Makalah Kekurangan Energi Kronik /KEK
Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kekurangan energi kronik (KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan resiko BBLR. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup maka akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit.
Remaja
putri sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan untuk menderita kurang gizi
karena remaja putri cenderung melakukan diet pengurangan berat badan karena
ingin langsing, sehingga mengakibatkan wanita memasuki kehamilannya dengan
kondisi kurang gizi. Keadaan ini akan diperberat apabila hamil pada usia muda
(<20 tahun), karena ibu muda tersebut membutuhkan gizi lebih banyak untuk
keperluan pertumbuhan diri sendiri dan janin yang dikandungnya, sehingga beresiko
melahirkan dengan berat badan lahir rendah (13).
Pentingnya status gizi ibu perlu dilihat dari berbagai aspek.Selain bahwa
akses terhadap kemanan pangan dan terhadap pelayanan kesehatan
setinggi-tingginya merupakan hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu juga
mempunyai dampak secara sosial dan ekonomi. Berbagai penelitian semakin
menunjukkan bahwa status gizi ibu tidak hanya memberikan dampak negatif
terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih
jauh lag terhadap pertumbuhan janin tersebut sampai usia dewasa. Oleh karena
itu, program yang ditargetkan kepada wanita usia reproduktif merupakan
intervensi yang sangat strategis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Peningkatan status kesehatan pada kelompok usia reproduktif perlu
memerhatikan keterkaitannya dengan usia yang lebih dini. Perbaikan terhadap
status gizi remaja putri akan memutuskan siklus kurang gizi antargenerasi,
karena mulai dari status gizi remaja sebagai calon ibu, janin, dan bayi pascalahir (1).
Banyak penelitian
membuktikan bahwa untuk memperbaiki suatu hasil outcome kehamilan, misalnya
berat badan lahir, intervensi melalui perbaikan status gizi ibu sebelum
kehamilannya lebih efektif daripada suplementasi selama kehamilannya. Oleh karena itu, program perbaikan gizi
sebaiknya dimulai sebelum kehamilan, termasuk meningkatkan asupan makronutrien
dan mikronutrien dan meningkatkan berat badan sebelum hamil (1).
Kurang energi kronik adalah suatu keadaan kekurangan
makanan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan ukuran indeks massa tubuh
berada di bawah normal (kurang dari 18,5 untuk orang dewasa). Pada
orang dewasa, WHO memperkenalkan beberapa istilah untuk KEP tergantung pada
jenis penyebabnya dan ukuran yang dipakai.Selain berat badan yang rendah
dibanding tinggi badan, cirri penderita KEK dapat tidak aktif bergerak dan kurang
makan. Selain itu, terdapat batas untuk mendefinisikan kekurangan energi kronik
kedalam tiga tingkatan, dimana tingkatan pertama didefinisikan sebagai underweight ringan (mild), tingkatan kedua sebagai underweight
sedang (moderate), dan underweight berat (severe) (13).
Tabel
2.1. Klasifikasi sederhana untuk KEK pada
orang dewasa menggunakan dasar IMT (kg/m2)
|
Tingkatan KEK
|
IMT (kg/m2)
|
|
Normal
|
>18,5
|
|
Tingkat
I
|
17,0-18,4
|
|
Tingkat
II
|
16,0-16,9
|
|
Tingkat
III
|
<16,0
|
Kekurangan
energi kronik (KEK) adalah keadaan kekurangan asupan energi dan protein pada
wanita usia subur (WUS) dan orang hamil yang berlangsung secara terus menerus
dan menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu. Perilaku pola makan ibu hamil
dilatar belakangi oleh pengetahuan dan nilai serta kepercayaan terhadap
kebutuhan gizi ibu hamil. Apabila perilaku ibu hamil tidak mengonsumsi makanan
sesuai dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan selama kehamilan yang berguna
untuk memproses pertumbuhan dan perkembangan janin, serta kondisi kesehatan
fisik maka akan menyebabkan ibu mengalami kekurangan nutrisi atau kekurangan
gizi (14).
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari
faktor lingkungan dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan
zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini
berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi
kemerosotan jaringan (15).
