlu dilihat dari berbagai aspek.Selain bahwa akses terhadap kemanan pangan dan terhadap pelayanan kesehatan setinggi-tingginya merupakan hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu juga mempunyai dampak secara sosial dan ekonomi. Berbagai penelitian semakin menunjukkan bahwa status gizi ibu tidak hanya memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih jauh lag terhadap pertumbuhan janin tersebut sampai usia dewasa. Oleh karena itu, program yang ditargetkan kepada wanita usia reproduktif merupakan intervensi yang sangat strategis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Peningkatan status kesehatan pada kelompok usia reproduktif perlu memerhatikan keterkaitannya dengan usia yang lebih dini. Perbaikan terhadap status gizi remaja putri akan memutuskan siklus kurang gizi antargenerasi, karena mulai dari status gizi remaja sebagai calon ibu, janin, dan bayi pascalahir (1).

Banyak penelitian membuktikan bahwa untuk memperbaiki suatu hasil outcome kehamilan, misalnya berat badan lahir, intervensi melalui perbaikan status gizi ibu sebelum kehamilannya lebih efektif daripada suplementasi selama kehamilannya. Oleh karena itu, program perbaikan gizi sebaiknya dimulai sebelum kehamilan, termasuk meningkatkan asupan makronutrien dan mikronutrien dan meningkatkan berat badan sebelum hamil (1)
Kurang energi kronik adalah suatu keadaan kekurangan makanan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan ukuran indeks massa tubuh berada di bawah normal (kurang dari 18,5 untuk orang dewasa). Pada orang dewasa, WHO memperkenalkan beberapa istilah untuk KEP tergantung pada jenis penyebabnya dan ukuran yang dipakai.Selain berat badan yang rendah dibanding tinggi badan, cirri penderita KEK dapat tidak aktif bergerak dan kurang makan. Selain itu, terdapat batas untuk mendefinisikan kekurangan energi kronik kedalam tiga tingkatan, dimana tingkatan pertama didefinisikan sebagai underweight ringan (mild), tingkatan kedua sebagai underweight sedang (moderate), dan underweight berat (severe) (13).





Tabel 2.1. Klasifikasi sederhana untuk KEK pada orang dewasa menggunakan dasar IMT (kg/m2)
Tingkatan KEK
IMT (kg/m2)
Normal
>18,5
Tingkat I
17,0-18,4
Tingkat II
16,0-16,9
Tingkat III
<16,0

   Kekurangan energi kronik (KEK) adalah keadaan kekurangan asupan energi dan protein pada wanita usia subur (WUS) dan orang hamil yang berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu. Perilaku pola makan ibu hamil dilatar belakangi oleh pengetahuan dan nilai serta kepercayaan terhadap kebutuhan gizi ibu hamil. Apabila perilaku ibu hamil tidak mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan selama kehamilan yang berguna untuk memproses pertumbuhan dan perkembangan janin, serta kondisi kesehatan fisik maka akan menyebabkan ibu mengalami kekurangan nutrisi atau kekurangan gizi (14).
   Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan (15).
   Menurut Direktorat Gizi Masyarakat dalam Surveilans Gizi, indikator KEK pada wanita usia subur (WUS) usia 15-45 tahun yang biasa digunakan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) <18,5 sedangkan LILA <23,5 cm digunakan untuk indikator WUS yang beresiko KEK. Sumber data yang digunakan pada surveilans ini adalah dari Survei Cepat dan Sukernas (KEK WUS) dan Susenas (Resiko KEK). Frekuensi pengukurannya adalah sekali dalam tiga tahun sebagai bahan evaluasi perkembangan keadaan gizi kelompok wanita usia subur. Indikator ini digunakan untuk menganalisa risiko KEK di tingkat provinsi dan pusat, sedangkan untuk indikator KEK WUS digunakan oleh pemerintah pusat (1).
   Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi KEK secara lansung antara lain (15):
1)      Jumlah Asupan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dibandingkan yang tidak hamil.Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik dan optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu: upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan dalam hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet penyebab malnutrisi.
2)      Umur
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan yang sedang dikandung.Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna untuk mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun.
3)      Beban Kerja/Aktivitas
Aktivitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang otomatis memerlukan energi lebih besar daripada mereka yang hanya duduk diam saja.Setiap aktivitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktivitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.Namun pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut.
4)       Penyakit/Infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu: (a) penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorpsi, kebiasaan mengurangi makan pada waktu sakit, (b) peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan pendarahan terus menerus, (c) meningkatya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit dalam tubuh.
5)      Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.Pendidikan formal dari ibu rumah tangga seringkali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengambangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Kurang energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Pengaruh KEK terhadap ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain anemia, pendarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Terhadap persalinan pengaruhnya dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya dan pendarahan.Serta terhadap janin pengaruhnya dapat menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan bayi berat lahir rendah (16).
Pada remaja, badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis (KEK) tidak selalu akibat terlalu banyak olahraga atau aktivitas fisik.Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit.Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional. Hal tersebur dapat mempengaruhi proses reproduksi (16).
Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kekurangan energi kronik (KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan resiko BBLR. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup maka akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya akan menyebabkan gizi kurang. Di tingkat keluarga dan masyarakat gizi dipengaruhi oleh (16):
a)      Kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah maupun jenis sesuai dengan kebutuhan gizi nya.
b)      Pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga.
c)      Tersedianya pelayanan kesehatan dan giziyang berkualitas    
d)     Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan lingkungan
Indeks Massa Tubuh umumnya dianggap sebagai indikator yang baik  tidak hanya status gizi tetapi juga kondisi sosial-ekonomi dari populasi,  terutama pada populasi dewasa. Indeks Massa Tubuh (IMT)<18,5 kg/m2 secara luas digunakan  sebagai ukuran praktis untuk menilai kekurangan energi kronik (Chronic Energy Deficiency) di mana seorang individu berada dalam kondisi ketidakseimbangan energi dan mengalami kehilangan berat badan. Kekurangan energi kronik disebabkan oleh  kurangnya asupan energi yang disertai dengan tingginya tingkat aktivitas fisik dan infeksi (8).

0 comments:

Post a Comment