Menurut
Direktorat Gizi Masyarakat dalam Surveilans Gizi, indikator KEK pada wanita
usia subur (WUS) usia 15-45 tahun yang biasa digunakan adalah Indeks Massa
Tubuh (IMT) <18,5 sedangkan LILA <23,5 cm digunakan untuk indikator WUS
yang beresiko KEK. Sumber data yang digunakan pada
surveilans ini adalah dari Survei Cepat dan Sukernas (KEK WUS) dan Susenas
(Resiko KEK). Frekuensi pengukurannya adalah sekali dalam tiga tahun sebagai
bahan evaluasi perkembangan keadaan gizi kelompok wanita usia subur. Indikator
ini digunakan untuk menganalisa risiko KEK di tingkat provinsi dan pusat,
sedangkan untuk indikator KEK WUS digunakan oleh pemerintah pusat (1).
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi KEK secara lansung antara lain (15):
1)
Jumlah Asupan
Kebutuhan
makanan bagi ibu hamil lebih banyak dibandingkan yang tidak hamil.Upaya
mencapai gizi masyarakat yang baik dan optimal dimulai dengan penyediaan pangan
yang cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu: upaya pertanian dalam
menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang
dimakan oleh masyarakat dan dalam hal ini dapat berguna untuk mengukur status
gizi dan menemukan faktor diet penyebab malnutrisi.
2)
Umur
Semakin
muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi banyak
karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri,
juga harus berbagi dengan yang sedang dikandung.Sedangkan untuk umur tua perlu
energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk
bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna untuk
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik
adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun.
3)
Beban
Kerja/Aktivitas
Aktivitas
dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang otomatis
memerlukan energi lebih besar daripada mereka yang hanya duduk diam saja.Setiap
aktivitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktivitas yang
dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.Namun pada seorang ibu
hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi juga digunakan untuk
perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut.
4)
Penyakit/Infeksi
Malnutrisi
dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan
mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu: (a)
penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorpsi, kebiasaan
mengurangi makan pada waktu sakit, (b) peningkatan kehilangan cairan atau zat
gizi akibat diare, mual, muntah dan pendarahan terus menerus, (c) meningkatya
kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit dalam
tubuh.
5)
Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi
Pemilihan
makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan
dan praktek/perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan
makanan.Pendidikan formal dari ibu rumah tangga seringkali mempunyai asosiasi
yang positif dengan pengambangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Kurang energi
kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang
dikandungnya. Pengaruh KEK terhadap ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
antara lain anemia, pendarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan
terkena penyakit infeksi. Terhadap persalinan pengaruhnya dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya dan pendarahan.Serta
terhadap janin pengaruhnya dapat menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan bayi berat lahir
rendah (16).
Pada remaja, badan kurus atau disebut Kurang Energi
Kronis (KEK) tidak selalu akibat terlalu banyak olahraga atau aktivitas
fisik.Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit.Remaja perempuan yang
menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional.
Hal tersebur dapat mempengaruhi proses
reproduksi (16).
Sekitar 30 juta
wanita usia subur menderita kekurangan energi kronik (KEK), yang bila hamil
dapat meningkatkan resiko BBLR. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi
oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang
tidak mendapat asupan gizi yang cukup maka akan mengalami kekurangan gizi dan
mudah sakit. Demikian juga bila seseorang sering sakit akan menyebabkan
gangguan nafsu makan dan selanjutnya akan menyebabkan gizi kurang. Di tingkat
keluarga dan masyarakat gizi dipengaruhi oleh (16):
a) Kemampuan
keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah maupun jenis
sesuai dengan kebutuhan gizi nya.
b) Pengetahuan,
sikap dan keterampilan keluarga.
c) Tersedianya
pelayanan kesehatan dan giziyang berkualitas
d) Kemampuan
dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan lingkungan
Indeks Massa Tubuh umumnya dianggap sebagai
indikator yang baik tidak hanya status
gizi tetapi juga kondisi sosial-ekonomi dari populasi, terutama pada populasi dewasa. Indeks Massa Tubuh
(IMT)<18,5 kg/m2 secara luas digunakan
sebagai ukuran praktis untuk menilai kekurangan energi kronik (Chronic
Energy Deficiency) di mana seorang individu berada dalam kondisi ketidakseimbangan
energi dan mengalami kehilangan berat badan. Kekurangan energi kronik disebabkan
oleh kurangnya asupan energi yang
disertai dengan tingginya tingkat aktivitas fisik dan infeksi (8).
0 comments:
Post a Comment